34. Sikap Dingin Rasya

1.4K 42 0
                                    

Happy Reading 🖤🖤

**

Kedua gadis itu berlari tergesa-gesa menuju ke UKS. Sudah berkali kali banyaknya mereka menabrak seseorang yang tak bersalah dalam aksinya itu. Namun, panik adalah panik. Siapapun yang sedang panik tidak akan bisa berpikir jernih, yang ada hanya bagaimana cara instan agar cepat sampai ke tujuan.

"Celine, lo gapapa??" teriak Zahra dengan nada panik, sesaat setelah membuka pintu UKS.

Gadis itu nampak mengamati seisi UKS, dan sedetik berikutnya ia dapat menemukan keberadaan sahabatnya itu.

Dengan tenaga yang masih tersisa, Zahra berlari ke arah Celine diikuti Jessy dibelakangnya. Mereka berdua terbilang bisa sangat panik apabila terjadi hal buruk pada sahabatnya. Seorang sahabat mana yang tega membiarkan sahabatnya terpuruk dan tersakiti.

Zahra terlihat sedang mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Lalu, ia mengambil salah satu kursi di dekat ranjang itu dan duduk disana.

"Lo gapapa Cel?" tanya Jessy kepada Celine.

"Lo berdua apaan sih? Gua gapapa kok, tenang aja," balas Celine sembari tersenyum, menyembunyikan rasa sakitnya yang sedang menggerogoti raga.

"Beneran? Lo nggak disakiti kan sama Rasya?" selidik Zahra, sembari melotot tajam ke arah Celine.

"Siapa bilang? Rasya tuh nggak pernah sakitin gua guys!!" sergah Celine cepat, tak ingin kedua sahabatnya salah paham.

"Gua bilang juga apa. Tuh, lo liat sendiri. Celine aja bilang Rasya baik kok sama dia," omel Jessy di hadapan Zahra.

Zahra yang merasa terpojokkan pun angkat bicara, "Udah ah, gausah dibahas. Pusing pala berbi."

Jessy yang merasa lelah, juga mengambil salah satu kursi di ruangan itu. Lalu, ia geret menuju ke dekat ranjang Celine. Matanya menyapu ke seisi ruangan ini, dan ia menemukan piring berisi makanan yang tinggal setengah serta botol air minum yang masih tidak tersentuh.

Karena penasaran, Jessy pun bertanya, "Cel, lo udah makan? Itu dari siapa?" Jessy menunjuk ke arah makanan yang terletak diatas nakas.

Sontak, ketiganya menatap ke arah yang ditunjuk. Detik berikutnya, Celine nampak tersenyum.

"Dari Rasya."

Keduanya melongo. Merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Celine. Bagaimana bisa seorang Rasya yang sifatnya udah kembar kayak es batu bisa bersikap perhatian kayak gini? Ini bener-bener mustahil.

Zahra menautkan kedua alisnya, "Lo bohong ya??!!"

"Ya enggak lah, ngapain gua bohong. Emang akhir-akhir ini tuh Rasya perhatiaaaaaannnnnnnnnnn banget sama gua," jawab Celine dengan menekankan kata 'perhatian'.

Zahra masih tidak percaya dengan semua ini. Sedangkan, Jessy nampak biasa-biasa saja saat Celine mengatakan itu. Mungkin, ia berpikir hal yang sama dengan Celine.

"Udahlah Ra. Lo mau ngelak apa lagi? Udah terbukti kan kalau Rasya itu baik banget sama Celine. Jadi, lo nggak usah kompor deh," sahut Jessy yang melihat Zahra masih kebingungan.

"Iya-iya."

Akhirnya, Zahra pun mengalah dalam hal ini. Jessy dan Celine pun tersenyum penuh kemenangan menyambutnya. Sungguh senang melihat Zahra terpojokkan seperti ini.

**

Rasya dan Dion masih asik bermain game kesukaannya siang ini. Baik Dion maupun Rasya tidak ada yang beranjak dari bangkunya, walaupun untuk sekedar beli minum atau ke kantin sekolah.

RACELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang