Het keluar dari ruangan dan segera pergi ke dapur. Melihat felicia yang masih gemetar ketakutan dengan pandangan kosong pecahlah tawa het mengelegar.
"Kau menganggap aku akan memakanmu? Dasar bodoh!"Sahut het "Bagaimanapun aku masih normal, aku tahu kau ini kelinci jadi-jadian. Mana mau aku makan daging kelinci jadi-jadian, apalagi daging manusia. Kalau tidak tahu daging apa mungkin aku bisa saja memakannya, tapi kalau tahu,aku mungkin bisa memuntahkannya tanpa basa-basi. Begini-begini aku ini menyayang binatang dan bukan kanibal!"
Het kembali tertawa melihat felicia yang masih mematung, apalagi wajah felicia mulai terlihat kesal dengan hal itu.
"Kau menggenal baik orang itu?" Tanya felicia yang mulai pulih dari shock berat karena rasa jengkel terhadap het yang sudah menertawai ketakutannya tanpa tahu apa-apa tentang dirinya.
Het sedikit terkejut akan pertanyaan felicia hingga tawanya hilang seketika berganti wajah yang serius yang biasa dilihat felicia.
"Oh,orang itu. Dia salah satu clientku, aku kurang menyukainya secara pribadi, tapi sepertinya ia kenal dekat dengan guruku. Aku harus profesional, bisa membedakan mana pekerjaan mana yang urusan pribadi. Walaupun aku pernah mendengar dari sebuah sumber kalau ada kemungkinan orang itu bukan orang yang baik. Demi sepasang mata blue eyes clan ia rela membantai ratusan orang atau menyewa orang dengan harga yang sangat tinggi. Sepertinya ia sangat terobsesi dengan clan yang hampir atau mungkin sudah punah itu." Jelas het yang tiba-tiba terdiam teringat sesuatu dan memandang felicia dengan pandangan aneh seakan menyadari sesuatu.
Felicia masih tertunduk dan hanya terdiam membisu seribu bahasa mendengar penjelasan het, tanpa memperhatikan pandangan het yang sedikit berubah.
"Kau mau baca buku?" Tanya het memulai percakapan lain saat melihat felicia yang mulai murung lagi.
Felicia mengangguk dan melompat dari kursinya, setidaknya buku bisa menghilangkan sedikit kemurungannya.
