leon stories - consultation

565 9 0
                                    

leon stories - consultation

Sosok lificea kembali muncul di ruangan yang sudah leon persiapkan, ruang bawah tanah dengan ukiran mantra diseluruh dindingnya untuk mencegah pengintip dan penguping.

"Kakak, masa het menginginkan anak dariku?!" Keluh lificea begitu kakaknya duduk nyaman di ruangan itu mengeluarkan uneg-uneg yang ada di hatinya sambil mondar-mandir dihadapan kakaknya"aku baru mengenal dirinya belum lama ini, untuk pernikahan saja aku masih belum bisa percaya kalau aku sudah menikah! Sekarang ia dengan gampangnya meminta anak, apa pula itu?!"

Leon hanya menghela nafas panjang sambil mengulum senyum, adiknya masih adik kecil yang ia kenal dahulu selalu penuh pertimbangan.

"Lalu apa tujuanmu menikah jika bukan punya anak?" Tanya leon dingin berusaha menjadi penengah yang baik "apa kalian ingin begitu terus sampai mati?"

Lificea terdiam mendengar ucapan kakaknya yang benar adanya.

"Atau ada alasan yang membuatmu tidak mempercayai het, lifi?" Tanya kakaknya yang seakan bisa membaca raut muka bingung adiknya itu

"Aku tidak mau anakku mengalami kejadian yang kakak alami." Bisik lificea lirih sambil menunduk "het terkenal matrealistis, kejam dan beberapa lagi hal buruk tentang dirinya di dunia sihir. Persis seperti ayah, ah, bukan, tapi aku melihat sosok ayah kita dalam dirinya."

Leon memandang lificea agak simpati, pengalaman hidupnya akan mempengaruhi kehidupan adiknya untuk ke depan. Tapi ia melihat ada sedikit kemarahan dari aura lifi, adiknya.

"Lifi, tidak semua orang seperti itu. Kalau memang het menginginkan hal seperti ayah kita, kau pasti sudah dijual ke tangan ke 3 saat ini. Aku melihat het tidak seperti yang kau bayangkan." Jelas leon berusaha mencari tahu kenapa adiknya bisa semarah itu "dan lagi, lifi, kalau soal ayah, kau harus mengerti 1hal mengapa ayah kita seperti itu. Bayangkan seorang ayah yang tidak bisa melihat perkembangan putra-putrinya, tidak bisa membelikan keperluan sekolah anak-anaknya, mengantarkan mereka ke sekolah pertamanya, dan beberapa hal lainnya. Sebagai seorang ayah, harga dirinya tentu sangat terinjak-injak, kalau sampai ayah kita tidak dendam saja itu merupakan kejadian langka, dan mungkin ayah kita bisa masuk digolongkan menjadi orang suci. Ditambah lagi mata samaranmu itu milik ayah bukan? Seharusnya kau bersyukur pada ayah, kalau tidak kau pastinya lebih mudah ditemukan oleh pengejar yang mengincar matamu."

Lificea terdiam mendengar penjelasan leon yang dewasa, padahal beda usia mereka dahulu hanya 7tahun. Leon masih melihat kemarahan pada diri lificea, dan menduga sumber kemarahannya bukan dari ayahnya.

"Aku tahu hal itu." Jawab lificea lirih sambil menghela nafas mengakui kata-kata kakaknya yang ada betulnya

"Lalu apa yang membuatmu marah pada het?" Tanya leon langsung

Lificea terlihat terkejut dengan pertanyaan leon yang tepat sasaran.

"Kakak seharusnya buka fortune teller deh, aku jamin banyak yang akan datang dengan kejituan kakak menebak sesuatu." Ejek lificea sambil tersenyum

"Jangan membelokkan pembicaraan!" Sahut leon yang tahu adiknya hendak menghindari topik utama itu

Lificea menghela nafas panjang terlihat agak bingung memulai pembicaraan yang seakan tersangkut dilehernya itu.

"Aku baru tahu sesuatu yang sangat mengejutkan." Sahut lificea mencoba melihat perubahan wajah kakaknya namun tidak ditemukan apapun "kakak ingin tahu orang yang membuat clan kita musnah tidak bersisa?"

Leon sedikit tercekat, kaget bercampur sedikit marah, mendengar lificea seakan menggantung kata-kata yang membuat orang penasaran itu. Apa yang lificea berusaha sembunyikan darinya?

another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang