part 21

1K 26 0
                                    

"Peduli amat, yang penting sekarang bagaimana keluar dari sini?" Gumam felicia sambil menyandar di pohon terdekat.

Felicia teringat pada buku tentang monster di eternity forest, dan buku tulisan tangan itu.

Felicia sedikit senang ketika buku itu bisa dikeluarkan dari jam kuno ditangannya. Mengingat kata het, bahwa di hutan ini sihir tidak akan bisa digunakan. Felicia juga berusaha mengubah warna matanya dengan menatap cermin yang dibawa tapi tidak ada perubahan apapun.

Felicia sempat terkejut dan waspada penuh melihat sesosok bayangan yang sedang mengintip tempatnya berdiri. Sebuah tanduk berwarna pink muncul dari kegelapan perlahan-lahan memunculkan mahkluk memukau felicia. Badannya ternyata kuda berwarna putih dan ia memiliki sayap putih yang dilipat dan surai berwarna pirang, seekor pegasus.

Felicia mengosok-gosok matanya berulang kali, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia terkagum-kagum dengan mahkluk satu ini. Seperti dalam cerita yang pernah diceritakan nenek buyutnya, seekor pegasus hidup yang masih sangat sehat!

Yang pernah felicia dengar semasa perjalannannya, pegasus itu sekarang sudah punah. Tapi yang dihadapannya ini, membuat felicia tertegun.

Pegasus itu mendekati felicia perlahan, felicia juga mengangkat tangan kanannya ke depan muka pegasus itu, karena tidak ingin membuat pegasus itu takut. Itu sebagai perkenalan, seperti cerita nenek buyutnya. Pegasus itu mengendus sebentar tangan felicia, lalu menempelkan kepalanya pada tangan felicia yang terdiam di udara.

Felicia mulai mengelus-elus pegasus itu.

"Wow, ini asli dan bukan fatamorgana! Aku memegang pegasus asli!"Sahut felicia kegirangan karena tangannya benar-benar menentuh pegasus tersebut.

Felicia dan pegasus itupun dengan cepat akrab. Mereka menyusuri hutan untuk beberapa waktu, istirahat ketika felicia lelah dan tertidur didampingi pegasus itu yang berjaga.

Ketika terbangun pun felicia tidak merasakan haus, ataupun lapar. Berbeda sekali sewaktu di rumah het, yang sesekali bisa merasa lapar atau haus. Felicia juga melihat beberapa centaur yang lewat, ataupun beberapa hewan gaib lainnya dan semuanya tercatat rapi di buku tentang monster di eternity forest, yang mungkin sudah punah didunia penyihir.

Suatu saat, felicia menemukan kelinci berwarna hijau berbercak hitam dengan bau darah yang pekat, dekat sebuah pohon. Felicia mendekat, kelinci itu kelihatan meronta tertancap dahan pohon di kaki kanannya dan kehilangan banyak darah.

Felicia mendekati kelinci yang ketakutan dan terluka itu. Kelinci itu sempat menyerang felicia dengan giginya yang tajam, tapi felicia tidak menyerang balik, malah mencabut dahan yang menancap kuat di kaki kanan kelinci itu.

Felicia mengeluarkan obat dan perban dari jam kunonya, mengobati kelinci itu dan dirinya, serta memperban rapi luka mereka.

Sang pegasus yang dari tadi hanya diam melihat felicia melakukan semua itu, tiba-tiba terlihat begitu ketakutan dan berusaha segera bersembunyi masuk di celah pohon yang dekat dengan mereka, yang cukup besar untuk menyembunyikan dirinya.

Felicia heran melihat tingkah tidak biasa pegasus itu, ia melihat sekeliling, mata felicia akhirnya menatap ada sekumpulan serigala berbulu oranye sedang mendekat menggelilingi felicia. Mungkin mereka menganggap felicia yang tidak bersembunyi sebagai mangsa empuk pengisi makan malam.

Felicia menatap sekeliling berusaha menghitung cepat sekumpulan serigala itu, felicia akhirnya mengeluarkan pedang dari jam kunonya dan digenggan erat ditangan kanan, sebagai persiapan jika diserang.

Benar saja belum lama felicia mengeluarkan benda tajam itu para serigala mulai menyerang brutal.

Felicia melompat naik ke batang pohon terdekat, dari atas ia melihat kalau posisi si kelinci yang belum bisa bergerak, dan pegasus didalam celah pohon. Mereka mungkin akan jadi sasaran paling empuk. Felicia harus memancing sirigala menjauh agar tidak menyadari keberadaan kelinci dan pegasus itu.

Tempat felicia berpijak perlahan-lahan jatuh ke bawah. Para serigala itu dari bawah mulai memotong pohon tempat felicia berpijak dengan kuku mereka yang tajam bergantian.

"Cih, gigih juga mereka!"Gumam felicia sambil melompat memotong dahan pohon di atas felicia itu menjadi 2 tongkat sepanjang masing-masing 10cm.

Felicia tidak mau melukai para serigala itu, jadi setelah punya tongkat felicia membiarkan jamnya memakan benda tajam yang tadi dikeluarkan.

Felicia pun turun ke tanah dan memukul semua para serigala dengan cepat, dan membuat mereka semua pingsan dalam kedipan mata.

"Maaf ya, begini-begini aku pernah menjadi petarung jalanan di thousand temple tanpa memakai sihir untuk mencari sesuap nasi. Jumlah kalian yang hanya 20 ekor, tentu masih belum ada apa-apanya dibanding thousand temple yang keras." Ejek felicia sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah"aneh, di buku itu tidak tertulis kalau mereka bisa menyerang seperti itu tanpa ada pemicunya. Apa buku itu salah tulis ya?"

Tepat di belakang felicia, sebuah cakar besar mengayun ke arah felicia. Felicia berguling ke tanah tepat saat cakar itu mau mengayun. Felicia cukup banyak punya pengalaman diserang dari belakang, sehingga bisa menghindar dengan cepat.

Cakar besar yang meleset dan menghujam ke tanah meninggalkan bekas lingkaran hitam ditanah yang tertancap kukunya.

"Racun!"Pekik felicia kaget dengan mata yang membesar beberapa centi"seperti yang dikatakan di buku, kalau terkena, efeknya bisa sangat fatal!"

Cakar itu menarik diri dari tanah, sosok pemilik cakar mulai berjalan beberapa langkah mendekati felicia. Sehingga felicia bisa melihat, sosok itu adalah beruang hitam setinggi 3meter menatap felicia marah, dan mulai menyerang felicia.

'Kenapa sih, beruang dan serigala itu marah-marah tidak jelas?! Apa mereka sekelompok? Aku rasanya selalu dibenci, ya?' Tanya felicia dalam hati sambil menghindari serangan beruang dengan cakar beracunnya'dibuku tidak dijelaskan apapun tentang ini!'

Kemarahan beruang yang membabi buta karena felicia berhasil menghindar dengan sempurna, membuat beberapa pohon sekitar yang disentuh cakar beracun si beruang roboh. Pohon yang roboh itu ada yang menimpa pohon tempat pegasus bersembunyi. Pegasus itu sempat mengeluarkan separuh badannya, tapi yang separuh masih ada di dalam pohon dan terjebak disana, tidak bisa keluar ataupun masuk. Pegasus itu juga mulai meringkik panik.

Suara dari pegasus itu memancing beruang yang tadi hanya berkonsentrasi pada felicia, mengalihkan pandangannya pada pegasus yang terjebak. Ia melangkah mendekati pegasus itu perlahan karena badannya yang besar.

"Oo, tidak!" Seru felicia yang sedang bertengger di atas dahan pohon sambil melempar kedua tongkatnya yang mengenai persis kepala si beruang"hei,beruang pemarah, aku disini! Jangan ke sana bodoh! Carilah lawan yang sepadan!"

Ejekan felicia pada beruang itu seperti tidak berefek, beruang itu tetap pada target yang tidak bisa bergerak itu.

Felicia turun dari pohon dan berlari hendak menghadang sang beruang. Tapi, langkah felicia terhenti, cakar beruang hitam yang beracun itu sudah menancap di perut felicia dengan kecepatan tinggi.

Felicia memuntahkan darah berwarna hitam, tubuhnya juga terpental akibat kuatnya si beruang mengayunkan tangannya, tubuh felicia mendarat dengan menghantam pohon terdekat.

Pandangan felicia berkunang-kunang tak sadarkan diri, racun sepertinya sudah menyebar ke peredaran darahnya.

another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang