57. Api Unggun

525 20 3
                                    

Happy Reading 🖤🖤

**

Hari sudah mulai petang, langit berwarna oranye indah ditemani dengan semilir angin yang menyejukkan.

Rasya dan Celine telah sampai di tempat camping, dan lukanya sudah diobati tadi dengan hansaplast yang ada di ransel Vareel. Begitupun Vareel dan Jessy yang telah sampai sedikit lebih lambat.

Kini, mereka mulai menata persiapan untuk makan malam dan acara api unggun yang sebentar lagi akan dimulai. Mereka akan menghabiskan waktu dengan sebaik-baiknya karena besok sore sudah waktunya untuk pulang.

Para kaum laki-laki menyusun kayu bakar dan menyiapkan panci untuk memasak air. Sedangkan para kaum perempuan, menyiapkan jejamuan untuk dimasak nanti malam. Sesekali mereka nampak bercanda untuk membuat suasana semakin renyah.

Tak dirasa, malam pun tiba. Langit terlihat pekat dengan taburan bintang yang berbaris rapi. Nampaknya, bulan purnama tak menampakkan rupanya malam ini.

Jagung manis sudah tertata rapi di dekat api unggun. Perlahan, api menyala dan berkobar dengan indah. Suasana semakin menghangat hingga mereka mulai membakar jagung masing-masing.

Senyum hangat menghiasi wajah mereka, hingga tak ada kesedihan yang tertera. Semua sibuk bercanda tawa hingga lupa akan masalah yang mungkin ada.

Vareel tersenyum melihat suasana seperti ini. Suasana yang mungkin tak akan ia dapatkan lagi. Kekompakan dan rasa solidaritas yang tinggi dari teman yang memang jarang ada pada orang lain. Senyumnya semakin mengembang kala ia melihat seorang gadis tengah senyum sembari membakar jagung miliknya.

Cowok ini pun menghampiri gadis itu. Duduk di sebelahnya, menatapnya sebentar, lalu menatap lurus ke depan. Jessy terkejut, Vareel tiba-tiba menghampiri nya dan membuatnya mati gaya, entah kenapa.

"Kak Vareel mau jagung?" tanyanya gugup.

Ada apa ini? Padahal semula kejadian tidak seperti ini. Semula sikapnya biasa saja dan tidak ada keringat dingin. Namun, mengapa semenjak kejadian di danau tadi sore sikapnya berubah?

"Lo aja yang makan," jawab Vareel sambil tersenyum. Jessy menelan ludahnya berat.

Cukup lama keduanya terdiam, Vareel pun kembali memecah keheningan. "Kamu udah baikan?"

Jessy melotot, "aku?" Sedang Vareel mengangguk.

"Baikan gimana? Aku kan emang gapapa dari kemaren Kak."

"Kalau gapapa nya dari kemaren, berarti kemaren nya lagi kenapa-napa dong."

"Loh, bukan gitu. Maksudnya–"

"Gua takut lo masih sedih."

Deg. Ada hantaman keras di jantungnya dan itu terjadi berulang kali. Jessy syok, secara tidak sengaja tadi ia menceritakan masa lalunya pada Vareel. Padahal, ia sangat tertutup mengenai peristiwa itu, dan ia sudah pendam dalam dalam kejadian yang membuat gadis ini terpukul itu.

"Gapapa kok, Kak." Jessy hendak pergi dari tempatnya semula, namun tangan kekar milik Vareel keburu menahannya.

"Mau kemana?"

"Ke tenda."

"Maaf kalau ada perkataan gua yang mungkin menyinggung lo."

"Nggak kok."

"Kalau gitu, disini aja."

Jessy terdiam, kemudian ia memilih mengikuti intruksi Vareel untuk duduk di sebelahnya.

**

Sepasang mata itu masih mengawasi. Lirikannya tajam dan terlihat tak suka. Berkali kali ia menghela nafas berat setiap kali kejadian itu terjadi di depan matanya.

RACELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang