☘ Little Pierce #27 ☘

1.7K 165 5
                                    

☘ ☘ ☘

"Budayakan VOTE sebelum membaca dan COMMENT setelah membaca."

BAGIAN DUA PULUH TUJUH

"Mereka mengincar, mengejar, dan ingin mendapatkan kami. Bagaimanapun caranya."

☘ ☘ ☘

Sinar matahari kembali terlihat ketika portal milik Perdana Menteri negeri Samesa menutup sempurna.

Cahaya remang lampu kini kembali terkalahkan oleh cahaya sore matahari.

Lihatlah! Kapal terbang dan robot-robot yang mengitarinya. Bak tata surya, kapal induk itu berada di tengah kerumunan ribuan robot.

Kapal induk itu terbuka, nampak seseorang terbang dengan benda aneh di bawahnya. Mirip dengan gnirip yang waktu sebelumnya aku naiki, tapi benda yang dia naiki lebih canggih dan ukurannya lebih besar.

Seorang pria dengan wajah tegas dan rambut di dominasi warna abu-abu. Pakaian yang dia kenakan berwarna orange, sedikit berbeda dari pakaian yang pernah aku lihat.

Dilihat dari usianya, aku yakin pria itu sudah menginjak umur tujuh puluhan, namun aku tidak bisa memercayainya. Karena di negeri ini, masalah umur ibarat permainan kartu, sangat mudah untuk menipu dan sulit ditebak.

Pria itu turun dengan beberapa robot lebih besar berdiri di samping kanan kirinya, mirip bodyguard.

Dia tersenyum, tapi dilihat dari senyumnya itu bukanlah senyum sapaan. Melainkan senyum picik. "Senang bertemu denganmu, Leona dan Same. Aku tidak menyangka wanita yang telah lama menghilang dari negeri Samesa kini berdiri gagah di depanku. Suatu kehormatan bagiku bisa bertatap muka dengan penjaga dan penghalang rencanaku di negeri Samesa ini."

"Kemana perginya kamu, Leona? Mencari pasangan? Atau mencari murid? Atau kabur?"

Aku, tuan Hap dan ketiga sahabatku berada di tempat parkir rednilis, nampak ruangan ini tertutup oleh pohon-pohon yang menghiasi halaman perpustakaan. Aku yakin mereka tidak menyadari keberadaan kami.

Wajah Miss Leona terlihat tegas, dia menatap ke pria yang ada di depannya dengan galak. "Flens, untuk apa kau datang kemari. Bukankan ini bukan daerah kekuasaanmu? Daerah ini telah lama memutus hubungan dengan pusat, jadi pergilah kau dari wilayah kami."

"Kalian masih ingat Flens bukan?" Tuan Hap bertanya memastikan kepadaku.

Aku mengangguk, mengetahuinya. Ya, dia adalah pemimpin negeri Samesa dan juga pencetus peraturan yang membuat penduduknya merasa kesepian.

"Hey, Leona! Kau tidak ada hak untuk mengusir kami. Apakah kedatangan kami disambut dengan usiran oleh kalian berdua?" tanya Flens dengan memainkan janggutnya.

Miss Leona tertawa sinis. "Memang seperti itulah mau kami berdua."

"Oke, jika kalian terus bersikap seperti itu, aku tidak akan membiarkannya. Tapi maaf, kedatangan kami ke sini bukan untuk itu, ada hal lain yang lebih penting daripada wanita dan pria tua," sahutnya santai. "Hey, dimana mereka? Kenapa hanya kalian berdua yang muncul?"

Aku tersentak, detik itu juga jantungku berdebar tak karuan. Suhu ruangan ini tiba-tiba terasa sangat panas.

Aku tau maksud dari perkataan Flens. Pasti mereka sedang mencari kami bertiga. Menangkapnya dan membawanya entah kemana. Dan jangan lupakan dengan hukuman yang akan diberikan kepada tuan Hap.

"Bagaimana ini, Na? Kita tidak mungkin menyerang ribuan robot berbahan besi itu. Dan kita juga tidak bisa menyerah begitu saja. Itu terlalu sia-sia bagi kita." Sams bertanya, manik matanya menyiratkan kekhawatiran yang akan terjadi selanjutnya.

Aku menggeleng pelan. "Aku juga tidak tau, Sams."

"Hey! Kalian tidak boleh menyerah begitu saja. Apakah jiwa muda kalian sudah sirna hanya karena melihat robot-robot rongsokan itu?" Tuan Hap bertanya memastikan.

"Percayalah, Leona pernah menyerang lebih banyak dan lebih berbahaya daripada robot rongsokan itu. Apalagi si tua itu. Bahkan dia hampir menghancurkan negeri Samesa ini. Jadi kalian jangan khawatir." Tuan Hap berkata kembali, menyemangati.

Aku menatap ke arah Sherly. Sangat ketara kalau dia ketakutan. Wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya sedikit bergetar. Manik matanya menyiratkan kekhawatiran yang tak terbandingkan.

Aku mengelus pundaknya, tersenyum memberinya semangat dan sedikit menghilangkan rasa takutnya. "Tenanglah, kita baik-baik saja di sini. Semoga mereka tidak melihat kita."

BUM!! BUM!! BUM!!

Tiga ledakan tepat di depan kami bersembunyi. Dan saat itulah perkataanku hanyalah omong kosong belaka, mereka telah mengetahui keberadaan kami.

"Kenapa kalian belum pergi?! Bergegas naik rednilis dan lajukan secepat mungkin!" Miss Leona berteriak, dia melesat dan membuat tameng untuk melindungi kami.

Lihatlah! Mereka seakan membabi buta untuk bisa menangkap kami. Terlihat dari ratusan peluru yang mulai menghujani kami.

Tuan Same mengetukkan tongkatnya ke tanah, dan seketika peluru itu meletus di udara, seakan ada benda tak kasat mata yang terbang berlawanan kearah peluru.

"PERGI DARI SINI, ANAK-ANAK!!" Miss Leona berseru marah, dia kewalahan menahan serangan robot yang mulai terbang ke arah kami.

"Cepatlah anak-anak, kita harus pergi." Tangan tuan Hap bergerak menggiring kami menuju rednilis.

Kami masuk, dan dengan cepat tuan Hap mengoperasikan benda tabung itu.

Lagi-lagi suara ledakan terdengar di sekitar rednilis. Mereka berhasil menerobos tameng Miss Leona!

"Cepatlah tuan Hap!" Tanpa aku sadari, nada suaraku naik beberapa oktaf.

Tubuhku gemetar ketakutan. Aku tidak pernah melihat pemandangan seperti itu. Bahkan di video game yang pernah aku mainkan. Ini nyata, dan kami-lah korbannya.

Entah bagaimana nasib kami selanjutnya.

To be Continued

A/n : Alhamdulillah, bisa updet lagi. Gimana pendapat kalian tentang part ini?

Jujur author kadang kecewa kalau kalian para readers nggak ada yang COMMENT.

Padahal hanya beberapa kata doang lho. Jadi tolonglah, sedikit menghargai karya orang lain.

Biar author semangat buat nulis lanjutannya.

Comment ya, and see you..

Salam

Nu_Khy

*Jangan lupa mampir ke work aku yang lain ya. Baca ceritaku yang lain. Judulnya Please Don't Forget ME. Cerita baru. Cuss langsung cek sendiri aja. Di jamin gak kalah seru.

Little Pierce [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang