part 3

1.9K 38 4
                                    

Felicia masih terduduk diatas kasur menyalahkan dirinya atas kehilangan tongkat turun temurun milik keluarganya yang mungkin tiada duanya selama ini melindungi jati dirinya. Sekarang ia menghadapi kesulitan yang lebih besar lagi,bagaimana keluar dari eternity forest tanpa mengunakan sihir? Sesudah keluar kemana harus mencari tongkatnya? Tanpa tongkat itu apakah jati dirinya akan terbongkar? Ia akan lebih mudah ditemukan oleh pengejar yang mengincar kekuatannya? Akankah ia akan menemui kematian lagi?

'Tunggu dulu aku bertemu dengannya di dunia manusia berarti het bisa keluar masuk dengan bebasnya! Hanya dia yang tau jalan keluar dari eternity forest! Aku hanya harus menemukannya dan menyembunyikan jati diriku. Dia hanya tau kalau aku adalah mage tanpa tongkat sihir. Itu bisa jadi alasan yang bagus sekali untuk menutupi jati diriku.' Sahut felicia dalam hati

Felicia segera turun dari ranjang,berjalan perlahan menuju pintu dan keluar dari ruangan itu.

Diluar ruangan ada lorong dengan beberapa pintu di kiri dan kanannya. Pintu yang ia tutup terdapat tulisan r.tidur,di pintu yang lain tertulis r.bersih,r.baca dan r.serbaguna. Di ujung lorong ada tangga putar menuju ke bawah. Felicia menuruni tangga menuju ke bawah.

Lantai di bawah juga terdapat. 4 ruangan, sebelah tangga terdapat sebuah ruangan tanpa pintu jendelanya besar terbuat dari kaca didalamnya terdapat meja makan 2 buah kursi yang berhadapan,salah satunya diduduki het yang sedang menyuapkan sup ke mulutnya. Kompor dengan panci diatasnya yang mengepulkan asap, sebuah rak piring dengan perlengkapan didalamnya ,tempat cuci piring dan sebuah lemari semuanya tertata rapi berjajar. Disebelah dapur terdapat pintu dengan warna yang mencolok tidak jelas warna apa itu. Disisi lain ada 2 buah pintu yang satu berwarna merah yang lainnya berwarna hitam. Di ujung tangga terdapat pintu dengan lubang berbentuk lingkaran.

"Sudah datang rupanya, silahkan duduk."Sapa het sambil menunjuk kursi di depannya memakai sendok"kebetulan ada sup yang hangat,kau sudah lapar?"

"Sup? Ada sup di eternity forest?"Tanya felicia kebingungan

Het terkekeh sejenak,dan menjelentikkan jarinya. sebuah mangkuk melayang pergi ke kompor yang diatasnya terdapat panci. Isi panci melayang mengisi mangkuk secukupnya dan mangkuk pun terbang melayang turun ke meja dihadapan het bersamaan dengan sendok.

"Nah,silahkan."Sahut het sambil menunjuk tempat dihadapannya.

Kursi di depan het memundurkan dirinya seakan mempersilahkan felicia untuk duduk. Felicia

mendekati kursi dan mendudukinya. Kursi yang diduduki felicia segera membetulkan letaknya.

"Saya baru mendengar kalau di eternity forest terdapat sup. Bukankah yang tinggal di sini semuanya

menjadi abadi?"Tanya felicia sambil mengaduk sup dihadapannya yang mengepulkan uap panas.

"Tidak semuanya benar dan tidak semuanya salah."Jawab het sambil mendorong mangkuknya yang sudah kosong.

Mangkuk itu kembali melayang,mengisi dirinya dengan sup yang ada di atas kompor,dan kembali ke tempat het.

"Bukankah anda creator dan anda sudah lama tinggal di eternity forest? Tentunya anda juga makhluk

yang abadi seperti hutan ini."Tanya felicia

"Apakah bagi seorang mage begitu penting untuk hidup abadi?" Jawab het memandang felicia dengan

sedikit heran

"Bukankah ada beberapa orang juga yang menganggap keabadian adalah suatu yang special. Bahkan tak sedikit yang menumpahkan banyak darah hanya untuk setetes pure eternity water. Jika memang itu tidak penting untuk apa mereka berebut?"Jawab felicia dengan sedikit penasaran.

another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang