37. Hukuman

1.3K 38 0
                                    

Happy Reading 🖤🖤

**

Kini, keduanya telah sampai di tempat tujuan untuk menuntut ilmu. Celine merasa Rasya berubah sesaat setelah pertanyaan tadi dilontarkan. Sebenarnya, apa yang terjadi?

"Rasya." Celine berteriak memanggil pria bertubuh tinggi itu yang mulai berjalan tanpa mempedulikan kehadirannya.

Rasya pun berhenti di tempat. Memaksa menoleh ke belakang agar rasa penasaran tidak melulu menghantuinya. Pria ini mengangkat kedua alisnya seraya memasang muka datar.

Dengan sedikit berlari, Celine mencoba menghampiri Rasya dan mensejajarkan posisinya dengan Rasya.

"Lo kenapa?" tanya Celine saat berada di depan Rasya. Tak lupa pula, ia melemparkan senyum hangat pada pria ini.

"Gapapa," jawab Rasya cepat. Ia seakan sedang badmood atau marah kepada Celine.

Celine pun mengerutkan dahinya. Ia bingung, apa salahnya dimata Rasya? Apa ada perkataannya yang menyinggung perasaan Rasya?

"Yaudah, kalo gitu gua pergi dulu ya?" Celine pergi begitu saja meninggalkan Rasya tanpa mendengar jawaban pria itu terlebih dahulu. Celine sadar, mungkin Rasya butuh waktu untuk sendiri untuk sementara waktu.

**

"Ra." Celine memanggil Zahra pelan. Ia sangat suntuk kali ini karena harus mendengarkan dongeng indah yang diterangkan oleh guru ekonomi.

Classmeeting sudah berakhir seminggu yang lalu, dan sambil menunggu liburan, SMA Garuda menetapkan untuk melanjutkan jadwal kbm agar siswa tidak menjadi malas.

"Apa?" jawab Zahra.

"Gua mau curhat," rengek Celine sembari memasang muka ingin dikasihani.

"Ada apa? Rasya?"

"Kok lo bisa tau sih?" Celine menyatukan kedua alisnya bingung.

"Ya kali abang siomay depan gerbang Cel," ucap Zahra lalu tertawa pelan.

"Ih, nggak lucu tau. Gua serius Ra." Celine menunjukkan raut wajah seserius mungkin agar Zahra percaya.

Zahra pun menoleh ke arah Celine. "Iya-iya, ada apa sih?"

"Tadi pagi, gua dijemput sama Rasya. Dan, lo tau nggak sih–"

"Nggak." balas Zahra cepat.

Celine pun mendatarkan ekspresinya. "Ih, gua belum selesai ngomong Zahra." Celine nampak menghela nafas berat. "Dia bilang sayang ke gua."

"Seriusan? Demi apa Cel?" Reflek Zahra kaget dan melongo tak percaya.

"Demi abang siomay di depan gerbang itu mau jadi suami lo," jawab Celine dengan menirukan gaya bicara Zahra.

"Berarti bener dong?"

"Yaiyalah. Lo pikir gua ngarang atas semua ini? Buat apa?"

"Ole-ole, serius. Gimana ceritanya dia bisa bilang sayang ke elo?" Zahra nampak mengeratkan pendengarnya ke arah Celine. Ia sungguh tak mau melewatkan satu kata pun dari yang di lontarkan oleh Celine.

"Jadi gini. Kemaren sore, dia nganterin gua balik. Terus habis itu pas nyampe rumah gua dia bilang sayang ke gua, terus meluk gua Ra," terang Celine yang sudah mulai masuk ke dunia fiksinya. Ia mulai bernostalgia dengan kejadian kemarin.

"Ih, Rasya kok bisa sweet gitu sih? Padahal kan di–"

"Celine, Zahra, maju ke depan." Bu Retno memanggil kedua insan ini dengan setengah berteriak. Mungkin, Bu Retno melihat keduanya tengah mengobrol sedari tadi.

RACELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang