Seohyun duduk termenung di sebuah ayunan kayu di halaman rumahnya. Ia teringat akan kejadian sembilan tahun yang lalu. Sepulangnya dari Korea, ia selalu merengek pada sang ayah untuk dibuatkan ayunan di pohon besar di halaman rumahnya. Setelah membuat ayunan tersebut, sang ayah justru jatuh sakit akibat kelelahan, membuat Seohyun menangis terus-menerus karena merasa bersalah.
Ia tersenyum kecil, mengingat alasan ingin dibuatkan ayunan di pohon. Itu semua karena rasa kekecewaannya yang tidak bisa bermain dengan 'teman barunya' yang ia temui sewaktu liburan ke Korea. Saat itu, ia dan keluarganya harus segera kembali ke Bandung dikarenakan sang nenek sakit parah, hingga harus di rawat di rumah sakit.
Maaf, aku gak bisa nepatin janji aku saat itu, gumam Seohyun, mengingat janjinya pada sosok teman barunya saat itu.
Seohyun menghembuskan napas panjang. Ia berdiri, melangkah memasuki rumahnya. Ia sedikit terkejut melihat pemandangan di depannya. Sang adik yang tadi malam masih melanjutkan aksi ngambeknya, justru pagi ini tengah bersandar manja di bahu sang ibu.
"Kayaknya ada hal yang aku lewatin, nih," sindir Seohyun, meilpat kedua tangannya di depan dada, melirik sang ibu dan adiknya secara begantian.
"Aku udah baikan sama Mamah, dong!" pamer Minho, merangkul erat lengan sang ibu, memamerkan kedekatan mereka pada sang kakak.
"Sama Mamah aja? Sama Kakak, nggak?" tanya Seohyun kecewa.
"Emang aku diemin Kakak juga?" tanyanya polos.
"Oh, kamu gak ngerasa ngediemin Kakak? Cuma nyuekin, gitu?" tanya Seohyun, mendengus sebal, menatap sang adik.
"Hayo, lho… Kakak kamu ngambek, tuh." Ratih tertawa melihat sikap kedua anaknya.
Minho melirik sang ibu sebentar, lantas ia berdiri, mendekati Seohyun. "Kak, maafin ade Kakak yang ganteng ini, ya?"
"Ihh… masih sempet-sempetnya narsis," desis Seohyun kesal.
"Tapi, itu emang fakta! No gosip!" ujar Minho bangga, meletakkan jari telunjuk dan jempolnya yang membentuk tanda ceklis di bawah dagunya, tersenyum nyengir.
"Kalo kamu jelek nanti Kakak bingung. Kamu ade Kakak atau bukan. Mamah kan cantik… Papah ganteng... Kakak juga cantik… jadi, wajar kalo kamu ganteng," celoteh Seohyun.
"Ishh… narsis teriak narsis." Minho melipat kedua tangannya di depan dada, melirik Seohyun sekilas.
Ratih hanya terdiam memperhatikan kedua anaknya. Ia tersenyum senang. Hatinya seakan menghangat begitu saja melihat pemandangan yang tersuguh di depannya. Ia rindu moment seperti ini.
"Jadi, Kakak mau maafin aku atau gak, nih?"
"Ya, udah. Dengan terpaksa Kakak maafin kamu."
"Kak, kalo maafin orang itu harus tulus. Kalo terpaksa gini nanti Kakak yang dosa," nasihat Minho, membuat Seohyun bungkam.
"Ya udah. Tapi dengan satu syarat."
"Tuh kan, masih gak ikhlas maafin akunya."
"Mau Kakak maafin atau gak?" tanya Seohyun, melirik sebal ke arah sang adik.
"Ya, udah. Apa syaratnya?"
"Kamu kan dapet uang lebarannya lumayan banyak. Jadi, teraktir Kakak jajan, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Masa Lalu (SELESAI)
Fanfiction"Pertemuan singkat yang kulalui bersamamu, membuatku percaya akan skenario-Nya yang maha indah." -Cho Kyu Hyun- "Setiap kali mengingat kejadian itu, aku selalu tersenyum geli. Benar-benar merasa lucu dengan kepolosan dua orang anak kecil yang dipert...