15. Salahkah Rasa Ini?

1.1K 151 27
                                    

Raihan menggeleng kecil seraya mengoleskan obat merah di sudut bibir Kyuhyun. Ia masih dibuat tak percaya dengan kejadian hari ini. Di mana seorang Cho Kyuhyun hampir berkelahi. Ya, dikatakan hampir karena Kyuhyun tak membalas pukulan Randy.

“AW!! Pelan-pelan, dong! Sakit tau!” dengus Kyuhyun, refleks menarik lengan Raihan menajuh dari wajahnya. “Kalo gak bisa ngobatin biar sama gue aja sendiri. Sini!” ucapnya, langsung merebut kapas di tangan Raihan.

Raihan mencibir rintihan penuh kesakitan yang keluar dari bibir sang sahabat. “Gue ini pernah jadi anak PMR. Jadi gue yang lebih paham cara mengobati luka. Sakit? Ya jelas, lo dipukul sampe terseungkur ke lantai gitu. Bisa dibayangin kan, gimana sakitnya?” jelas Raihan. “Eh, gak usah dibayangin, karena sekarang lo lagi ngerasain.”

Kyuhyun berdecak, mengalihkan pandangannya ke arah lain, lantas memejamkan matanya, kembali mengingat bagaimana dirinya saat dipukul oleh Randy. Jika kebanyakan pria akan merasa harga dirinya diinjak-injak karena tak membalas pukulan yang mereka dapatkan. Maka ia berbeda, ia sama sekali tak merasa malu karena tidak membalas pukulan Randy. Ia bersyukur bisa mengendalikan emosinya, tentu dengan bantuan Raihan yang memberi tahunya bahwa Seohyun juga berada di sana.

Kyuhyun mengembuskan napas keras-keras begitu mengingat dirinya yang baru saja mengungkapkan perasaannya di depan gadis itu bahkan orang banyak. Sekarang ia merasa khawatir dengan keadaan Seohyun, takut gadis itu akan mendapati kesulitan di sekolah untuk berhadapan dengan orang-orang karena kecerobohannya yang sudah terpancing oleh Randy.

“Gue masih gak habis pikir. Kalo orang tua lo tau anak yang biasanya selalu buat mereka bangga dengan prestasinya, tapi ternyata bisa juga kena masalah dan bahkan hampir berantem.” Raihan kembali merebut kapas yang digunakan Kyuhyun, lantas menatap sahabatnya. “Tapi, sekarang yang lebih gue khawatirin itu Seohyun. Gue gak mau ngebahas soal perasaan lo ke dia. Yang mau gue bahas di sini, Seohyun kan orangnya pendiam dan pemalu banget, setelah kejadian ini dia pas—“

“Gue tau, gue salah, Rai!” potong Kyuhyun langsung. “Itu juga yang gue khawatirin. Gue takut gara-gara gue dia jadi bahan omongan anak-anak di sekolah ini.”

Raihan menepuk bahu Kyuhyun, merasa bersalah karena ia baru saja ingin menasehati sahabatnya itu. “Sorry, ya. Gak seharusnya gue bahas itu.”

Pintu UKS tiba-tiba terbuka membuat Kyuhyun dan Raihan langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu, mendapati Minho yang kini berdiri di ambang pintu.

“Eh, Minho,” ucap Raihan berbasa-basi.

Minho menutup pintu, melangkah menghampiri mereka. Ia melirik sudut bibir Kyuhyun, “Udah diobatin, Hyung?”

Kyuhyun mengangguk canggung, merasa tak nyaman dengan sikap Minho yang seolah mengkawatirkan dirinya. Ia lebih memilih anak itu mengekspresikan rasa tidak sukanya karena dirinya sudah berani-berani menyukai sang kakak, bahkan mengungkapkannya di depan anak itu juga daripada 'berpura-pura' khawatir seperti ini.

“Kak Raihan bisa tinggalin kita berdua dulu gak? Ada yang mau aku omongin sama Kyuhyun Hyung,” ucap Minho.

Tuh kan, tebakan gue bener, batin Kyuhyun, menatap Minho was-was.

Tamat sudah riwayatmu, Kyu, batin Raihan melirik Kyuhyun cemas, namun hanya dibalas anggukan kecil oleh sahabatnya itu. “Oh, Oke,” ia bangkit dari duduknya, melangkah ke arah pintu. Namun sedetik kemudian ia berbalik, menatap Kyuhyun dan Minho bergantian. “Kalian gak akan diem-dieman lagi kayak waktu itu, kan?”

Minho tersenyum kecil. “Kakak tenang aja. Aku beneran mau ngomong baik-baik sama Kyuhyun Hyung.”

Setelah kepergian Raihan, Kyuhyun memilih untuk diam. Ia merasa tak berani untuk memulai pembicaraan, jangankan berbicara, menatap Minho saja ia tak berani. Rasa bersalah yang dirasakannya pada Seohyun kini turut membuatnya merasa bersalah pada anak itu juga.

Teman Masa Lalu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang