27 : Adu Argumen

13.6K 1.5K 211
                                    

SELAMAT MEMBACA
FORTIDEN
27 : Adu Argumen

Kata-kata yang terucap bisa lebih menyakitkan daripada senjata yang tertancap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata-kata yang terucap bisa lebih menyakitkan daripada senjata yang tertancap.
—:—:—:—

SELAMA mengajar Kanya, Aileen sering kali menengok ke arah tangga. Berharap gadis itu melihat Arizona di sana. Karena setelah perdebatan kecil tadi, Arizona sama sekali tidak keluar kamar. Seperti benar-benar marah kepada Aileen dan tak ingin melihat wajah gadis itu.

"Kak," panggil Kanya.

Aileen pun memandang gadis di hadapannya, "iya, kenapa?"

"Kakak nungguin Kak Arizona ya?" tebak Kanya.

Aileen menggeleng dengan cepat. "Nggak, ngapain Kakak nungguin dia," jawab Aileen gengsi.

Kanya tertawa.

"Ih, kenapa ketawa?" tanya Aileen.

"Kanya cuma bingung aja. Kak Ai kenapa bisa suka sama orang galak kayak Kak Arizona," ujar Kanya.

Aileen mendelik, "Kak Ai nggak suka sama Kak Ari," elak gadis itu.

"Cieee ... Kak Ai bohong. Kata Kakak bohong itu dosa. Terus kenapa Kakak bohong?" tanya Kanya semakin memojokkan Aileen.

"Kakak itu nggak bohong," kata Aileen.

Tiba-tiba sosok Arizona terlihat menuruni tangga. Kanya pun langsung menyuruh Aileen untuk berhenti membicarakan kakaknya itu. "Sttt ... Kak Arizona nya dateng, Ntar dia marah-marah lagi pas tau Kanya ngomongin dia." Gadis kecil itu terlihat seolah-olah benar-benar takut dengan sosok Arizona.

"Emang dia semenakutkan itu ya?" tanya Aileen.

Kanya mengangguk. "Apalagi kalau udah bertengkar sama Papa."

Aileen menggeleng-gelengkan kepala sambal menatap ke arah Arizona. "Emang dasar cowok jahat. Masa adiknya sendiri takut sama dia," ujar Aileen. Gadis itu tidak sadar bahwa suaranya cukup jelas untuk didengar seorang Arizona yang saat itu sedang mengambil air.

"Mulut diciptain  di depan bukan di belakang. Jadi gunain mulut sebagaimana letaknya. Lo mau mulut lo dipindahin ke belakang gara-gara suka ngomongin orang?" tanya Arizona dengan santai tetapi menusuk.

Mendengar hal itu membuat Aileen cengengesan. "Kedengeran ya?"

Arizona mendengus.

"Eh, Zona, tumbenan turun ke bawah. Kenapa? Laper? Mau Mama buatin makan?" tanya Laras yang kebetulan keluar dari kamarnya yang ada di lantai bawah.

Seketika wajah Arizona berubah. Seperti tidak suka dengan pertanyaan yang menurut dia hanyalah omong kosong.

"Nggak usah sok baik," ujar Arizona engan suara yang benar-benar dingin.

Suasana pun seketika hening. Aileen yang melihat hal itu kaget sekaligus tidak terima. Jika kemarin-kemarin Aileen melihat tingkah songong Arizona, gadis itu masih bisa memaklumi. Tetapi kali ini tidak. Apakah pantas anak berlaku seperti itu kepada ibunya sendiri?

"Kalau mau carmuk jangan sama gue, sama suami lo aja," ujar Arizona kemudian hendak pergi, namun ucapan Aileen menghentikan langkahnya.

"Mulut lo emang rusak ya," ujar Aileen.

Arizona membalikkan badan dan menatap ke arah Aileen. "Nggak usah ikut campur."

"Dia ibu lo Ari. Setidaknya lo harus ngehormatin orang yang udah ngelahirin lo," uar Aileen.

"Dia bukan ibu gue bangsat! Dan nggak bakalan pernah!" teriak lelaki itu. Arizona mendekat ke arah Aileen. Lelaki itu menatap lekat-lekat, Aileen yang kini telah berdiri. "Lo bisa nggak sekali aja nggak lancang? Nggak usah ngebiasain diri buat ikut campur urusan orang lain? Lo nggak tahu apa-apa, jadi jangan sok tahu. Emang lo pikir hidup lo udah bener?"

"Gue cuma ngeingetin tugas lo sebagai anak."

"Lo nggak lebih baik dari gue. Emang apa aja yang udah lo lakuin sebagai anak dari bapak ibu lo? Manja-manja? Nguras duit mereka? Apalagi hah?!"

"Arizona cukup!" Laras berusaha menghentikan perdebatan itu. "Kanya, kamu masuk kamar dulu ya," ujar Laras sambil menarik gadis kecil itu.

Aileen membeku. Gadis itu menunduk, berusaha menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca. "Gue cuma ngingetin lo aja Ari. Lo kenapa jadi semarah ini?" suara Aileen mengecil.

Arizona membuang napasnya kasar.

"Maaf udah buat lo merasa kurang nyaman. Untuk selanjutnya gue bakalan berusaha untuk nggak ikut campur sama urusan lo lagi," ujar Aileen. Gadis itu kemudian pergi dari rumah itu.

Arizona ingin mencegah gadis itu, namun ia takut akan terjadi perdebatan lagi. Ia menyesal karena telah membiarkan emosi menguasai dirinya. Semua sikap-sikap manis yang ia lakukan kini menjadi terhapuskan dibenak gadis itu dalam sekejap. Apa Arizona harus membatalkan saja permainan yang ia rencanakan sejak awal?

"Ah sialan," umpat lelaki itu.

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

—:—:—:—

Next? Vommentnya ya!

Gimana menurut kalian? Apa udah ada yang bisa nebak apa yang sebenarnya terjadi? Coba komen, aku mau bacain tebakan-tebakan kalian.

Gimana menurut kalian? Apa udah ada yang bisa nebak apa yang sebenarnya terjadi? Coba komen, aku mau bacain tebakan-tebakan kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#GrasinStoryInc
19-02-2019

FortidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang