extra: heta monforte- childhood

675 10 0
                                    

heta monforte- childhood

Seorang anak kecil berambut hitam bermata hitam, berlarian kesana-kesini menawarkan jasa guide ke berbagai tempat, dengan bayaran sepotong roti.

"Ayolah, sir, anda bisa pergi kemanapun yang anda mau. Bila anda tertarik membuat jam tangan atau ikat pinggang dengan bahan kulit yang eksotik itu anda harus mencari pengrajin yang handal di jalan western wild." Bujuk anak itu, setelah melihat si tuan yang ia bujuk memakai scarft dengan 6 warna yang eksotik "kalau tidak anda akan menyesal memberikannya pada pengrajin amatir yang akan merusak bahan kulit yang indah itu."

Laki-laki dewasa berambut coklat bermata kuning yang dibujuk ini berhenti, dan menatap anak ini lekat-lekat.

"Bayarannya cukup murah, saya hanya meminta sepotong roti dan sebotol susu untuk pengisi perut." Bujuk anak itu menegosiasikan harga agar tuan yang satu ini tertarik

"Kau bisa melihat scarft ini?" Tanya pria itu dengan mata kuningnya menatap anak itu tajam sambil menunjuk sesuatu dilehernya

Anak itu dengan mata hitamnya, mengangguk pasti agak bingung dengan pertanyaan tuan yang satu ini, memangnya orang lain tidak bisa melihat?!

"Nak, kau mau merubah jalan hidupmu?" Tanya orang itu perlahan sambil berjongkok agar tingginya sama dengan tinggi anak itu "aku berani jamin kau tak akan kekurangan makanan lagi dan tak akan tinggal dijalanan seperti ini."

"Maaf, tapi saya tidak memiliki uang untuk membayarnya, tuan." Jawab anak itu terbata-bata dan tertunduk malu

Orang itu menggeleng perlahan

"Tidak, aku juga tidak membutuhkan uang untuk menerimamu." Timpal orang itu "kau hanya perlu jadi muridku, dan menuruti semua yang aku inginkan."

Anak itu menatap mata kuning orang itu antusias

"Benarkah, tapi anda tidak berbohongkan?!" Tanya anak itu mengkorfirmasi apa yang ia dengar bukan bohongan, diikuti anggukan pasti orang itu

"Nak, siapa namamu?" Tanya orang itu sambil menggandeng dan membawa anak itu pergi ke sebuah rumah dipinggir hutan, dengan tansport summon api, phoenix.

"Ichi" jawab anak itu sambil terkagum-kagum berada di sebuah ruang tamu dengan 3kursi bersandaran tinggi yang menyambutnya.

"Ichi, nama yang kurang bagus! Namaku lucas, ini adalah rumahku, anggap saja seperti rumahmu sendiri." Sambut lucas bersahabat "mari kita mulai belajar"

Pelajaran pertama ichi adalah membuat monster penyeimbang jiwa seperti miliknya dulu.

Ichi dibawa masuk ke dalam hutan eternity forest, setelah sekian lama ichi keluar dari hutan dengan dua burung aneh bertengger di kedua bahunya yang satu berwarna hitam tapi berkilat-kilat, yang satunya lagi berwarna putih tapi jika bergerak ada kilau pelangi yang terlihat.

"2 ekor?!"Pekik lucas agak kaget dengan bakat anak ini dia sendiri untuk membuat satu saja sulit apalagi 2, membuat lucas agak bangga dengan anak ini "kenapa kau jadikan 2 ekor? Kan lebih praktis kalau kau jadikan satu?"

"Maaf, sensei, aku memakai perinsip yin dan yang, saat membuat mereka. Yang satu kutub positif, yang lainnya kutub negatif dan aku menjadi katodanya" jelas ichi perlahan

"Yang kutub negatif yang hitam?" Tanya lucas penasaran dan mencoba menebak-nebak

Ichi tersenyum penuh arti

"Bukan, yang kutub negatif justru yang berwarna putih." Jawab ichi perlahan "aku sedikit menukar warnanya."

Lucas menelan air ludahnya, anak ini pintar main teka-teki, yang membuat orang bingung. Kelak monster seperti apa yang akan diciptakannya?!

"Nama 'ichi' kurang cocok untukmu!" Seru lucas agak jengkel dipermainkan murid didiknya "terlalu polos untuk kau yang rumit."

"Lalu, sensei, aku harus pakai nama apa?" Tanya ichi sambil melongo bingung

"Father of monster, pakai nama itu jika kelak kau mungkin akan menciptakan banyak monster tangguh." Sahut lucas sambil menatap tajam ichi

"Ah, sensei, nama itu terlalu sangar." Bujuk ichi untuk mencarikan nama yang kedengarannya tidak begitu menakutkan

"Ini pr untukmu, kau bisa mengurangi atau menambahkan hurufnya untuk membentuk sebuah nama baru yang agak bagus." Sahut lucas sambil menjitak pelan kepala ichi "sampai ketemu lain kali."

Lucas menghilang ditelan pusaran api, karena suatu keperluan. Ichi sudah terlihat biasa melihat sensei, gurunya mondar-mandir, datang tak diundang pulang tidak diantar.

Ichi tahu dengan jelas apa yang dilakukan gurunya diluar sana, menciptakan monster untuk melindungi penduduk yang lemah karena peperangan yang tiada akhir.

"Kenapa tidak kau ciptakan duplikat sensei saja, master." Kicau sebuah suara merdu yang menenangkan jiwa pendengarnya "jadi sensei, dan master bisa punya waktu bersama, atau memberikannya waktu beristirahat walau sejenak."

Ichi menyetujui usulan penyeimbang jiwanya itu, ia membuat seorang duplikat yang disambut kaget lucas yang asli ketika ia kembali ke tempat itu.

"Ini, kau yang buat?" Tanya lucas kaget bercampur takjub sambil menunjuk duplikatnya yang berpenampilan sama persis seperti dirinya, lucas mengamatinya lekat-lekat, seperti bercermin 4D, begitu nyata dihadapannnya.

Ichi hanya tersenyum dan memperlihatkan sederetan giginya yang putih. Lucas lalu meminta ichi membuat lebih banyak lagi, lalu disebar dibeberapa tempat di kota. Sementara

ia mengawasi semua duplikatnya dari rumah itu, sambil mengajari ichi semua yang ia bisa.

Lucas bercerita tentang kawan baiknya, juga memberi ichi sepasang cincin berwarna merah darah berisi mantra yang dibuatnya khusus untuk pernikahan sepasang kekasih, yang sepertinya tidak akan bisa lagi untuk diberikan atau digunakan oleh dirinya. Dengan berpesan 'berikan kepada seseorang yang akan kau nikahi'

Suatu hari, seekor burung hantu pembawa pesan menerobos masuk ke ruang makan tempat ichi dan lucas sedang menyantap sarapannya. Lucas membuka surat itu, lalu muka lucas berubah agak aneh.

Lucas bersiap untuk pergi membawa seorang duplikat, yang langsung dihalangi oleh ichi.

"Jangan pergi, sangat berbahaya untuk pergi sendirian! Biarkan aku ikut pergi jika kau masih memaksa pergi." mohon ichi dengan sangat "kenapa aku harus kau tinggalkan sendiri di sini? Aku tahu diluar sana perang sedang berkecamuk, dan aku tak mau lagi kehilangan orang yang aku sayang! Kalau kau berangkat untuk bertempur aku ikut!"

Lucas agak simpatik mendengar ichi berkata begitu, lucas memang tidak begitu tahu latar belakang ichi yang tak penah menceritakannya sedikitpun.

"Semua yang aku bisa, sudah aku ajarkan semuanya padamu. Kau lebih berbakat dibanding diriku, masa depanmu pasti lebih cerah."Kata lucas dengan terburu-buru sambil meremas pelan kedua pundak anak didiknya itu"demi masa depan semua orang yang cerah tanpa peperangan, aku harus berangkat. Aku akan pulang secepatnya, kau harus menungguku disini."

"Kau harus janji akan kembali dengan selamat!" Jerit ichi sebelum bayangan lucas hilang dilalap api.

Beberapa kali dalam sejam ichi selalu menoleh kearah perapian di ruang tamu itu, berharap sensei, gurunya, bisa muncul tiba-tiba dari perapian.

Beberapa detik serasa lama sekali untuk bergerak maju, rasanya ingin sekali untuk segera menyusul. Tapi ichi urungkan, ichi tak tahu kemana sensei, gurunya pergi ditambah sudah berpesan untuk tidak meninggalkan rumah itu.

Seperti yang diduga ichi, tak lama dari perapian muncul sesuatu seperti sebuah nyala api tapi warnanya hitam pekat. Seekor kura-kura hitam sedang berekor ular muncul setelah nyala api itu menyatu bersama seluruh bayangan di ruangan itu

"Ada pesan untuk ichi dari lucas." Sahut si kura-kura hitam perlahan

another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang