Part 23

3.1K 354 21
                                    

*****

Jieun kini tengah berjalan menuju apartemennya bersama Jungkook. Sepulang kuliah tadi, mereka berdua memutuskan untuk berbelanja bersama sebelum kembali ke apartemen. Sementara teman-teman mereka yang lain telah kembali sejak tadi.

Saat mereka tengah berdiri di depan lift, menunggu pintu lift terbuka, seorang pria paruh baya berjalan menghampiri mereka.

"Jieun-ah"

Jieun dan Jungkook kini berpaling pada pria paruh baya itu. Pria itu nampak kurus, setengah rambutnya telah memutih, pakaian yang dikenakannya terlihat lusuh meskipun masih layak dipakai. Mata pria tua itu nampak berkaca-kaca menatap Jieun.

Jungkook nampak mengerutkan dahinya. Ia seperti pernah melihat pria itu, tapi tak ingat kapan dan di mana. Sementara Jieun menatap nanar pria itu. Sekilat amarah nampak di matanya kini.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jieun dingin pada pria itu.

"Jieun-ah, maafkan appa. Appa hanya ingin bertemu denganmu. Appa sangat merindukanmu" sahut pria tua itu.

Jungkook nampak sedikit terkejut. Ia kini akhirnya mengingat pernah bertemu pria itu saat masih SMP. Pria itu, ayah Jieun, kerap mengantar Jieun ke sekolah. Namun, dibanding saat itu, ayah Jieun nampak menua lebih cepat. Bahkan tak ada raut kebahagiaan terpancar di wajahnya, berbeda dengan saat ia bertemu dengannya saat SMP.

"Merindukanku? Kau bahkan tak pernah mencariku dan eomma selama tiga tahun ini. Apa wanita itu telah mencampakkanmu sehingga kau datang mencariku?" sindir Jieun.

Mata ayah Jieun nampak berkaca-kaca mendengar anaknya berbicara seperti itu padanya.
"Jieun-ah, kumohon. Jangan bersikap seperti ini pada appa" pintanya.

"Appa? Kau sudah kehilangan hakmu untuk dipanggil seperti itu olehku. Appaku sudah mati sejak tiga tahun lalu, semenjak ia mencampakkan aku dan eomma demi wanita lain" ujar Jieun dingin.

Saat pintu lift terbuka, ia segera masuk dan menekan tombol. Bahkan ia melupakan keberadaan Jungkook di sana. Jungkook dan ayah Jieun hanya menatap Jieun hingga pintu lift menutup menyisakan mereka berdua dalam kebisuan. Jungkook memang tidak berniat segera menyusul Jieun. Ia tak tahu apa yang terjadi antara ayah-anak itu. Tapi Jungkook sadar, tak akan sopan rasanya meninggalkan ayah Jieun seorang diri seperti itu.

"Maaf ahjussi. Mungkin suasana hatinya sedang tidak baik" ujar Jungkook canggung, memecah keheningan di antara mereka.

Ayah Jieun memandang Jungkook kemudian tersenyum pahit.
"Tak apa. Ini semua memang salahku. Wajar saja ia membenciku" sahutnya lirih.
"Oh ya, anak muda. Siapa namamu dan apa hubunganmu dengan putriku?"

"Ah. Namaku Jeon Jungkook. Aku....aku kekasih Jieun saat ini" sahut Jungkook seraya membungkukkan badannya 90°.

"Begitu ya? Nampaknya kau pria yang baik. Kutitipkan putriku padamu. Jangan pernah menyakitinya. Dia satu-satunya putriku yang berharga, meskipun ia takkan mau mengakuiku lagi sebagai appanya" pinta ayah Jieun.

"Maaf, aku tak tahu ada masalah apa antara ahjussi dan Jieun. Tapi kurasa dia hanya butuh waktu. Kalian pasti akan bisa berkumpul bersama kembali" ujar Jungkook.

"Terima kasih anak muda. Tapi kurasa saat itu takkan datang padaku. Jaga Jieun-ku dengan baik. Tetaplah di sampingnya apapun yang terjadi. Kau serius dengannya, bukan?" tanya ayah Jieun.

"Ah. Ne. Tentu saja perasaanku padanya tak main-main" jawab Jungkook penuh kepastian.

Ayah Jieun menatap Jungkook cukup lama sebelum akhirnya menepuk pundak Jungkook.
"Syukurlah. Restuku bersamamu. Aku bisa pergi dengan tenang sekarang" ujarnya seraya tersenyum lalu beranjak pergi.

I Hate [Love] You [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang