Extra Part - 06. Pondasi Cinta

767 72 7
                                    

Bisa dihitung berapa banyak tugas seorang ibu selama duapuluh empat jam? Hanya dengan kedua tangannya, semua itu bisa diselesaikan. Memang sangat ajaib. Itu yang selalu Seohyun pikirkan setiap kali melihat sang ibu. Dan selama delapan tahun ini, dirinya merasakan semua itu. Seperti sore ini, dirinya sibuk memandikan putra dan putrinya. Terkecuali si sulung yang sudah tiga tahun ini sudah bisa mandi sendiri. Katanya mau belajar mandiri.

"Rara Sayang, kaos dalemnya terbalik, Nak. Sini, dibenerin sama Bunda," ujar Seohyun yang kini sedang duduk di sisi ranjang sambil menyusui si kecil Dafa.

"Rara bisa sendiri," jawab Rara, lalu melepas kembali kaos dalamnya. "Ini yang di depan, Bun? Rara lupa terus," lanjutnya dengan suara sedikit cadel.

"Uhm... anak Bunda lupa terus, ya?" tanya Seohyun seraya tertawa kecil.

"BUNDAAA!!" panggil Azka yang baru saja masuk ke dalam kamar sang adik.

Perhatiannya pun langsung teralihkan pada putra sulungnya yang kini sudah memakai pakaian lengkap. "Ini Kakak Azka nyisir rambut sendiri?" tanyanya, menatap potongan rambut sang putra yang biasa berponi, tapi kali ini justru belah pinggir. Memperlihatkan dahi indah yang diturunkan oleh suaminya.

"Ganteng kayak Ayah kan, Bun?" tanya Azka, lalu langsung menyembunyikan diri di belakang tubuh sang ibu seraya memeluk erat tubuh kesayangannya.

"Uhm... masyaAllah, gantengnya anak Bunda sama Ayah," ujar Seohyun, lalu mengusap lembut kepala si sulung. Ia beralih melirik Rara yang kini terlihat kesulitan menyisir rambut panjangnya. "Kak Azka bisa bantuin Bunda. Tolong sisiran rambut Rara, ya? Kasian Dedek Dafanya, udah ngantuk dan mau bobo."

"Siap, Bunda!" ujar Azka, melangkah menghampiri adiknya. Ia mengambil alih sisir di tangan Rara, "Rambutnya mau dikepang gak? Biar kayak Bunda."

"Emang Kakak bisa?" tanya Rara.

"Bisa, dong!"

Seohyun yang melihatnya pun hanya diam dan menunggu. Entah itu benar atau tidak, jika Azka bisa mengepang rambut. Tapi, belajar dari mana juga?

"Iket rambut Rara mana?"

"Ini," ujar Rara, menyodorkan ikat rambut di pergelangan tangannya.

Setelah selesai mengepang sampai ujung rambut Rara yang sepunggung, Azka langsung mengikatnya dengan ikat rambut hitam. "Nah, selesai deh!"

Kedua matanya membulat sempurna, menatap tidak percaya pada apa yang dilihatnya saat ini. "Kak Azka, kok bisa ngepang rambut? Belajar dari mana?" tanya Seohyun, dibuat terheran-heran dengan kemampuan putra sulungnya yang baru berusia delapan tahun itu.

"Kan Azka sering ngeliatin Bunda."

Lagi dan lagi. Jawaban Azka benar-benar membuatnya takjub. Seohyun menyadari jika putranya itu memang cepat dalam mempelajari sesuatu. Itu lah yang membuat suami dan dirinya berusaha mencontohkan hal-hal baik. Mereka tidak ingin anak-anak mereka mempelajari sesuatu yang tidak baik. Terlebih jika itu dipelajari dari dalam diri mereka sebagai orang tua. Ingat, jika guru pertama seorang anak yaitu adalah orang tua mereka sendiri. Apa yang dilakukan orang tua mereka, itu pasti akan dicontoh oleh mereka juga.

Krekkk!

"Assalamu'alaikum..."

"AYAAAHHH!!!" teriak Azka dan Rara, lalu berhambur ke pelukan sang ayah.

Seohyun tersenyum lembut, menatap sang suami yang kini memeluk putra dan putrinya. "Wa'alaikumussalam..."

"Salam Ayah gak dijawab nih?" tanya Kyuhyun, melirik putra dan putrinya, lalu mencubit gemas hidung keduanya.

Azka menggaruk kepalanya, "Hehehe... maaf, Azka lupa. Wa'alaikumussalam."

"Wa'alaikumussalam," ujar Rara, lalu tubuhnya langsung dibawa ke dalam gendongan sang ayah, membuat tawa girang keluar dari bibirnya. "Asiiikk... Rara digendong Ayah. Kakak enggak."

Teman Masa Lalu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang