*****
Budayakan VOTE sebelum membaca, dan COMMENT setelah membaca :)
• BAGIAN TIGA •
"Sangat sulit bagi kami untuk melihatnya, hanya mereka yang bisa melakukannya. Hal yang sangat simpel, tapi tidak untuk kami."
"Kami terlanjur terjun ke jurang kesedihan, kekecewaan, dan ketakutan."
*****
"Tadi kamu ngomong apa aja sama si Sams?"
Aku menghentikan aktivitas minumku karena pertanyaan itu. Hampir saja aku tersedak karenanya. Sejak kapan Sherly suka bertanya tentang Sams?
Aneh.
"Nggak ngomong apa-apa kok," jawabku dengan menyeruput es jeruk yang hanya tersisa setengah gelas.
"Halah, kamu bohong, Na. Aku tau tadi kamu berbicara. Suaramu itu terdengar sampai ke dalam kelas tau. Apa lagi kalo bukan ngobrol. Masa iya kamu ngomong sama tembok. Kurang kerjaan banget gak tuh." Sherly terkekeh. Tidak pustus asa, dia terus mengintrogasiku. Kok sifat mereka mirip ya? Kepo.
Aku menatapnya, "Terus kalo iya kenapa? Nggak ada urusannya denganmu kan?!" sahutku, dan kini suaraku lebih keras dari biasanya.
Beberapa murid nampak menatap kami, tautan alis begitu ketara di wajah mereka. Maklum lah, ini juga kantin. Pasti banyak siswa-siswi yang keluyuran di tempat ini. Dan sekali ada yang ribut, mereka langsung mencari sumbernya.
"Santai dong, Na. Aku cuma nanya, nggak lebih." Sherly mengacungkan kedua jarinya, peace.
Aku tak menggubrisnya. Aku kembali memakan bakso, mengabiskannya. Bodo amat dengan Sherly yang terus mengoceh menanyakan ini itu kepadaku.
☘ ☘ ☘
Bel telah berbunyi lima menit lalu, tapi aku dan Sherly masih di dalam koridor menuju kelasku.
Pelajaran kimia, ah aku sangat yakin pasti Bu Lita belum masuk ke kelas. Aku yakin itu.
Dan benar saja, ketika aku dan Sherly sampai di depan pintu kelas, Bu Lita belum juga menampakkan batang hidungnya.
Selalu saja dia terlambat, entah alasan apa lagi yang akan Bu Lita sampaikan kepada kami. Yang jelas kami hanya manggut-manggut untuk memercayainya.
Aku berjalan ke kursi tempat dudukku dan menjatuhkan bokong di atasnya. Mataku melirik ke belakang, si Sams sedang tidur dengan santainya.
Pemandangan yang sudah biasa bagiku. Kadang aku suka heran dengan Sams. Bagaimana dia bisa tertidur dengan nyenyak tanpa memandang tempat?
☘ ☘ ☘
Pukul dua lebih lima belas siang.
Bel pulang sudah berbunyi lima belas menit lalu, namun aku dan Sherly belum juga beranjak dari kelas.
"Dasar lelaki, disuruh nyapu aja males. Gimana besok kalo udah nikah huh!" Sherly terus memaki teman kelasnya yang lagi-lagi kabur meninggalkan tugas piketnya.
Dia hanya sendiri. Padahal seharusnya ada lima anak yang piket hari ini. Namun mereka semua pergi tanpa ingat dengan tugasnya. Maklum semuanya laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Pierce [COMPLETED]
Fantasía[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, KARENA MEMFOLLOW ITU GRATIS] Ada sebuah legenda. Legenda tentang negeri yang penuh dengan kekayaan. Manusia mencarinya. Namun kami tidak menginginkannya. Karena kekayaan itu ada di sekitar kami. Tetapi ada sesuatu yang...