11. Rumah Celine (2)

2.2K 60 0
                                    

Happy Reading....

**

Jam menunjukkan pukul 17.00, namun tak ada satu orang pun yang beranjak dari rumah Celine. Mereka masih tetap sama, bercanda, bergurau, bercerita, dan main game bersama. Seakan meskipun dunia memberikan isyarat bahwa waktu telah berganti, mereka tidak mempedulikan sama sekali.

"Cel, main ps seru nih keknya," ajak Zahra, berharap Vareel yang menemaninya main game itu.

"Itu ada ps di ruang TV. Kesana aja," balas Celine sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.

"Gua juga bisa main ps, tapi gua menang terus kalo main kek gituan, jadi males gaada tantangannya," sahut Dion, lalu tertawa keras.

Zahra memutar bola matanya jengah. "Bacod mulu dah lo, buktiin dong kalo lo bisa, jangan kek banci pasar malem yang bisanya ngoceh gak jelas."

"Oke fiks, gua main. Tapi inget ya, kalo kalah jangan nangis," Teriak Dion keras, lalu melangkah pergi ke ruang TV.

"Cel, gua pinjem novel lo dong!!" pinta Jessy pada Celine.

"Ambil aja di kamar gua, mau novel kek apa? Di kamar gua komplit deh pokoknya," balas Celine, lalu mengangkat jempolnya dan mengedipkan sebelah matanya pada Jessy.

Jessy menatap Celine lekat, lalu pergi ke kamar Celine dengan diantar oleh Bi Inah.

Kini, hanya tinggal Celine dan Rasya di ruangan ini. Ya, mereka berdua. Namun, bukannya ngobrol mereka malah asik dengan ponsel masing-masing.

"Aduh, ngomong nggak ya? Canggung banget nih gua, masa diem dieman mulu sampai upin ipin masuk SD," gumam Celine. Kepalanya masih menunduk.

Gadis itu mengamati wajah pria yang duduk di depannya ini. Tampan, hanya kata itu yang dapat menggambarkan raut wajah itu saat ini. Walaupun sifatnya kek es batu sih. Namun tetap, ketampanannya ini membuat semua orang terpukau melihatnya.

Detik berikutnya, Rasya mendongak, menatap Celine datar. Sontak Celine yang kepergok sedang mengamati wajah Rasya langsung bungkam, gugup, dan salah tingkah. Ia pun langsung menatap ponselnya yang sedari tadi ia pegang.

Saking paniknya, Celine tak sadar jika ia sedang melihat ponselnya yang terbalik.

Rasya hanya menautkan kedua alisnya, lalu menggeleng pelan.

"Aduh, Rasya pake natap gua lagi, kepergok basah kek gini kan gak enak" pikir Celine dalam hati.

"Kamar mandi dimana?" tanya Rasya mengakhiri keheningan diantara mereka.

Celine pun menatap Rasya, mengembalikan posisi ponselnya seperti semula.

"Di... Di... Disitu sya," balas Celine gugup, lalu Rasya langsung berdiri dan menghampiri Celine.

"Yaudah, lo anterin gua," pinta Rasya datar, tanpa ekspresi, tanpa senyuman, dan seperti itu saja sudah membuat Celine meleleh.

"Eh, iya ayo sya."

Mereka pun berjalan beriringan menuju ke kamar mandi belakang. Keduanya nampak tak ada yang memecah keheningan. Masih sama seperti sebelumnya.

Saat berada di dekat kamar mandi, Rasya melihat ada sesuatu yang indah di belakang rumah Celine. Karena merasa kepo, setelah keluar dari toilet Rasya bertanya pada Celine.

"Itu apa di belakang rumah lo?" tanya Rasya.

"Mana?" Celine pun mendekat ke tempat Rasya, melihat apa yang dimaksud olehnya. Tepat di dada pria ini.

Tanpa sengaja, Celine mendongak, ingin menjawab pertanyaan dari Rasya. Namun, Celine tak sadar jika Rasya berada di atasnya kini. Sontak, Celine dapat melihat manik mata hitam pekat milik Rasya.

Disaat yang bersamaan, Rasya juga menoleh ke bawah, membuat kedua bola mata itu bertemu. Baik Celine maupun Rasya saling mengamati manik mata masing-masing.

RACELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang