Dira dan Daffa terlihat sangat serasi dengan gaun pengantinnya. Mereka menjadi titik perhatian orang-orang yang hadir ke acara itu. Tak jauh dari tempat mereka berdiri, Helen tersenyum. Sedikit tidak percaya bahwa Daffa sekarang memiliki tanggung jawab baru.
"Dir... Cariin gue jodoh dong." Wenda mencubit lengan Dira.
"Tuh, si Akil." Mendengar nama Akil, seketika Wenda merasakan hawa mistis. Ia bergidik ngeri, membuat Akil yang berada di sampingnya harus sabar menahan kesal.
"Gak usah ngeri gitu. Lo pikir gue setan."
Semua tidak tahu harus melerai perdebatan Wenda dan Akil dengan cara apa. Mereka hanya bisa menyaksikan, sesekali bertanya kapan ini akan selesai. Allisa berbalik, saat seorang palayan lewat membawa beberapa gelas minuman, Allisa langsung menghentikannya.
"Kak... Saya ambil semuanya yah," Pinta Allisa. Pelayan itu langsung mengangguk dan menyerahkan semua minumannya pada Allisa.
"Minum dulu. Ntar debat lagi," ucapnya seraya memberikan minuman.
Revan tersenyum, tangannya yang tidak sopan mendahului tangan lainnya untuk mengambil minuman di tangan Allisa.
Mereka berbincang hangat dalam dua meja bundar. Di meja nomor enam, Daffa, Dira, Wenda, dan Akil duduk bersama sementara di meja nomor tujuh di isi oleh Vanya, Wenda, Nayeon, Allisa, dan Revan. Suasana hangat seketika menyelimuti mereka, cara Allisa sangat sederhana namun mampu mengikat kebersamaan.
Di sela-sela obrolan, Allisa bangkit untuk memanggil pelayan. Ia berbisik meminta semua cemilan yang ada di lemari kulkas, pelayan itu tersenyum dan pergi mengambil pesanan Allisa.
Daffa tampak mengernyit. Allisa tidak memiliki titik kepuasan padahal ada banyak makanan yang sudah ia habiskan. Mulai dari menu pembuka hingga menu penutup. Anehnya, badan Allisa masih ideal.
"Kenapa lihatin Allisa gitu amat?" Tanya Dira. Sejak Daffa memperhatikan Allisa, sejak saat itu pula ia memperhatikan Daffa.
"Adik kamu makan hampir segudang, badannya kenapa ideal gitu?"
Merasa tersinggung dengan ucapan Daffa, Allisa akhirnya angkat bicara. Sebagai pembuka obrolan mengenai badan ideal, Allisa lebih dulu memperkenalkan dirinya.
"Perkenalkan, nama saya Allisa.""Halah, bikin ngantuk aja." Revan mengibaskan tanganganya kedepan wajah Nayeon. Sosok yang membuatnya terpesona.
"Soal badan ideal. Makan banyak tapi kok gak gendut? Jawabannya adalah, saya juga gak tahu."
Semua terdiam atas jawaban Allisa. Tidak satupun dari mereka yang bersuara atapun tersenyum.
"Udah yah, mending kita tanya ke Daffa ada kejutan apa buat Dira."
Ucapan Nayeon membuat Daffa salah tingkah. Kejutan itu tidak seharusnya dengan cepat di sebut, Daffa ingin memberikannya setelah acara selesai.
"Apa sih lo." Daffa menatap Nayeon dengan tajam.
"Kasih sekarang Daff... Gak baik kalau di nikmati berdua, enaknya ramai-ramai." Nayeon menatap semua temannya seakan meminta dukungan.
"Iya elah Daff... Buruan."
Daffa menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia berjalan kearah panggung untuk mengambil mic, sementara Dira hanya bisa diam penuh tanya.
"Lagu ini saya nyanyikan khusus untuk wanita yang selama ini ada di hati saya."
Baper? Tentu, tapi bukan Dira karena ia belum tahu apa-apa.
Saat musik mulai terdengar, Dira tahu instrument apa yang sedang diputar. Itu adalah lagu kesukaannya, lagu yang dinyanyikan oleh Christina Perri, A thousand Years.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Man [END√]
RomansaJangan pernah berpikir bahwa yang cuek padamu tidak akan pernah peduli dengan apapun yang terjadi. Dirinya peduli, walau sebatas lirikan ekor mata. Aku mengakui ini karena aku sudah merasakannya. Tentang dia yang terlihat dingin namun pada kenyataan...