4. Ekspetasi Tak Sesuai Realita

3.4K 91 1
                                    

Happy Reading.....

Tet.... Tet.... Tet......

Bel istirahat pun berbunyi. Kebahagiaan tersendiri bagi siswa yang merasa bosan dengan pelajaran di kelasnya, apalagi pas jam nya Miss Killer.

"Yeeeeeeee.......," sorak siswa kelas X MIPA 5 dengan gembira. Mereka sudah lelah mendengar ocehan dari Miss Killer yang terus menerus meluapkan amarah kepada siswanya.

Entah karena dia tidak memiliki stok kesabaran yang cukup atau memang kesabarannya sudah habis. Yang jelas, dia selalu marah saat melaksanakan KBM.

Celine terdiam di tempat duduknya. Ia masih saja melamun dan tidak fokus pada pelajaran matematika tadi. Ia terus memikirkan sesosok pria yang duduk di belakangnya saat ini.

Timbul pertanyaan terus menerus di benaknya.

"Dia siapa??"

"Emang murid baru??"

"Kok ganteng banget sih?"

"Siapa ya namanya?"

Ah, semua pertanyaan itu membuat Celine bingung. Kenapa juga dia harus memikirkan pria ini. Toh, dia siapa? Gak kenal juga.

Akhirnya, Celine memilih untuk membaca novel keluaran terbaru yang dibelinya kemarin.

**

Rasya memutuskan untuk pergi ke kantin bersama Dion setelah Dion memaksanya tadi. Sebenarnya Rasya tidak suka tempat ramai, karena apalagi kalau bukan suasananya yang berisik.

Namun, disisi lain dia juga sangat peduli terhadap temannya itu. Ya, masih punya hati nurani meski sifatnya dingin. Apalagi, Dion mengeluh sakit perut dan pusing, Maka dari itu dengan sangat terpaksa Rasya mengikuti kemauan pria dengan rambut tebal bergelombang tersebut.

Saat menuju kantin, banyak sorot mata yang mengarah pada Rasya, terutama kaum hawa. Betapa tidak, siapa yang tak kagum dengan pria tampan bertubuh tinggi dan berkulit putih seperti bule itu. Semua yang melihat Rasya seakan tak bisa melepas pandangannya.

Namun, Rasya acuh tak acuh dengan tatapan mereka. Tak ada respon sedikitpun. Seutas senyum pun sepertinya mahal untuk seorang Rasya Vernando.

Tiba di kantin, Dion memilih meja yang paling tengah, namun Rasya menolaknya. Dia paling tidak suka jika berada ditengah tengah keramaian. Dan Rasya memutuskan untuk memilih meja yang ada di pojok kiri.

"Sya, Lo mau pesen apa?" tanya Dion.

"Jus apel satu."

Pria yang satu ini memang menfavoritkan jus apel. Tak heran di sekolah lamanya banyak siswa yang mengirimkan minuman ini, baik di laci mejanya, maupun di meja bangkunya.

"Nggak mau beli makanan?" tanya Dion sekali lagi.

Rasya hanya menggeleng.

"Oh, atau jangan jangan lo jaga image ya, biar dikata most wanted sama cewek cewek yang dari tadi ngelihatin lo?" selidik Dion penuh curiga.

Tak Terima dengan perkataan itu, Rasya pun menjitak kepala Dion.

"Aduh!! sakit tau, ilang ganteng gua ntar," sahut Dion dengan pede-nya.

Rasya hanya diam. Dia sangat malas meladeni pria yang dicap sebagai teman barunya ini. Hingga, ia memutuskan untuk mengeluarkan ponsel dari sakunya.

Dion segera pergi ke Bi Mirna, salah satu penjual kantin langganannya untuk memesan makanan.

"Hai Rasya!!" sapa Cindy, Gadis pembuat onar yang dikenal sebagai penguasa sekolah.

Rasya diam. Dirinya masih setia mengotak atik ponsel yang sedari tadi dipegangnya. Sampai-sampai, Rasya tak mempedulikan siapapun yang berbicara kepadanya.

"Rasya, lo denger gua kan, kenalin gua Cindy, cewek paling cantik di sekolah ini," ucap Cindy sambil mengulurkan tangannya ke arah Rasya.

Namun, lagi-lagi Rasya hanya diam.

Cindy pun mulai kesal, dan tanpa berpikir panjang, dia merampas ponsel milik Rasya. Tanpa takut akan resiko, kini Cindy tengah menggenggam ponsel milik Rasya.

"Cindy," tuturnya sambil nyengir kuda dan mengulurkan tangan lagi.

"Apaan sih, sini balikin," kesal Rasya kasar sambil mengambil paksa ponsel miliknya.

"Ih Rasya, kok gitu sih? Aku kan cuma pengen kenalan," decak Cindy sebal dengan sikap Rasya.

Tak berapa lama setelah itu, Dion kembali ke mejanya. Dia mendapati Cindy tengah duduk manis di depan Rasya. Ia pun berniat menghampirinya.

"Eh ada bebeb Cindy, nyariin abang ya?" ucap Dion pede sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Najis!!" murka Cindy lalu pergi dari tempat itu.

Cindy pun kesal karena dia tak bisa membuat Rasya terkagum padanya. Padahal, siapa sih yang nggak suka sama seorang Cindy Adeeva. Cewek cantik yang sering menarik perhatian kaum adam dan selalu berhasil menaklukkan hati para cowok, siapapun itu.

"Ini pesanannya den!!" kata Bi Mirna, penjual kantin sambil mengantarkan pesanan Rasya dan Dion.

BI Mirna masih berdiam di tempat. Dion pun peka dengan hal itu, dan langsung merogoh sakunya yang memang seringkali kosong.

"Duh, gua lupa bawa duit." Dion menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Rasya terlalu peka untuk kejadian ini. Ia pun mengeluarkan selembar uang bernilai 20 ribu.

"Nih bi," cetus Rasya sambil memberikan benda itu, lantas tersenyum singkat.

"Wahhh, lo emang temen gua banget deh, makasih ya bro," kata Dion sambil menepuk-nepuk pundak Rasya dan tertawa keras.

Rasya yang merasa risih dengan tingkah laku Dion, langsung menyingkirkan tangan pria itu dengan paksa. Kemudian, melanjutkan acara minumnya yang sempat tertunda.

**

"Hei," panggil Jessy & Zahra yang mmengagetkan Celine saat sedang melamun sambil membaca novel.

Celine sedikit kaget mendengarnya.

"Ih, kalian ngagetin aja sih? Tai tahu nggak," omel Celine.

"Suruh siapa melamun, ngelamunin apa sih? Bagi bagi dong!!" tanya Zahra penasaran. Zahra si ratu kepo tingkat dewa yang cantiknya melebihi Incess Syahrini jika dilihat dari sedotan.

"Apasih kalian, siapa juga yang ngelamun? Au ah gelap gua mau ke kamar mandi dulu."

Celine segera berdiri dari tempat duduknya dan berjalan gontai menuju ke kamar mandi yang terletak di ujung lorong.

Jessy & Zahra hanya bisa melihat sahabat nya sambil melongo, tidak biasanya Celine seperti ini. Biasanya dia pasti cerita apapun masalahnya kepada mereka.

Jessy dan Zahra pun mengangkat pundak mereka tanda tak tahu apa-apa satu sama lain.

BRUUUGGG

"Aw.. Sakit."

Seseorang dari arah yang berlawanan menabrak Celine yang sedang berjalan. Sontak ia pun terjatuh. Tak lama kemudian, ia segera berdiri dan menatap pria yang menabraknya tadi.

"Kalo jalan pake mata dong, gak liat apa ada orang disini," omel Celine di hadapan pria itu.

Pria itu terdiam. Berikutnya, dia melangkah pergi meninggalkan Celine yang masih meringis kesakitan.

"Eh, awas lo ya? Udah nabrak gak minta maaf lagi? Lo tuh siapa sih? Mau lo apa sih?" murka Celine dengan menaikkan suaranya beberapa oktaf.

Celine terus saja menggerutu. Dia pikir jika pria yang ditemuinya tadi pagi adalah pria yang ramah dan baik. Tapi apa? OMG ekspetasi tak sesuai dengan realita.

**

RACELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang