38. Peka

1.2K 39 0
                                    

Happy Reading 🖤🖤

Tet.... Tet... Tet....

"Gua pulang duluan guys!!" Zahra berteriak sembari berlari menjauh dari teman-temannya.

"Kok aneh sih tuh orang," sahut Jessy dengan menautkan kedua alisnya.

"Biasa, orang bucin mah gitu," jawab Celine santai.

"Oh, sama Renald." Jessy menganggukkan kepalanya berkali-kali tanda mengerti akan maksud Celine.

Renald adalah pacar baru Zahra sejak seminggu yang lalu, karena masih menten anyar, ya suka berduaan gitu deh.

"Yaudah, gua pulang dulu yaw!!" Celine bergegas pergi meninggalkan Jessy agar cepat sampai rumah dan tidur.

"Oke, ti-ati baby!!"

Perlahan tapi pasti, gadis ini berjalan menelusuri lorong-lorong sekolah yang diapadati oleh siswa dan siswi yang bertujuan sama.

"Na, bis-nya udah lewat belum?" tanya Celine pada gadis mungil bernama Rina itu. Kebetulan, Rina berada di dekat Celine.

"Belum Cel," jawabnya singkat.

"Oh, alhamdulillah."

Celine pun memutuskan untuk mengotak-atik ponselnya agar kebosanan itu menghindar dari hadapannya saat ini.

Belasan chat masuk memenuhi notifikasi dari ponsel Celine. Karena kebanyakan chat dari grub, gadis ini pun merasa acuh tak acuh. Namun, ada hal yang membuat pandangannya terkunci, sebuah nomor asing tertera jelas di layar ponselnya. Nomor itu menyapanya dengan kata "hai?"

Dahinya berkerut, siapa lagi ini? Apa Rasya ganti nomor? Tapi, mana mungkin?

"Cel?"

Sebuah panggilan yang berasal dari atas membuat Celine mendongak. Ia kaget bukan main saat mendapati Vino sedang berdiri di depannya saat ini. Sontak, Celine pun ternganga dengan hal ini.

"Kak Vino? Kok ada disini?" tanya Celine setelah berusaha menormalkan deruan nafas yang sempat tidak teratur.

"Pulang bareng yukk!!"

Bukannya menjawab pertanyaan dari Celine, Vino mengalihkan pembicaraan untuk mengajak Celine pulang bersamanya. Hal ini bukan yang pertama kalinya sih Vino perhatian, Celine merasa jika Vino mempunyai perasaan yang lebih kepadanya.

"Emang nggak ngerepotin?" tanya Celine.

"Enggak kok, santai aja, yukk!!"

Detik berikutnya, Vino menggenggam tangan Celine untuk ikut bersamanya. Vino pasti sudah habis sabar untuk menunggu jawaban "iya" dari Celine.

"Eh, kak." Celine nampak tergeret di belakang Vino. Tenaga Vino yang tentu lebih besar darinya membuat Celine harus mengalah.

Setelah kurang lebih sepuluh langkah mereka berjalan bareng, Vino mulai memperlambat lalu jalannya agar sejajar dengan Celine.

"Kalo di dekat kamu, aku suka sedih," ujar Vino disela langkah kakinya.

"Loh, kok bisa?" Celine menyatukan kedua alisnya, lalu menoleh ke arah Vino.

"Karna lo nggak mau tersenyum di dekat gua, jadi, gua merasa gagal buat bikin lo bahagia," jawab Vino sembari tersenyum. Senyum yang jarang di dapatkan oleh gadis lain di luar sana.

"Hmm, Kak Vino gombal deh." Celine terlihat tersipu malu mendengarnya, Ia pun tak bisa menyembunyikan senyum bahagia yang tercetak di bibirnya.

"Gua serius Celine." Vino menghentikan langkahnya sebentar, lalu menatap Celine lekat. "Lo itu sumber kebahagiaan buat gua." Vino mencolek hidung Celine gemas.

RACELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang