Chapter 4

18.7K 658 16
                                    

Capek banget. Udah satu jam gue duduk dilantai tapi si Bos muda belum juga ngasih kode. Gak ada hukuman lain apa selain duduk dilantai yang super dingin ini, bokong gue rasanya udah membeku. Untung si Bos ganteng jadi gue bisa sabar dinistain seperti ini.

Sambil duduk dilantai gue terus lihatin wajah Bos Muda yang sibuk mainin laptop. Adem banget, serasa ditabrak ribuan kupu-kupu. Lebayyyyy!!!!!

"Sudah satu jam setengah, silahkan berdiri." Gue masih bingung.

"Mau disitu sampai besok atau berdiri sekarang?" Si Bos makin tegas. Gue yang kaget langsung berdiri tapi sayang posisi gue kurang bener dan akhirnya jatuh kelantai. Sakit!!! Pasti efek kelamaan duduk jadi kaki gue masih agak kaku.

Bukannya bantuin atau nanya keadaan gue, Si Bos justru kembali fokus kelayar laptop. Gak tau apa kalau gue lagi kecelakaan disini. Jatuh!!

"shhhh sakit." si Bos akhirnya ngelirik gue. Halah giliran denger gue desah seksi aja langsung ngelirik, tadi kemana aja mas? Ciri-ciri doyan cabe ini mah.

"Masih betah duduk?"

"Saya jatuh Bos, ini sakit banget. Bukannya bantuin saya eh si Bos malah sibuk mainin laptop..."

"Bukan sekedar bermain laptop tap..."

"Bodo amat, sekarang bantuin saya. Salah siapa coba ngasih hukuman seaneh ini" Terserah dia mau marah atau makin sayang. Intinya Incess tuh gak bisa diginiin. Dingin sih dingin, tapi sisakan sedikit lepedulian lah untuk sesama.

Gue lihat Bos muda kesel banget. Bola matanya sampai diputar agak kesal gitu.

"Bangun" Bos Muda narik kerah baju gue. Sadis, apaan yang kayak gini. Gak ada romantis-romantisnya.

Karena gue gak mau banyak ngomong, akhirnya gue berdiri dan duduk di sofa. Bos muda cuma bisa diam tapi gue tau, dia pasti lagi nahan emosi yang sudah di ubun-ubun.

"Bos???"

"...." dikacangin.

"Gak ada sekretaris lain apa??"

"....." Masih dikacangin.

"Bos kacang mahal"

"Kenapa?" Kalau bukan dosa, udah gue buang si Bos ke amazon biar abis dimakan piranha.

"Bos suka yah sama mbak cabe??" Bos Muda melirik gue. Akhirnya Dira dilirik juga setelah sekian abad menderita.

"Mbak cabe??"

"Rena." Jawab gue dengan nada agak ketus. Bos muda cuma bisa ngasih respon singkat "Oh". Sakit!!! Sekali lagi ini hati bukan kaleng-kaleng.

"Bener kan Bos??"

"Dia jauh dari type saya."

"Wah kalau saya??? Type bos seperti saya gak??" Ini cuma candaan yah, bukan real. Gue juga punya rasa malu kalau bertingkah kayak gini.

"Masih jauh."

"Dideketin atuh bos."

"Mau hukuman kamu saya tambah." Seketika mulut gue terkunci. Gue langsung keluar dari ruangan Bos muda tanpa pamit.
.
.
Dikoridor kantor, gue jalan dengan penuh kekesalan. Gimana gak kesal coba? Tadi gue dihukum sementara mbak cabe di biarin pergi gitu aja. Si Bos pilih kasih, terus sok bilang mbak cabek bukan type dia. Itu juga mbak cabe, kalau ngomongnya sama gue yah jangan nengok ke tembok. Gue yang gak merasa dilarang masuk keruangan Bos muda, langsung masuk gitu aja.

"Hueeeee bokong cantik gue terlukai"

Author

Dira berjalan kemeja Wenda dengan niat mengadu. Melihat Wenda yang sibuk menatap layar laptop, Dira akhirnya memilih untuk tidak mendekati gadis itu.
.
.
Dira berjalan keluar kantor menuju Cafe Diamond yang terletak tidak jauh dari kantor tempat ia bekerja. Disana Dira hanya memesan jus dan terus melamun. Entah kenapa Dira selalu saja merasa kesal ketika Daffa lebih membela Rena dari pada dirinya. Dira sadar dirinya bukan siapa-siapa, ia sekedar karyawan biasa. Berbeda dengan Rena yang berstatus sekretaris dan sudah 3 tahun lebih bekerja dengan Daffa.

"Mustahil gue suka, pasti cuma kagum doang. Elah siapa suruh sih punya muka setampan itu." Kepala Dira menunduk hingga dahinya menyentuh meja. Rambutnya yang lebat dan tergerai hampir menutupi meja bulat itu.

"Fiks gue suka sama Bos muda. Gue suka sama Bos muda, gue suka sama Bos muda..." Dira berjalan keluar Cafe sambil mengulang kata-katanya. Sekilas orang akan berpendapat Dira adalah Gadis gila yang berpenampilan cantik.
.
.
"Wenda? Dira kemana?" bukannya menjawab, Wenda justru terdiam. Percaya tidak percaya dihadapannya sekarang adalah Daffa Bos dingin yang tidak pernah mengeluarkan sepatah katapun padanya selama bekerja.

"Dira kemana?" Tanya dengan nada tegas dan dingin.

"Ah? Eh... Itu tadi ke Cafe Diamond." Daffa hanya mengangguk dan hendak pergi, Namun Wenda mencegahnya dan menunjuk kearah meja Dira.

"Tuh Bos, udah pulang." Daffa berbalik ke meja Dira. Disana Dira tengah menyusun beberapa lembar berkas.

"Terima kasih." Setelah mengucapkan kata itu, Daffa langsung pergi kemeja Dira.

Untuk pertama kalinya Wenda menatap jelas lekuk wajah anak dari tuan Damarion itu. Satu kata dari Wenda untuknya. Tampan!!!

***
Sekali lagi maaf kalau ada kata atau kalimat yang terlalu frontal. Kritikan dan saran kalian sebagai readers atau sesama author menjadi keinginan saya. Belajar dari kesalahan bahasa melalui krisar itu.

Oh iya, mengenai casting Daffa dan Dira, author serahkan ke kalian. Terserah kalian bayangin wajah Castnya seperti apa, tapi kalau dari saya, ini dia pict castingnya.

Dira

(Tzuyu Twice) ini bukan Tzuyu asli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Tzuyu Twice) ini bukan Tzuyu asli. Cuma anggap saja penampilannya seperti ini.

Daffa

(Pemain film Meteor Garden Caesar Wu (Xi Men Yan) )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Pemain film Meteor Garden
Caesar Wu (Xi Men Yan) )

Selebihnya terserah bayangan kalian seperti apa mengenai mereka. Sekian

Gaillardia

My Cold Man [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang