☘Little Pierce #28 ☘

1.7K 167 2
                                    

☘ ☘

"Budayakan VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca."

• BAGIAN DUA PULUH DELAPAN •

"Tak lama setelahnya, pembunuh itu terungkap. Si putihlah pelakunya.

Terbukti dengan penemuan botol racun di kamarnya.

Si putih menyangkal, namun apalah daya, bukti membakar hangus sangkalan itu."

☘ ☘ ☘

Dengan langkah cepat kami masuk ke dalam rednilis. Tepat di belakang kami pasukan robot bergerak mengejar.

"Jalankan mesinnya, tuan Hap." perintahku kepadanya.

Tuan Hap segera menekan beberapa tombol dan rednilis yang kami naiki mulai bergerak masuk ke dalam jalur dan melesat dengan cepat.

YES! Sams berteriak senang. Kami berhasil meloloskan diri dari pasukan robot itu.

Tuan Hap menghembuskan napas lega, dia menekan tombol dan muncullah kursi yang melingkari rednilis, "hampir saja. Duduklah anak-anak."

Tanpa perintah dua kali kami menjatuhkan bokong itu ke tempat duduk berwarna emas dengan tekstur lembut, mirip sofa.

Aku menarik tangan Sherly karena dia masih saja berdiri dengan ketakutan. "Duduklah, Sherly."

Dia mengangguk, dan segera mengikuti intruksiku.

Beberapa detik menghirup udara segar, ketenangan kami lagi-lagi terganggu.

BUM! BUM! BUM!

Bunyi ledakan terdengar di belakang kami, radius seratus meter. Aku menjerit, tersentak kaget. Reflek aku menutup kedua telingaku.

"Mereka masih mengejar kita! Tuan Hap percepat laju rednilis ini!" Kini Sams yang memberi komando.

Tuan Hap segera beranjak dan menekan tombol yang mengambang di dalam rednilis, mirip hologram.

Semakin cepat laju rednilis kami semakin cepat pula mereka mengejar. Bunyi ledakan terus mendominasi sekitar rednilis kami.

"BERHENTI ATAS NAMA HUKUM!" Mereka berseru dan terus menembakkan pelurunya.

Aku menoleh ke belakang. Nampak tiga robot dan satu rednilis mengejar kami.

"Bagaimana ini, Na?" Sherly sangat ketakutan. Dia masih duduk dan tangannya terlihat menggigil. Begitu juga nada bicaranya yang terdengar bergetar.

Aku memegang kedua tangannya, "Tenanglah, Sher. Kita akan baik-baik saja. Aku yakin dengan tuan Hap." Hanya kata itu yang bisa aku ucapkan. Meskipun aku tidak tau akhirnya.

"Tapi rednilis kita sedang dikejar oleh robot-robot itu. Apakah kita akan selamat?" Sherly kembali bertanya.

"Hey! Bukankah kamu keturunan
murni negeri Karepka?! Kemana rasa berani dan rasa tangguhmu yang kamu miliki, Nak?" Di sela mengemudikan rednilis, tuan Hap mencoba menyemangati Sherly.

Tapi apakah Sherly mengetahui apa yang diucapkan oleh tuan Hap? Jawabannya tidak.

Aku mencoba mengatakannya menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sherly menjawab. "Tapi aku takut, Na."

"Sial!" Tuan Hap tiba-tiba mengumpat. Alisku terangkat, bingung dengannya. "Ada apa, tuan Hap?"

"Mereka menutup jalur otomatisnya, rednilis ini tidak akan berjalan jika jalurnya dimatikan." Tuan Hap seakan tidak kehilangan akal. Dia memencet satu tombol yang terletak di ujung bawah. Hingga muncullah sebuah tuas kemudi manual.

"Bagaimana ini, tuan Hap?" tanya Sams panik.

"Tenanglah, aku akan tetap menjalankan rednilis ini. Bagaimanapun agar kalian bisa selamat." Dia memegang kemudi itu terus menjalankannya.

Seketika, rednilis yang kami naiki ambruk, berubah posisinya. Mirip dengan mobil tanpa roda.

Empat kursi penumpang mulai muncul. Dia dan Sams duduk di depan dan sisanya di belakang. "Duduklah, anak-anak."

Kami menurut, segera menepati kursi itu.

BUM! BUM! BUM!

Bunyi ledakan terus menguras keberanianku. Mereka terus mengejar kami, seakan santapan yang lezat yang akan dimangsa.

"Pasang sabuk kalian, maaf jika kalian akan sedikit tidak nyaman dengan perjalanan ini. Aku sudah lama tidak mengendarai rednilis ini secara manual." Tuan Hap mulai memencet tombol dan wuss. Rednilis kami melesat dengan cepat, menjauh dari robot-robot yang jaraknya hanya sepuluh meter.

Sebuah hologram muncul di depan, nampak titik-titik merak di setiap ujung jalur. Aku yakin, tanda itu adalah sebuah blokade jalan yang digunakan untuk menghentikan pengendara rednilis.

"Semua jalan telah ditutup, tuan Hap. Kita akan lewat jalur mana?" tanyaku.

"Ada jalur yang tidak bertanda merah, Na. Tapi kemungkinan besar jalur itu sudah lama tidak berfungsi." Sams berujar dengan memerhatikan hologram yang menunjukkan jalur rednilis.

Aku melihat hologram itu, benar yang dikatakan Sams. "Tuan Hap. Di sana ada jalur yang tidak di blok oleh mereka. Mungkin kita bisa lewat sana untuk kabur."

Tuan Hap yang sedang sibuk menyetir hanya mengangguk, namun kalimat selanjutnya menyatakan bahwa dia tidak setuju dengan saranku dan Sams. "Jalur itu berujung di jurang. Sudah lama jalur itu ditutup karena ruang tujuannya telah lama menghilang."

Aku manggut-manggut memahami, "Tapi kita tidak mungkin bukan terus-menerus dikejar oleh robot-robot itu?"

"Tenanglah anak-anak, aku memiliki jalur rahasia, dan mungkin temanku juga sudah menunggu kita disana," ujarnya. "Perkuat sabuk pengaman kalian, rednilis ini akan berputar seratus delapan puluh derajat."

Kami mengangguk. Entah apa yang terjadi selanjutnya. Yang jelas kami harus menuruti perkataannya jika ingin selamat.

"Kencangkan sabukmu, Sher." perintahku kepada gadis yang ada disampingku.

Sherly memasang sabuk dan BUM! BUM! Dua ledakan menuju ke rednilis kami, tepat mengenai bagian belakang benda tabung ini.

"Pegangan, anak-anak!" titah tuan Hap ketika di depan kami ada sebuah pertigaan.

Dia memutar kemudinya ke kanan. Terus memutar hingga sudut seratus delapan puluh derajat.

Rednilis kami sedikit menabrak pembatas jalur, tapi kami masih selamat di dalamnya.

Rednilis tuan Hap sempurna membelok. Aku menatap ke belakang. Tidak ada lagi robot-robot dan juga rednilis yang mengejar.

YES!

Kami selamat dari kejarannya.

To be Continued

Thanks for reading and see you..

Salam

Nu_Khy

*Jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya. Baca ceritaku yang lain. Judulnya Please Don't Forget ME. Cerita baru. Cuss langsung cek sendiri aja. Di jamin gak kalah seru.

Little Pierce [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang