*****
Ny. Jiwon, ibu Jieun, baru saja keluar dari ruangan meeting di salah satu hotel bintang lima di kota New York. Di sanalah juga ia menginap. Seharusnya sejak kemarin ia sudah kembali ke Korea, tetapi entah mengapa tiba-tiba para investornya satu per satu mengajaknya bertemu untuk membahas kerja sama bisnis mereka.
"Thank you so much for your trust. We'll not dissapoint you, Mr. Scott" ujar Jiwon pada rekan bisnisnya yang keluar bersamanya.
"No need to thank me. By the way, I couldn't understand why we should held the meeting today. It wasn't that urgent tho. We could just meet next month. I've planned to go to Seoul next month" sahut Mr. Scott.
"Excuse me? Weren't you the one that asked to meet me today?" tanya Jiwon dengan ekspresi bingung.
"What? No. Your secretary called me before. She said that you asked to meet me today"sahut Mr. Scott.
Jiwon nampak melirik ke arah sekretarisnya yang berdiri di sampingnya. Tak ingin rekan bisnisnya merasa tak nyaman, ia pun menyudahi percakapan mereka.
Sepeninggal Mr. Scott, Jiwon pun kini berdiri di hadapan Eunsoo, sekretarisnya.
"Jelaskan padaku, apa maksud Mr. Scott tadi?"Eunsoo nampak gugup sekarang. Ia bahkan tak berani menatap atasannya itu.
Jiwon merasa ada yang tengah disembunyikan oleh Eunsoo. Terlebih beberapa hari ini, sekretarisnya itu selalu berusaha menjauhkannya dari ponsel. Setiap kali ia hendak mengecek ponselnya, selalu saja ada panggilan rapat atau makan siang dengan rekan bisnis, sehingga ia hanya bisa menitipkan ponselnya itu pada sekretarisnya. Di malam hari, ponselnya pun selalu terbawa oleh sekretarisnya itu, dan ia terlalu lelah untuk memintanya kembali.
"Berikan ponselku" titah Jiwon seraya mengulurkan tangannya di depan Eunsoo.
Dengan ragu, Eunsoo pun akhirnya menyerahkan ponsel Jiwon. Ia terlihat sangat cemas.
Jiwon menyalakan ponselnya yang sebelumnya tidak aktif. Ia sedikit terkejut akan banyaknya panggilan nomor yang berusaha menghubunginya dan pada akhirnya harus tersambung ke pesan suara.
Ia membuka kotak pesannya. Matanya segera tertuju pada pesan yang dikirimkan putrinya tiga hari yang lalu.Jieun
Eomma, sejak kemarin aku menghubungimu, tapi Eunsoo yang selalu menjawabnya. Apa eomma sangat sibuk? Eomma, appa sudah meninggal kemarin. Aku, bibi Youngja, dan paman Gongtae telah mengurus prosesi pemakamannya. Kuharap eomma juga segera pulang ke Busan. Eomma, selama ini kita telah salah paham pada appa.Mata Jiwon berkaca-kaca usai membaca pesan putrinya. Meskipun telah bercerai, sampai saat ini Jiwon masih menyayangi mantan suaminya itu. Mendapat kabar kalau mantan suami sekaligus ayah putrinya itu telah tiada, jelas membuatnya sedikit terguncang.
"Apa-apaan ini? Kau sudah membacanya? Kau bahkan tak memberitahuku kalau putriku menghubungiku?" tanya Jiwon murka.
"Ma...mafkan saya nyonya. Saya hanya menuruti perintah nyonya besar. Maafkan saya" sahut Eunsoo seraya menundukkan kepalanya memohon maaf berkali-kali.
Ia pun menceritakan semuanya kepada Jiwon. Rupanya sejak awal Eunsoo memang diperintahkan oleh nenek Jieun untuk mengawasi Jiwon. Saat Jieun menghubungi Jiwon, kebetulan Jiwon memang sedang ada rapat. Mengetahui Jieun memberitahukan kabar mengenai ayahnya, Eunsoo pun tak langsung memberitahu Jiwon. Malahan ia menghubungi nenek Jieun dan melaporkannya.
Nenek Jieun memerintahkan Eunsoo untuk merahasiakan hal itu dan menjauhkan Jiwon dari ponselnya. Bahkan ia meminta Eunsoo mengatur pertemuan-pertemuan dengan rekan bisnis lainnya agar Jiwon sibuk dan memperpanjang masa tinggalnya di New York. Sayangnya, Eunsoo lupa untuk menghapus pesan-pesan di ponsel atasannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate [Love] You [completed]
FanfictionLee Jieun dulunya adalah gadis culun bertubuh gempal yang kerap diledek oleh teman sekolahnya. Bahkan pria yang ditaksirnya pun mempermalukannya di hadapan teman-temannya. Setelah perceraian orangtuanya, ia pun meninggalkan kota kelahirannya itu. Ki...