leon stories-secret

545 7 0
                                    

leon stories-secret

Burung gereja mini kembali, pertanda baik kalau lificea masih hidup. Sosok lificea kali ini terlihat murung dan memeluk kedua kakinya dengan pandangan kosong.

"Lifi, apa yang terjadi?" Tanya leon simpatik, agak bingung bagaimana harus memulai percakapan

"Kakak, semua kakak temanku yang lebih tua mati!" Jerit lificea sambil menangis tersedu-sedu "ini semua salahku! Kekuatanku tidak cukup untuk memanggil summon yang lebih tinggi levelnya untuk mentransport mereka semua."

Leon memeluk bayangan adiknya dan seakan-akan, menenangkan adiknya yang sedang syok berat.

"Lifi, tenanglah itu bukan salahmu!" Hibur leon "aku bersyukur kau bisa selamat, kau masih punya kakak dan ibu, lifi. Kau juga sudah menyelamatkan beberapa temanmu bukan? Walaupun tidak semuanya."

Lificea mulai menggadah menatap leon, walau air matanya masih mengalir di pipi.

"Tapi mereka yang mati, karena salahku!" Sahut lificea "seandainya saja kekuatanku lebih besar, aku pasti bisa menolong semuanya!..."

"Lifi, dengarkan kakak!" Potong leon agak menjerit agar bisa membuat lificea terdiam "ini semua bukan salahmu, tapi memang takdir yang kita tanggung lebih kejam daripada orang lain. Maka dari itu, kita harus lebih tabah dan lebih kuat daripada orang lain karena kita memiliki kelebihan dibanding orang lain."

Lificea akhirnya mulai terlihat sedikit bersemangat, mendengar nasihat leon. Mulai hari itu, setiap hari leon menghubungi lificea melalui burung gereja itu untuk menyemangatinya.

lificea mengirim kabar memasuki thousand temple untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan mencari zenny untuk penghidupannya.

5 tahun belalu, lificea memberi tahu kalau tongkat biru marinenya remuk tak berbentuk, saat menghadapi level tinggi thousand temple. Tongkat itu tidak kuat dengan level tinggi yang lificea pakai. Sesosok bayangan mengingsut menghilangkan keberadaannya supaya tidak disadari leon yang sedang asyik bercengrama dengan lificea.

Hari ini leon pergi ke kedai kue dango dan terduduk sambil menyesap teh hijau. Seorang nenek renta memakai tongkat mendekat dan duduk membelakangi leon.

Cermin midea bergetar pelahan, leon mengintip cermin itu dan melihat sosok nenek yang membelakanginya di dalam cermin.

"Maaf, anak muda nenek tua ini pinjam punggungmu barang sebentar." Sahut nenek itu perlahan sambil menandarkan punggungnya di punggung leon yang sedikit mengulum senyum.

"Tak apa, bagaimana kabar nenek?" Tanya leon bersahabat "apa nenek ingin makan dango?"

"Nenek tua ini memang butuh makanan yang lembut." Jawab nenek itu sambil tertawa "trimakasih perhatiannya."

Leon memesan 1 porsi berisi 3 tusuk dango beserta secangkir teh hijau untuk nenek ini. Ketika pesanan datang, nenek ini menyesap tehnya perlahan.

"Nenek ingin makan makanan yang lain?" Tanya leon menawarkan menu yang lain "atau ingin tambah?"

"Trimakasih atas perhatiannya anak muda, nenek merasa beruntung bisa bertemu denganmu." Jawab nenek itu sambil menggigit kue dango segigit "sepertinya nenek harus memakai tongkat yang ini, karena tongkat lama nenek sudah rusak."

Leon hanya terdiam tanpa komentar, bingung mau berkomentar apa.

"Sudah dulu ya, nak. Nenek pergi dahulu, terimakasih makanannya." Sahut nenek sambil berdiri setelah mengigit dango terakhir dan menyeruput tehnya "kapan-kapan nenek akan membalas kebaikanmu. Senang sekali bisa bertemu denganmu."

"Sama-sama, tak perlu dibalas, nek. Aku melakukannya dengan rela." Sahut leon tanpa menoleh sampai nenek tua itu menghilang ditengah kerumunan

Leon membayar tagihannya, lalu berjalan menuju suatu arah. Leon ditarik seseorang ke tempat yang sepi, dan ditodong pisau dilehernya.

"Katakan siapa yang tadi kau temui!" Sahut seseorang memaksa meminta penjelasan

another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang