39. Risalah Hati

1.2K 35 0
                                    

Happy Reading 🖤🖤

**

"Duh, bodoh-bodoh-bodoh, kenapa sih gua bisa keceplosan kek gitu tadi? Kan, kesannya kayak gua yang nembak Rasya," gerutu Celine.

Kini, Celine tengah berada di balkon kamarnya. Raganya menjauh dari Rasya, namun pikirannya seolah tak berhenti berputar tentang Rasya.

Celine duduk di salah satu kursi yang terletak disitu. "Aduh Celine, plis dong berhenti mikirin Rasya sebentaaar aja, Ya Tuhan!!!"

Ia masih saja menggerutu sedari tadi. Mulutnya berkomat-kamit membacakan mantra gak jelas yang tiada henti.

"Cel?" panggil seorang pria dari arah kamar Celine.

"Apasih Sya?" jawab Celine cepat, seolah ia dikuasi oleh kuntilanak berhidung belang, sehingga tidak bisa menyaring ucapannya.

"Sya?" Pria itu kaget dengan jawaban Celine. Ia pun menghampiri Celine dan duduk di sebelahnya.

"Apaan sih Bang? Nggak usah mulai deh," decak Celine sembari melirik tajam ke arah Vareel.

"Siapa tuh Sya?" tanya Vareel, manik matanya melirik curiga.

"Salah panggil aja," elak Celine mencoba untuk tenang, karena jika tidak Vareel pasti akan menginterogasi nya.

"Salah panggil atau mengharap dipanggil nih?" goda Vareel, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Salah panggil, Ih, resek deh!!" sergah Celine yang mulai kesal dengan Vareel, pria yang mengaku sebagai abangnya itu.

"Siapa sih tuh orang? Risya? Tasya? Lesya? Atau Sasya tepung bumbu krispi?" tanya Vareel.

Celine pun tertawa sesaat setelah mendengar pertanyaan Vareel. "Salah Bang, itu semua kan nama cewek, masa iya aku suka sama cewek." Celine menjeda ucapannya, "Oh, Jangan-jangan itu nama dari cewek yang lagi pdkt sama Abang ya? Hayo ngaku!!"

"Sotoy deh, udah ah capek ngomong sama lo. Tuh, dipanggil Mama suruh makan malem."

"Gua nggak laper," jawab Celine.

"Terus? Gua peduli? Lo mati aja gua nggak akan ikut nguburin, wlee," ejek Vareel sembari memeletkan lidahnya.

"Ih, Bang Vareel resek!!"

**

"Vero, ada Cherry nih!!" teriak Ana dari lantai bawah, kelihatannya kini ia sedang berkutat di dapur.

"Suruh ke kamar," jawab Rasya.

Ana pun menginstruksikan kepalanya untuk menyuruh Cherry agar pergi ke kamar Rasya.

"Yaudah, Cherry masuk dulu ya tan!!" ujar Cherry sopan, kepalanya sedikit menunduk.

Ana hanya mengangguk sebagai isyarat untuk jawaban dari Cherry. Tak lupa, seulas senyum ia hadiahkan kepada Cherry, gadis yang akan menjadi menantunya itu.

Cherry pun melangkahkan kakinya menuju ke lantai atas, menaiki setapak demi setapak tangga yang menjadi penghubung antara lantai bawah dan lantai atas.

"Hai Vero!!" sapa Cherry.

Rasya tersenyum singkat melihat Cherry yang sepertinya ceria malam ini. Dirinya sedang tiduran di kasur sambil memainkan gitar kesukaannya.

Cherry pun melangkah mendekat ke arah Rasya. Kemudian, ia mendudukkan bokongnya ke ujung kasur yang menghadap ke arah Rasya.

"Gimana kabar kamu?" tanya Cherry.

"Baik."

"Nyanyi dong Ro," pinta Cherry.

"Nggak ah, lagi males," jawab Rasya datar.

RACELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang