01 : Seperti Dia

41.9K 2.9K 75
                                    

SELAMAT MEMBACA
FORTIDEN
01 : Seperti Dia

Kenapa aku merasa tak asing dengan dia?—:—:—:—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa aku merasa tak asing dengan dia?
—:—:—:—

FOLLOW :
@kdk_pingetania
@kdk.pingetania
@aboutpinge
@arizona.vernanda
@aileen.adhitama

—:—:—:—

"PESANAN nomor lima puluh lima," kata gadis itu sambil memegang satu gelas berisi es kopi yang dipesan oleh pengunjung kafe tersebut.

Seorang wanita muda yang mengenakan pakaian kantoran datang dan mengambil pesanannya tersebut. "Ini uangnya, kembaliannya ambil aja," kata wanita itu sambil meninggalkan uang seratus ribu di sana.

Gadis itu menatap uang seratus ribu yang wanita itu tinggalkan. Ia tersenyum miris karena lagi-lagi dia harus bersyukur saat dia dikasihani oleh seseorang. "Terima kasih," ucapnya. Air matanya tiba-tiba terjatuh.

"Lo ngapain nangis Ai?" tanya gadis yang ada di sebelahnya.

"Nggak papa kok," kata gadis itu sambil gelagapan menghapus air matanya. Gadis itu kemudian melirik jam dinding di kafe tersebut. Jarum pendek menunjukkan jam setengah lima, itu artinya sudah waktunya ia bertukar shift. "Gue duluan ya kak," kata gadis itu sambil melepas celemek baristanya. Ia mengambil tas ransel berwarna hijaunya lalu keluar dari kafe tersebut.

Gadis itu bernama Aileen Queenby Adhitama. Bukankah nama itu terlalu bagus untuk ukuran seorang barista seperti gadis yang biasa dipanggil Aileen itu? Walapun wajah gadis itu masih memancarkan pesona yang menggambarkan bahwa dia keluarga Adhitama, tetapi tetap saja pesona itu tak seperti dulu. Bahkan gadis itu muak dengan nama belakangnya itu.

Aileen merentangkan tangannya dan menghirup udara sore yang baru saja menerpa wajahnya. "Coba aja semua tempat udaranya sesejuk ini," ujar gadis itu. Ia melihat jam di layar ponselnya, "gila gue telat," katanya.

Gadis itu lalu berlari dan mengambil sepedanya. Dengan cepat Aileen mengayuh sepeda hijau yang sudah mulai usang itu. Hal itu membuat rambut panjang lurusnya yang ia kuncir asal berantakan karena tertiup angin.

Beberapa menit kemudian akhirnya gadis itu sampai di depan rumah dengan pagar yang sangat besar. Napas gadis itu masih tersengal-sengal akibat olahraga dadakan tadi. Setelah berhasil menormalkan napasnya, Aileen pun turun dari sepedanya dan menekan bel rumah itu.

Setelah menunggu selama kurang lebih satu menit, akhirnya pagar besar dan megah itu dibuka oleh seorang satpam. Aileen pun menyambut satpam tersebut dengan senyuman ramah. "Sore pak," kata Aileen.

"Eh, Neng Aileen, ayo masuk, udah ditunggu sama Non Kanya di dalam," kata satpam tersebut.

Aileen pun mengangguk dan membawa sepedanya masuk.

FortidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang