39. Senyummu, Kekuatanku

1.1K 132 15
                                    

Sebelum menikah setiap orang pasti bermimpi membangun bahtera rumah tangga seindah di negeri dongeng. Tapi nyatanya, 'kerikil' pasti ada di dalam sebuah hubungan. Pertengkaran dan perdebatan kecil antara suami istri dipercaya sebagai 'bumbu penyedap' yang memberikan warna serta kekuatan pada pernikahan. Pertengkaran merupakan sebuah kewajaran antara suami istri karena dua kepala berbeda tidak begitu saja bisa dilebur menjadi satu. Perlu waktu dan kesabaran dalam menghadapi perbedaan yang terjadi antara pasangan dan diri sendiri.

Kayla langsung masuk ke dalam rumah tanpa menunggu sang suami, ia melangkah menaiki anak tangga dengan langkah terburu-buru. Minho yang melihatnya hanya bisa menghela napas panjang, selama di perjalanan ia pun merenung, mencari kesalahannya terlebih dahulu sebelum mengambil kesimpulan dan menyalahi sikap istrinya. Karena nyatanya semua itu berawal dari dirinya yang mendadak jadi diam saat bertemu dengan Nadya tadi, membuat Kayla mungkin berpikir yang tidak-tidak.

Tanpa disangka kaki Kayla tergelincir saat menginjak anak tangga ketiga, membuat tubuhnya tak seimbang, seketika ia dibuat pasrah akan kemungkinan dirinya yang akan terjatuh. Namun, sepasang tangan langsung mendekap tubuhnya dari belakang, seketika tubuhnya mendadak lemas bersamaan dengan isakan yang lolos begitu saja dari bibirnya. Ia merasakan takut yang luar biasa, mengingat ada sebuah nyawa yang kini hidup di dalam rahimnya, dan ia baru saja melakukan kecerobohan yang bisa mencelakakan buah hatinya.

"Hiks..... hiksss.... hiksss..." Kayla terduduk di tangga, menangis di dalam pelukan sang suami. Kedua tangannya menggenggam erat baju Minho, menyiaratkan betapa takut dirinya saat ini.

Di dalam hati yang terdalam, Minho ingin menegur sang istri karena ketidakhati-hatiannya yang bisa saja mencelakai dirinya sendiri dan buah hati mereka. Namun, ia sadar, tidak seharusnya ia melakukan itu di saat sang istri pun pasti sangat merasa syok akan kejadian beberapa detik yang lalu. Kini dirinya hanya dapat bersyukur karena ia berhasil menangkap tubuh Kayla.

Sudah hampir lima belas menit mereka lalui dengan hanya berdiam diri dan masih saling berpelukan tanpa mengatakan apapun. Isakan Kayla pun sudah tak terdengar lagi, hanya saja kini napasnya masih belum teratur. Minho tak henti-hentinya mengusap punggung sang istri, berharap hal itu dapat menenangkan istrinya yang kini pasti masih sangat syok.

"Kita ke kamar, ya." Minho membawa tubuh Kayla ke dalam gendongannya, melangkah menaiki tangga dengan hati-hati, ia pun sedikit merasa trauma akan kejadian yang baru saja menimpa sang istri. "Tolong bukain pintunya."

Kayla melirik suaminya sekilas, lantas menurunkan salah satu lengannya yang sejak tadi melingkar di leher Minho untuk membukakan pintu kamar. Setelah itu Minho pun langsung membawa tubuh Kayla ke atas ranjang mereka, mendudukkan sang istri di sana. Sedangkan Kayla hanya bisa menundukkan wajahnya, tak berani menatap wajah sang suami, namun saat pandangannya menangkap tubuh Minho yang hendak bangkit berdiri ia pun langsung menahan lengan suaminya.

"Jangan tinggalin aku," ucap Kayla lirih, menatap sendu sang suami.

Minho pun kembali mendudukkan tubuhnya di sisi ranjang, tangannya terangkat mengusap lembut kepala sang istri seraya tersenyum kecil. "Aku cuma mau ambil minum buat kamu."

Kayla langsung menggeleng cepat. "Aku gak haus. Kamu di sini aja," ucapnya, menggenggam sebelah tangan sang suami dengan kedua tangannya.

"Seenggaknya kamu harus minum untuk nenangin diri kamu. Sebentar aja, gak sampai satu menit. Aku janji."

Tanpa diduga Kayla justru mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, mengutak-ngatiknya hingga membuat sang suami menatap bingung sekaligus penasaran ke arahnya. "Ini, aku udah atur waktunya. Kalo kamu terlambat, aku akan—" seketika ia terdiam, merasa bingung untuk melanjutkan kalimatnya.

Teman Masa Lalu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang