7. Senyuman Rasya

2.6K 69 0
                                    

Happy Reading.....

"Selamat pagi anak anak, sudah siapkah kalian mengikuti ujian semester kali ini?" sapa Bu Sandra ramah, di depan semua siswa.

"Pagi juga bu!!" jawab semua murid di kelas itu serempak.

"Tenang aja bu, siap ga siap kita pasti siap, yakan temen temen!!" tukas Dion sambil tersenyum lebar.

Semua siswa disitu pun tertawa dengan gelagat Dion yang PDnya udah kayak model bintang lima.

*eh hotel bintang lima, Aduh apaan sih
Oke fiks author ga jelas :v

Akhirnya bel berbunyi, tanda jika waktu ujian dimulai sekarang.

Hening,

Semua fokus pada lembar jawaban dan lembar soal masing-masing.

Masih hening,

"Sya.... sya... nomor 5 apa? Gua nggak ngerti nih, tadi malem nggak belajar ini," bisik Dion pelan pada Rasya. Kebetulan Rasya duduk pas di depannya.

Rasya hanya diam. Sudah menjadi kebudayaan jika ada teman yang memanggil Rasya saat ujian, maka ia akan mengabaikannya. Ya begitulah seorang Rasya Vernando. Dia baik pada temannya, tapi tidak saat ujian tiba.

Merasa diabaikan, Dion merasa kesal, Dia pun beralih memanggil Celine yang kebetulan berada di samping bangku Rasya.

"Cel.. Celine.. No-mor-li-ma-a-pa?" eja-nya dengan menekankan setiap huruf yang ia ucapkan.

Merasa ada yang memanggil Celine pun menoleh ke belakang, mendapati Dion yang sedang berdesis kearahnya.

"Apa?"

"Nomor 5," sahutnya pelan sambil tangannya membentuk 5.

"C," jawab Celine singkat, lalu kembali fokus ke lembar jawaban dan soal yang ia kerjakan.

Kembali hening.

"ADUH GUA LUPA MATERINYA!!" jerit Dion frustasi.

Semua makhluk bernyawa pun menoleh ke sumber suara. Dan pecah, seisi kelas tertawa melihat kelakuan Dion yang kadang gak jelas sama sekali.

Terkecuali Celine dan Rasya. Mereka terlalu sibuk dengan benda yang ada di depannya. Hingga seolah olah tak mendengar suara apapun di kelas ini.

Dion tersadar. Ia lalu menutup mulutnya dengan tangan. Lalu ikut tertawa bersama teman temannya.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 09.55

"Waktu kurang lima menit, silahkan kumpulkan lembar jawaban dan soal kalian," titah Bu Sandra, sambil melirik arloji pink yang melekat di tangan kirinya.

Semua siswa pun panik, ada yang berbisik, menoleh, ngobrol, bahkan ada yang berteriak saking paniknya.

Saat semua siswa panik memikirkan lembar jawaban yang belum penuh, Celine dengan santainya melangkah ke depan, memberikan lembar jawabannya yang telah selesai.

Karena terlalu bersemangat untuk menjadi nomor satu, Celine lupa tali sepatunya belum diikat dan,

BRAKKK

Ia terjatuh, persis di depan meja guru, dan sontak semua siswa pun menertawakannya.

Tak terkecuali Rasya Vernando. Entah mengapa, keadaan membuatnya ingin tersenyum, meskipun ia hanya memberikan sebuah senyum singkat.

Celine pun merasa malu, Lalu ia mendongak, berniat meminta tolong seseorang yang ada di depannya untuk membantunya berdiri. Namun yang dilihatnya sungguh lebih dari membantunya.

Senyuman seorang Rasya. Dan itu persis di depannya saat ini. Momen langka ini membuat hati Celine berdebar tak karuan. Entah rasa apa yang dimilikinya saat ini.

Ya Ampun, ganteng banget!!

Cobaan apalagi yang kau berikan Tuhan

Kenapa senyuman dia manis banget

Aduh, adek gak kuat liatnya bang

Beragam kalimat memenuhi pikirannya saat ini. Namun,

"Cel... Celine.. Cel.. Lo gapapa?" tanya Jessy heran, sambil menggoyang goyangkan tubuh Celine.

Celine tersadar.

"Ahhh iya, ada apa?" tanyanya polos

"Ada apa kata lo? Ini udah sepi cel, lo mau nongkrong disini sama siapa? Jangan bilang lo tadi kesambet," selidik Zahra sambil melotot tajam.

Celine terperanjat. Sepi, tak ada satu orang pun kecuali sahabatnya. Dimana Rasya? Bukankah tadi dia ada di depannya dan tersenyum padanya? Dimana senyuman itu? Apakah ini hanya ilusi semata? Mana mungkin Rasya bisa senyum semanis itu, dia kan es batu.

"Ngaco deh lo, siapa juga yang kesambet, tadi gua jatoh, bukannya ditolongin malah dikatain, eek deh kalian berdua," sahut Celine sebal.

"Iya iya, yuk pulang!!" ajak Jessy padanya, lalu mengulurkan tangannya untuk menolong Celine.

Hari ini, mereka bertiga pulang bareng karena Zahra dan Jessy ingin belajar bersama, dikarenakan besok adalah ujian mata pelajaran fisika. Pelajaran yang paling dibenci oleh sebagian anak IPA, termasuk Jessy dan Zahra.

Sepanjang perjalanan, Celine hanya melamun. Dia terus saja memikirkan hal itu, memikirkan sebuah senyuman yang mungkin terlalu manis untuk dilupakan. Bahkan meskipun dia berkali kali ditegur oleh Jessy dan Zahra.

Bagaimana tidak? Celine merasakan hal yang dia sendiri tak tau apa arti dari perasaan ini. Seakan akan dia ingin selalu melihat senyuman itu. Senyuman orang yang ia sendiri belum mengenalinya 100%.

"Cel, yang ini gimana?" tanya Jessy saat mereka sudah sampai di kamar Celine.

"Hah? Iya apa? Yang mana?" jawab Celine kaget, setelah tersadar dari lamunannya.

"Lo tuh ya? Dari tadi ngelamun mulu, mikirin apa sih?" tanya Jessy kepo. Meskipun dia tak sekepo Zahra, tapi jika menyangkut masalah Celine dia selalu mau ingin tahu, mungkin karena Celine adalah sahabatnya.

"Gapapa kok," balas Celine mencoba tenang, untuk saat ini ia tak ingin bercerita pada siapapun.

"Udah deh cel, lo tuh nggak usah bohong sama kita, peres banget tau nggak!!" kesal Zahra, lalu menoleh ke lawan arah.

"Hmmmm–"

Celine kembali melamun.

"Cel???" teriak Zahra tepat di samping telinga Celine.

"Ah.. Aku suka senyuman Rasya," ucap Celine tak sadar.

"Hah?" kaget Jessy dan Zahra bebarengan sambil melongo tak percaya.

**

RACELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang