30. First Call

1.6K 49 1
                                    

Kalimat sederhana yang kamu utarakan dapat menjadikan aku orang yang paling bahagia di dunia ini. Percayalah!!

Happy Reading 🖤🖤

**

Mentari telah kembali ke posisi semula, beristirahat untuk kembali menyinari bumi di esok hari. Kegelapan mulai menerpa, namun bulan datang dan memberi keindahan. Juga bintang yang tak ingin kalah untuk memberi sinar pada bumi, hingga kegelapan musnah dengan adanya satelit itu.

Celine termenung dalam hangat kasurnya. Ia tak habis pikir dengan perlakuan Rasya yang sangat membuatnya bahagia. Bayang-bayang Rasya pun seolah tak mau pergi dari otaknya, hingga hanya Rasya yang berada dalam lamunnya saat ini.

"Aduhh, kok gua jadi mikirin Rasya sih," Serga Celine disela lamunannya.

Celine tersenyum, "Tapi lucu juga ya tadi. Kok bisa sih Rasya se-kyuutt itu sama gua. Mimpi apa gua tadi malem."

Celine terus saja bernostalgia dengan kejadian tadi. Rasanya, ia ingin memperlambat waktu untuk terus bersama Rasya. Namun, ya tentu saja itu hal yang mustahil.

"Vel, ayo makan malam nak," Panggil Melina dari lantai bawah.

"Iya Ma, otw."

**

Dengan langkah gontai, Rasya pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya. Handoko sudah pulang bekerja, dan tradisinya semua harus ikut makan malam bersama waktu itu juga.

"Duduk Vero!!" Perintah Handoko pada Rasya yang sudah ada di ruangan itu.

Tanpa menjawabnya, Rasya langsung duduk di salah satu kursi di ruangan itu.

"Yasudah. Mari makan," Ajak Handoko pada Ana dan juga Rasya.

Mendengar hal ini, Ana langsung mengambil piring dan mengambilkan nasi untuk suaminya dengan telaten. Tangannya terlihat lihai dalam melayani suaminya itu, hingga membuat Rasya sedikit jengah.

"Makasih bun," Ucap Handoko, dengan nada sok manis yang membuat Rasya harus menahan emosinya dalam-dalam.

"Drama king," Umpat Rasya dalam hati.

Acara makan malam ini berjalan dengan khidmat. Semua menikmati makanannya masing-masing. Tak ada suara yang dilontarkan oleh ketiganya saat makan, karena Handoko sendiri yang telah melarang siapapun untuk berbicara ketika sedang makan. Jadi, hanya ada suara gesekan antara garpu dan sendok yang mendominasi acara itu.

Setelah selesai, semua masih terdiam ditempat, tak ingin pergi ataupun beranjak. Rasya pun sepertinya sudah mengetahui apa yang akan dibicarakan oleh Handoko, apa lagi jika bukan soal perjodohan dirinya dengan Cherry. Maka dari itu, Rasya masih setia disini dan berniat untuk membujuk Handoko agar membatalkan rencana perjodohan itu.

"Bagaimana hubungan kamu dengan Cherry, Vero??" Tanya Handoko dengan wibawa yang besar.

"Baik-baik aja. Malah sekarang kita jadi sahabat," Jawab Vero seadanya.

"Bagus jika memang itu kenyataannya. Hal ini mempermudah kamu untuk acara pertunangan nanti," Ungkap Handoko sambil merapikan jas yang dipakainya.

"Pa, please. Vero nggak cinta sama Cherry. Vero dan Cherry memutuskan untuk menjadi sahabat, seperti dulu," Tukas Rasya untuk memohon pada Handoko.

"Bagaimana bisa kamu berpikir seperti itu? Perjodohan ini harus dilaksanakan, apapun resikonya," Ancam Handoko dengan nada picik.

"Papa nggak bisa seenaknya nyuruh Vero seperti ini. Sudah 2019 pa, udah nggak jaman perjodohan," Tutur Rasya tak Terima dengan keputusan Handoko.

RACELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang