27. Celine pulang

1.5K 40 0
                                    

Happy Reading 🖤🖤

**

Dua hari telah berlalu. Saat ini, Celine telah berkemas diri untuk bersiap pulang ke rumahnya. Sang mama lah yang membantu semuanya. Celine merasa bahagia sekaligus beruntung memiliki Mama sebaik Melina.

"Kamu makan dulu gih, biar mama yang beresin semuanya," Ucap Melina sembari mengemasi semua pakaian kotor milik Celine dan memasukkannya pada kantong kresek.

"Mama nggak mau aku bantuin?" Tanya Celine yang mulai tidak tega kepada Melina.

"Nggak perlu, kamu makan aja biar tubuh kamu nggak lemah. Nanti sampai rumah bisa langsung tidur," Jawab Melina lalu melanjutkan aktifitasnya kembali.

"Yaudah iya," Ujar Celine yang kemudian mengambil semangkuk bubur di nakasnya.

"Habis ini Vareel bakal jemput kita Vel. Kamu udah siap pulang?" Tanya Melina berusaha memastikan.

"Siap Ma. Vely udah keburu pengen sekolah Ma," Jawab Celine yang nampak semangat.

Melina pun melihatnya hanya bisa tersenyum simpul. Terbesit semangat di benak Celine untuk sembuh, dan itu menambah semangatnya untuk terus merawat putrinya ini.

Setelah 1 jam beberes, Vareel datang dengan mobil hitam milik keluarganya. Kebetulan, Vareel sedang tidak ada kelas hari ini. Jadi, ia bisa menyempatkan waktu untuk menjemput adiknya pulang. Di rumahnya pun sudah ada Mbok Sri yang telah menyiapkan semuanya. Telah membersihkan dan merapikan kamar Celine.

Dan, kebetulan Papa Celine sedang berada di rumah saat ini.

**

Rasya berdiri di balkon kamarnya dengan lesu. Tubuhnya ia senderkan pada pagar yang membatasi balkon tersebut.

Sudah beberapa hari ini dirinya tidak bertemu dengan Celine. Terbesit keinginan untuk menjenguknya, namun selalu tidak ada waktu yang tepat.

Entah mengapa, timbul sebuah rasa rindu di benak Rasya. Ia sendiri bahkan tak mengerti mengapa rasa ini semakin besar setiap harinya.

Tok... Tok... Tok....

Suara itu membangunkan Rasya dari dunia fiksinya. Dengan langkah gontai, ia pergi menuju pintu kamarnya dan membuka knop pintu secara perlahan.

Gadis itu terdiam. Rasya pun terdiam. Tidak ada yang membuka mulut dalam kejadian ini. Setelah knop pintu dibuka, keduanya bungkam. Tak bisa berkata apapun untuk sekedar mencairkan suasana.

"Hai," Sapa gadis itu ragu.

"Ngapain lo kesini?" Ketus Rasya dengan menunjukkan raut wajah yang datar.

Rasya pun merasa moodnya benar-benar hancur hari ini. Ia berniat menutup pintu kamarnya dan menginginkan waktu untuk menenangkan pikirannya.

"Vero tunggu!!" Cegah gadis itu yang menahan pintu agar tidak tertutup.

Rasya mengangkat kedua alisnya, pertanda ingin mengatakan "apa lagi?"

"Boleh aku masuk?" Tanyanya lembut, sopan, dan tidak manja. Bukan seperti Cherry yang biasanya.

Rasya nampak berpikir sejenak. Tapi, apa salahnya membiarkan Cherry masuk, sepertinya dia sudah berubah. Kemudian, Rasya hanya mengangguk dan mempersilahkan gadis itu masuk ke kamarnya.

Cherry merasa senang dengan ini, kemudian ia duduk di ranjang Rasya dan berkata, "Aku sudah memutuskan sesuatu Ro."

"Apa?" Tanya Rasya masih dengan ekspresi datar.

"Aku mau memperbaiki hubungan persahabatan kita. Maafin aku kalau selama ini aku udah salah menilai kamu. Maaf jika selama ini aku menganggap kamu juga mempunyai perasaan yang sama terhadapku. Dan aku tahu hati ini tidak bisa dipaksakan kehendaknya," Terang Cherry sembari tersenyum simpul, menunjukkan kebahagiaannya.

RACELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang