Chapter 27

10.4K 393 5
                                    

Dira terus berjalan tanpa arah, kakinya menedang apapun yang tergeletak di jalanan. Rasa kesal, takut, dan marah bercampur rata menjadi satu.

"Viona cabe." Teriak Dira. Seluruh pasang mata yang melintas di sampingnya hanya bisa menggeleng. Secantik itu tapi gila? Batin mereka.

"Itu juga si Daffa. Gak peka banget kalau gue cemburu." Dira semakin kesal hingga tanpa sengaja memukul lengan seseorang.

Orang itu meringis lalu menatap kearah Dira yang tengah menahan rasa takut.

"Ma... Maaf gak sengaja."

"Gak sengaja gimana kalau lu mukul keras gitu?" Bentaknya pada Dira.

"Kok ngebentak gitu sih? Kan gue udah minta maaf."

"Lah, lu kenapa balik ngebentak?"

Dira mengatupkan kedua giginya. Menatap pria yang tidak tahu menerima kata maaf itu dengan tajam. Yah, orang yang Dira tabrak adalah seorang pria yang mungkin dua tahun di atas Dira.

"Auah, gue mau balik kerja." baru saja Dira melangkah, pria itu menahan lengannya.

"Udah salah malah pergi gitu aja."

"Yah terus gue harus apa?" sejenak pria itu nampak berpikir. Telunjuknya berputar didepan wajah Dira.

"Dira!!!!" seru seseorang dari belakang. Dira berbalik, matanya mendapati sosok Daffa yang tengah mengatur napas karena kelelahan.

Daffa berjalan kearah Dira. Menggenggam tangan gadis itu dengan erat sambil menatap pria yang entah siapa dan menginginkan apa. Sekarang Dira akan semakin pusing menghadapi dua pria di depannya.

"Dia pacar lo?" tanya pria itu dengan sangat dingin.

"Tunangan," jawab Daffa lebih dingin lagi.

Baiklah, Dira mulai takut sekarang. Jika pria tanpa nama itu mengadu pada Daffa, Daffa pasti akan meninggalkan dirinya untuk mnebus kesalahan.

Ketakutan Dira benar, pria itu mengadu dan tentu saja Daffa hanya diam mendengar. Dira menatap genggaman Daffa yang mengendur, mati sudah.

"Ok, anda mau apa?" Tanya Daffa. Kali ini lebih santai, tidak seperti tadi yang dingin dan ketus.

"Nama gue Vino, gue mau tunangan lo minta maaf sambil nyebutin nama lengkat gue. Devino Lean Grionardo." Dira terbelalak. Apa kurang cukup kata maaf yanf tadi ia ucapkan.

Dira keberatan. Tangannya mengibas di depan wajah Vano, menandakan bahwa dirinya tidak akan pernah melakukan hal itu. Toh, dia sudah meminta maaf. Vano menatap Daffa, meminta agar pria itu menyetujui syaratnya, dengan begitu Vano akan melepaskan Dira.

"Lakuin," Ucap Daffa.

Dira menatap Daffa tak percaya. Bukannya membela atau mecari syarat yang lain, ia justru menyetujui syarat dari si bodoh Vino.

"Gak!!!! Aku udah minta maaf sama dia."

"Tapi gue mau lu tulus." Vano dengan tajam mencengkram lengan Dira.

"Berani anda buat dia meringis, anda akan menerima balasan yang jauh lebih berat." ancaman Daffa membuat Vino melepaskan cengkramannya. Jujur, cengkraman Vino tadi tidak terasa sakit bagi Dira.

Dira menarik nafasnya dengan pasrah. Lebih baik ia menuruti syarat Vino dari pada harus membuat Daffa pusing akibat menahan emosi. Dira berjalan kearah Vino, berhadapan langsung dan mulai mengutarakan maaf.

" Devino Lean Grionardo. Gue minta maaf karena udah mukul lengan lo keras banget. Semoga maaf gue yang kedua ini bisa masuk ke otak lo." Vino sedikit keberatan dengan kalimat terakhir Dira. Belum sempat ia protes, Dira sudah pergi lebih dulu menarik tangan Daffa. Aneh sekali, Dira bahkan tidak mengenali dirinya.

"Bahkan nama terakhir gue gak bikin lu ingat." gumam Vino. Sebelum memasuki mobilnya, ia sempat berbalik menatap punggung Dira sampai akhirnya tenggelam di balik keramaian. Vino merindukan sosok itu, sosok yang sangat manja dan berisik. Pertemuan tiba-tiba tadi membuat Vino tak kuasa menahan Diri agar mengatakan pada Dira tentang kerinduannya. Dira telah dewasa sekarang, ia tumbuh dengan sangat cantik.

"Kebetulan banget gue bisa ketemu dia. Anehnya, kenapa harus kayak tadi."

***

Dira menatap Daffa yang tengah berdiri. Tatapannya bagaikan malaikat pengincar nyawa. Seandainya bisa lari, Dira akan lari sambil berteriak saat itu juga.

"Kamu kenal dia?" tanya Daffa. Dira menggelang, tentu saja tidak. Pria bodoh itu tiba-tiba saja melintas di sampingnya.

"Pas dia nyebutin nama lengkap, aku lihat dia senyum sama kamu."

"Aku gak lihat." sahut Dira yang tidak percaya kalau Vino tersenyum padanya. Mungkin saja itu senyum mengejek.

"Mungkin aja ngejekin aku." Dira duduk di sofa. Untuk apa memikirkan yang sudah lewat.

Daffa menatap wajah Dira dengan lekat. Bukan hanya mendapati Vino tersenyum, Daffa juga memperhatikan Vino yang menatap lekat Dira dari atas sampai bawah. Setelah ini, dipastikan seseorang akan segera memata-matai Vino untuk mencari tahu siapa pria itu sebenarnya.

Dira mengalihkan pandangannya dari handphone dan menatap Daffa. Dahinya mengernyit.

"Kamu kenapa lihatin aku?? Jatuh cinta?? Cepet banget chagi." Dira terkekeh. Namun, bukannya kaget Daffa justru tidak mengalihkan pandangannya sama sekali, itu tentu membuat Dira sedikit risih.

"Chagi??"

"...."

"CHAGI!!!!!!!!"

Daffa tersentak. Ia melamun jauh sampai tidak mendengarkan panggilan Dira. Memalukan sekali, Dira akan merasa di perhatikan.

My Cold Man [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang