lificea stories - misunderstanding

576 7 0
                                    

lificea stories - misunderstanding

"Het, sebaiknya kita segera mencari tempat yang tinggi atau segera pergi dari sini!" Bujuk lificea agak ketakutan melihat semak yang tinggi itu mulai bergoyang hebat

Het tetap terdiam tak bergerak malah mencengram tangan lificea dan tidak membiarkannya pergi.

"Tenang saja kan ada aku!" Seru het penuh percaya diri

"Het! Sekarang bukan waktunya berdebat!" Jerit lificea panik mulai menarik het yang tidak bergeming "ayo kita pergi!"

Peringatan lificea tidak digubis oleh het, sosok dibalik semak mengeluarkan tubuhnya. Hewan itu adalah beruang hitam yang waktu itu sukses membuat lificea terkapar dalam keracunan.

Lificea gemetar ketakutan, sementara het sepertinya malah tenang saja.

"Kenapa kau ketakutan begitu terhadap beruang ini?" Tanya het enteng melihat sang beruang mulai mendekat perlahan berjalan dengan keempat kakinya "bukankah para beruang lucu?"

"Lucu apanya?!" Bentak lificea tidak terima "aku hampir mati keracunan terkena kukunya yang beracun!"

Beruang itu sepertinya mengerti apa yang lificea katakan dan berhenti bergerak dengan sikap salah tingkah. Lificea sedikit iba pada beruang itu, tapi kemarahan karena diserang dengan alasan tidak jelas membuat ia masih marah hingga kini.

Seekor kelinci berwarna jingga melompat cepat mendekati lificea sampai ke bawah kakinya. Lificea segera berlutut untuk menyambut kelinci itu, het yang heran dengan hal ini melepaskan pegangan tangannya hingga lificea bisa memegang kelici itu dengan kedua tangannya.

"Halo, apa kabar?" Tanya lificea ramah sambil mengelus-elus kepala kelici itu, sikapnya berbeda 180 derajat dibandingkan dengan beruang itu "bagaimana keadaan kakimu?"

"Lifi, kau mengenal kelinci itu?" Tanya het yang melihat perbedaan besar ketika lificea memperlakukan kedua binatang itu

"Aku mengenalnya secara tidak sengaja sewaktu memasuki eternity forest, kaki kelinci ini terluka dan aku mengobatinya. Tapi beruang itu malah menyerangku tanpa sebab!" Gerutu lificea sambil tersenyum manis pada kelinci itu

"Lifi, hewan yang ada di eternity forest tidak akan mau menyerang seseorang tanpa alasan yang jelas." Sahut het yang langsung membuat lificea mengalihkan pandangan ke arah het yang terlihat marah, dan membuat lificea teringat sesuatu yang membuatnya sedikit ketakutan

Lificea memgambil kelinci itu dan menyembunyikannya dibalik punggung. Insting lificea bergerak cepat, het mungkin cemburu dengan husk yang berambut jingga, sementara kelinci dihadapannya berbulu jingga! Apa yang akan dilakukan het pada kelinci itu seandainya sifat possesive het bangkit?!

"Het, kelinci ini tidak bersalah." Bujuk lificea perlahan sambil mulai memundurkan tubuhnya melihat het yang mulai melangkah maju dengan mantap

"Aku tahu." Jawab het dingin dan singkat sambil maju perlahan "kalian sendiri yang salah faham."

"Eeeh?!" Keluh lificea bingung mau mengatakan apa sambil terus mundur sampai punggungnya mengantuk batang pohon dibelakangnya sehingga lificea tidak bisa mundur lagi

"Lifi, biarkan kelinci itu pergi." Desak het yang menaruh kedua tangannya di kesua sisi lificea hingga gadis itu tak bisa kemana-mana

"Lalu, kau mau apakan kelinci itu?" Tanya lificea cemas

"Kau yang mulai duluan, saat kelinci itu terluka kau mengobatinya kan?" Tanya het yang diikuti anggukan pelan lificea "mereka mencium bau darah kelinci itu dan menyangka kau yang melukainya lalu menyerang dirimu secara brutal. Setelah beruang itu melumpuhkan dirimu dengan racun, kelinci itu baru buka suara menjelaskan, kalau kau ini yang menolongnya. Mereka merasa bersalah sudah melukaimu, dengan cepat beruang itu membawamu kerumah untuk diobati oleh diriku. Beruang itu berniat meminta maaf sudah melukaimu setelah mengenali suaramu di hutan ini."

Lificea hanya bisa beroo pelan dan mengintip dari bahu het ke arah si beruang, yang berusaha ramah mengeluarkan deretan giginya yang putih. Lificea membalas senyuman beruang itu dengan manis.

"Jadi, bisa kau biarkan kelinci itu pergi, lifi." Bujuk het dengan tatapan dingin yang membuat lificea kedinginan

"Tapi het,....." Sahut lificea tergagap karena efek dingin tatapan het

"Aku tak ada urusan dengan kelinci itu karena ada urusan denganmu yang lebih penting!" Bisik het nakal ditelinga kanan lificea yang membuat tangan lificea yang sedaritadi memegangi kelinci itu lemas tak bertenaga

Kelinci itu segera melompat pergi, begitu pun si beruang yang segera malu-malu meninggalkan pasangan ini berduaan melakukan apa yang diinginkan di tengah hutan yang sepi.

"Dasar laki-laki egois!" Desah lificea kesal sambil mengancingkan kancing bajunya membelakangi het "kenapa harus ditengah hutan sih!"

Het memeluk mesra lificea dari belakang ia tidak bisa menyembunyikan senyuman kemenangan dan kebahagiaannya.

"Habis, salahmu sendiri. Kau selalu menolak saat aku memintanya dirumah. Aku ini kan suamimu, lifi." Bisik het nakal ditelinga kanan lificea dan mengigitnya perlahan "btw, yang tahu nama aslimu cuma aku?"

Lificea berbalik marah kearah dada het setelah selesai memakai bajunya.

"Iya! Dan kau merencanakan hal ini sejak lama?!" Pekik lificea dengan emosi tapi langsung reda seketika berganti kaget oleh kecupan cepat het tiba-tiba dibibirnya

"Tidak, aku tidak merencanakan apapun, tapi kenapa kau takut pada beruang padahal kau kan sudah melewati semua level di thousand temple?" Tanya het setelah menjauh sambil mulai mengancingkan bajunya yang terbuka

"Hmmm, kenapa y?" Gumam lificea sambil menerawang jauh memikirkan jawabannya "apa mungkin karena trauma racun y?"

another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang