54. Blue Fire paling indah

1.1K 29 0
                                    

**

"Aduh Bang, gimana kalo Zahra nggak bisa sadar?" Celine dengan paniknya menoleh ke arah Vareel yang sudah keringat dingin tapi masih terlihat tenang.

"Kamu tenang dulu, kalau sampai waktu pendakian dia belum sadar, Abang bakalan cari bantuan sama penduduk sekitar," kata Vareel.

Celine berkali-kali mengganti kompres yang dipakai Zahra. Jessy juga mencoba mengipasi tubuh Zahra yang berkeringat. Dion mengoleskan minyak kayu putih di leher Zahra, serta Rasya dan Vareel yang sedang berpikir bagaimana penyelesaian yang tepat dari masalah ini.

Secara mereka masih di bawah umur, hanya Vareel yang sudah mengerti dan pernah melakukan pendakian sebelumnya. Jadi, wajar jika Zahra merasa kaget dengan kondisi sekitar.

30 menit berlalu. Semua masih berada di posisinya dan tidak bergerak sedikitpun. Namun, ada sesuatu yang mengejutkan. Zahra menggerakkan kepalanya ke kanan kiri dengan perlahan.

Celine yang melihat hal itu langsung histeris. "Kak, Zahra sadar! Zahra sadar!"

Semua mata tertuju pada Zahra. Ia mulai membuka mata perlahan. "Gua kenapa?" tanyanya dengan suara serak.

"Lo udah sadar Ra? Gimana keadaan lo? Udah enakan belum?" tanya Jessy.

"Sebentar sebentar!" Vareel menyuruh Celine bergeser agar ia bisa memeriksa keadaan Zahra.

"Masing pusing nggak?" tanya Vareel. Sedang Zahra tidak bisa berkedip melihat wajah Vareel yang sedekat ini. Rasanya jantungnya sudah mau copot.

"Hei.... Zahra, gimana? Masih pusing?" tanya Vareel lagi sambil mengayunkan tangannya di atas mata Zahra.

"Hah? Iya gapapa kok Kak," jawab Zahra sambil memijat keningnya yang masih pusing.

"Kamu masih pusing ya? Coba gua pijitin." Vareel dengan telaten memijat kening Zahra lembut.

Zahra hanya bisa tersenyum sumringah dengan kejadian ini. Rasanya, ia ingin menghentikan waktu agar ia bisa menikmati ini dalam waktu yang lama.

"Kalau gini, mending aku sakit aja tiap hari. Gausah sembuh sekalian," batin Zahra.

"Gimana sekarang? Udah enakan belum?" tanya Vareel setelah berusaha menolong Zahra.

"Hah? Aduh, masih sakit Kak. Ini nih bagian sini nih sakit banget," ucap Zahra sambil memegang pelipis kanannya.

Vareel berhenti sejenak, berpikir. "Dion, coba lo pijitin dulu pelipisnya Zahra, gua mau ambil obat dulu."

Dengan terpaksa Dion harus menuruti perintah Vareel. Bukan apa-apa, nanti bisa-bisa dia di demo semua orang jika tidak melakukan perintah itu.

"Hah? Kok Dion sih? Aku kan pengennya sama kamu Kak Vareel, pangeranku."

Zahra hanya bisa pasrah dengan itu. Walau hatinya terus terang merasa terluka, tapi ya bisa apa dia?

Detik berikutnya, Vareel datang membawa beberapa obat dan air mineral untuk Zahra. Vareel berharap agar Zahra cepat pulih dan kegiatan bisa berlanjut dengan lancar.

**

1 jam kemudian....

"Rasya, ih kamu tuh."

"Apa?" jawabnya dingin.

"Es batu. Masa sama pacar sendiri gak romantis sih," cibir Celine tak henti-henti.

"Yaudah sana cari pacar yang romantis," ucap Rasya, masih fokus dengan ponsel di tangannya.

Celine menganga lebar. Ternyata, pacarnya ini mengalami double problem, yaitu nggak pernah peka dan nggak waras. Bisa-bisanya Celine disuruh cari pacar lagi. Emang cari pacar semudah nyanyi lagunya ST12.

RACELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang