3. Dia Siapa?

3.8K 105 7
                                    

Happy Reading.....

**

Hari senin.

Males banget ketemu senin

Upacara lagi

Ceramahnya lama pasti nih

Capek tau berdiri terus

Kira-kira seperti itulah ungkapan kekecewaan dari para siswa SMA Garuda. Memang hampir semua siswa membenci hari senin, bukan karena upacaranya saja, namun terkadang mata pelajaran di hari senin adalah pelajaran yang membosankan sekaligus menyulitkan.

Ketika semua orang menggerutu meratapi hari senin, Celine malah lebih menyukai hari senin. Bukan tanpa sebab, karena ia banyak memanfaatkan jabatan dan posisi di hari senin.

Celine adalah anggota PMR di sekolahnya. Ia selalu meminta giliran untuk jaga dibelakang walaupun terkadang bukan gilirannya. Bukan tanpa maksud, terkadang Celine suka duduk di ruang UKS saat ada siswa yang pingsan, jadi dia tidak terlalu lelah seperti teman temannya.

Upacara bendera telah selesai. Saatnya para siswa untuk kembali ke habitatnya, yaitu kelas tempat mereka melakukan pembelajaran.

"Cel, ke kantin yuk, laper nih," ajak Zahra saat dirinya sudah berada di dalam kelas.

"Habis ini kan pelajarannya Miss Killer, lo mau diajar habis habisan sama dia?" balas Jessy sambil melotot tajam ke arah Celine dan Zahra.

"Jam segini tuh guru-guru pada rapat, datengnya nanti. Lagian miss killer kan biasanya telat mulu," sahut Zahra dengan santainya.

"Yaudah yuk, gua juga laper nih," jawab Celine setuju.

"Lo gimana Jes?" tanya Zahra memastikan. "Jangan bilang lo gak ikut, Ah gak seru deh lo."

"Iya-iya, gua ikut kalian!!" jawab Jessy pasrah.

Akhirnya mereka bertiga pergi ke kantin, tidak mempedulikan apa yang akan terjadi nanti, yang terpenting perut mereka harus kenyang saat itu juga.

**

"Selamat pagi anak - anak!!" sapa Pak Farhan (Kepala Sekolah SMA Garuda) yang membuat ricuh seantero kelas, karena semua siswa menegang di tempat, mengira itu adalah miss killer.

"Selamat pagi pak!!" balas semua murid serempak.

"Hari ini, kelas X MIPA 5 kedatangan murid baru. Dia pindahan dari Bandung. Mari masuk nak, perkenalkan diri kamu."

Detakan langkah itu mulai terdengar. Semua sorot mata menghadap ke arah pintu, kepo dengan murid baru yang akan menjadi teman mereka 3 tahun kedepan.

Berikutnya, semua murid dibuat kagum oleh Rasya. Para kaum hawa pun tak bisa berkedip melihat makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini. Pria dengan wajah oval, kulit putih, bulu mata lentik, dan postur tubuh yang tinggi. Siapa yang tidak kagum dengan pria mirip bule yang satu ini.

"Perkenalkan nama saya Rasya Vernando, kalian bisa panggil Rasya. Saya pindahan dari Bandung. Saya pindah ke sini karena ayah saya dipindah tugaskan," ucap Rasya dengan suara bariton yang khas hingga membuat kaum hawa terperanjat olehnya.

"Baiklah Rasya, kamu bisa duduk di kursi yang kosong," titah Pak Farhan dengan ramah.

"Baik pak!!" balas Rasya sopan.

Akhirnya semua siswa X MIPA 5 ricuh,

Duduk sama gua aja

Gak, sama gua aja

Gua aja plisss

Sama eneng aja bang, dijamin bahagia dah

Rasya duduk sama gua pokoknya

Semua siswa perempuan berebut untuk duduk bersama anak baru itu.

Dan akhirnya, Rasya memilih duduk dibangku nomor dua tengah, bersama Dion, cowok paling konyol dan paling nggak jelas di kelas ini. Hal ini pun mengandung protes dari para siswi hingga kelas kembali ricuh.

Tak lama kemudian, Bu Evi datang ke kelas ini. Guru yang dicap sebagai miss killer oleh siswa seantero sekolah karena sifatnya yang galak, galak banget. Sampai sampai tak ada satu siswa pun yang berani menentangnya.

"Assalamualaikum anak - anak," sapa Bu Evi di depan semua siswa.

"Waalaikumsalam bu," balas seluruh siswa serentak.

"Keluarkan tugas yang saya berikan minggu kemarin. Kita bahas hari ini.  Seperti biasa, yang tidak mengerjakan tugas dari saya silahkan berlari keliling lapangan 10 kali," titah Bu Evi, Guru matematika di SMA Garuda.

"Baik Bu!!"

Semua siswa pun mulai mengeluarkan buku berisi tugas yang mereka kerjakan semalam, atau mereka kerjakan hari ini dengan mencontek tadi pagi.

Terkecuali Dion, lagi lagi dia tidak mengerjakan tugas dari Bu Evi.

Bu Evi menatap Dion tajam. Terlalu hafal, pasti Dion tidak akan mengerjakan tugasnya. Alasannya pasti tadi malam ketiduran dan bangun kesiangan. Terpaksa, Dion sering mendapat jatah lari keliling lapangan ketika jam pelajaran Bu Evi.

Sadar akan tatapan itu, Dion pun beranjak.

"Bu Evi... Makin cantik aja, tadi malam saya tuh ketiduran Bu, terus tadi pagi bangun kesiangan," ujar Dion memelas.

"LALU? APA SAYA PEDULI DENGAN ALASAN KAMU? SELALU ITU SAJA ALASAN KAMU? KELUAR!!"

"Tapi Bu–"

"KELUAR SAYA BILANG!!"

Dion pun keluar kelas dengan wajah pasrah. Sebenarnya, ini bukan kali pertama dia dihukum oleh Bu Evi, tapi tetap saja yang namanya dihukum pasti memalukan.

Beberapa menit berlalu.

Tok... Tok... Tok...

"Assalamu'alaikum Bu," sapa Celine ramah, sekaligus mewakili teman temannya.

"Dari mana kalian?" sentak Bu Evi dengan nada tinggi.

Tatapannya berubah menjadi tajam. Rasanya, orang yang melihatnya pasti mengira jika dia ingin memakan makhluk yang ada di depannya saat ini.

"Kantin Bu. Tadi saya pusing belum sarapan, Zahra Jessy juga," balas Celine dengan santainya.

Celine memang selalu seperti itu. Dia tidak akan pernah mau disalahkan. Meskipun kepada gurunya sekalipun, walau terkadang dirinya memang bersalah.

"KAMU PIKIR INI SEKOLAH NENEK MOYANG KAMU? SEENAK JIDAT AJA KAMU KELUAR MASUK!!" bentak Bu Evi, lagi, dengan nada tinggi.

"Iya Bu kami tau, memang sekolah ini bukan milik nenek moyang kami. Namun, kami kan juga bayar untuk sekolah disini Bu, nanti kalo kami mati karena pusing gimana Bu? Apa Ibu mau tanggung jawab?" terang Celine basa basi, tak merasa bersalah sedikitpun.

"Memang kamu tidak tahu peraturan di sekolah ini? Disini tertulis siswa harus mengikuti KBM dengan baik, apa perlu saya bacakan di depan kamu?" ucap Bu Evi dengan menurunkan nada bicaranya dan menekankan kata katanya.

"Kami tau Bu, terkait dengan peraturan itu. Namun kami juga manusia biasa Bu. Kami juga butuh asupan makanan. Kalau misalkan nanti kita pusing, terus perut kita kosong, bisa bisa kita terkena serangan jantung Bu," jelas Celine dengan nada sopan.

"Kamu itu Celine, kalau dinasehati melawan terus!!" ujar Bu Evi jengah.

"Bukannya saya melawan ibu, namun saya hanya sekedar membela diri saya Bu," balas Celine masih tidak mengalah.

"Sudah sudah. Duduk sana, jangan ngoceh terus," titah Bu Evi yang mulai lelah mendengar ocehan dari Celine.

Akhirnya, untuk kesekian kalinya Bu Evi kembali mengalah pada Celine.
Celine pun tersenyum penuh kemenangan menuju ke bangkunya. Dan ini kesekian kalinya Celine berhasil menang berdebat dengan orang laun.

Celine terperanjat melihat seseorang yang duduk dibelakang bangkunya.

Tampan. Itulah kata yang pertama kali diucapkan oleh Celine dalam hatinya.

"Dia siapa??" ujar Celine dalam hati.

***

RACELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang