37. Aku Baik-Baik Saja

1.3K 141 35
                                    

Seharusnya ini menjadi hari bahagia untuk semua orang yang turut hadir di tempat ini, terlebih untuk kedua mempelai pengantin. Namun, apakah salah jika dirinya merasa tak sepenuhnya bahagia? Nyatanya rasa sesak itu masih tersisa, bahkan luka di dalam hatinya pun belum sepenuhnya mengering. Nadya menatap gedung yang dihiasi dengan dekorasi cantik, pandangannya beralih menatap sebuah papan berukuran besar yang memuat nama kedua mempelai pengantin. 'Minho & Kayla'.

Perlahan Nadya tersenyum samar, mengambil napas panjang, lantas mengembuskannya secara perlahan. Ya, kenyataan di depan matanya membuatnya tersadar jika pria itu bukanlah jodohnya. Mungkin selama ini ia hanya berharap pada manusia tanpa melibatkan Allah, sehingga Allah timpakan padanya pedihnya sebuah pengharapan. Dan mungkin... Allah pun sedang menyiapkan sosok pria lain pilihan-Nya, yang ia yakini pasti baik untuknya juga.

"Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.
(Imam Syafi'i)

"Nadya," panggil Jihan, menepuk pelan bahu sang adik yang sejak tadi terdiam tanpa berniat masuk ke dalam. "Kamu yakin mau melihat akadnya?"

Nadya menundukkan wajahnya, lalu mengangkatnya kembali seraya tersenyum kecil. "InsyaAllah, yakin, Kak. Allah pasti akan menguatkan hati aku. Aku gak mau kalo nantinya Kak Kayla bertanya-tanya kenapa aku gak datang di acara akadnya."

Jihan menghela napas panjang, menggenggam sebelah tangan sang adik, lantas tersenyum hangat. "Ya udah, yuk. Acaranya sebentar lagi akan dimulai. Raihan sama Rafa udah ke dalem duluan," ia rangkul bahu Nadya erat, menguatkan sang adik yang saat ini pasti sangat membutuhkan dirinya sebagai sandarannya.

Begitu mereka masuk, acara ijab kabul sedang berlangsung. Pandangan Nadya langsung tertuju pada sosok laki-laki yang dalam hitungan detik akan berstatus menjadi suami orang lain. Dan ia tak boleh memiliki perasaan apapun lagi pada sosok itu, dengan alasan apapun dirinya harus mengubur dalam-dalam perasaan itu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Kayla Alfathunissa binti Dedi Prasetyo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Minho dengan suara lantang.

"Bagaimana saksi sah?" tanya penghulu.

"Sah."

"Alhamdulillah, barakallahu laka wa jama'a bainakuma fii khair," lalu semua orang yang berada di sana mengangkat tangan ketika penghulu membacakan doa.

Kyuhyun dan Raihan menepuk bahu Minho seraya tersenyum hangat sekaligus bangga, karena selama ini mereka berdua selalu meledek Minho akan statusnya saat masih melajang. Namun, sekarang si bungsu telah menikahi seorang gadis pilihannya.

"Selamat, ya. Maaf kalo selama ini aku selalu ngeledekin kamu terus," ucap Raihan, memeluk Minho sekilas.

"Iya, Kak. Makasih, ya," jawab Minho, menepuk punggung Raihan.

"Selamat, ya. Jaga dan sayangi istri kamu. Terlebih Kayla udah gak punya siapa-siapa lagi selain kamu sebagai suaminya," ucap Kyuhyun, menasehati adik iparnya.

Minho tersenyum kecil seraya mengangguk, tiba-tiba ia menjadi khawatir terhadap kondisi gadis yang kini telah resmi menjadi istrinya. Mengingat seminggu sebelum hari pernikahan mereka, nenek dari gadis itu meninggal dunia, membuat Kayla hidup sebatang kara karena tak memiliki sanak saudara manapun. Ditinggal oleh sang ayah saat masih di dalam kandungan, dan saat berusia dua tahun ia pun harus ditinggal oleh ibunya. Dan kini, ia juga telah ditinggal oleh sang nenek.

Minho tersenyum saat melihat sang kakak berjalan menghampirinya, tapi kenapa tak bersama Kayla? Raut panik di wajah Seohyun seketika membuat perasaan khawatirnya semakin menjadi.

Teman Masa Lalu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang