Extra Part - 05. Kekasih Impian

660 79 20
                                    

Semakin malam jalanan Myeongdong justru terlihat semakin ramai, karena letaknya yang berada di tengah-tengah area perbelanjaan yang penuh dengan mode-mode internasional, departement store mewah, dan toko kosmetik lokal. Belum lagi street food yang berjejer di sepanjang jalan. Tidak mengecualikan keberadaan salah satu cafe di sebuah penginapan yang juga selalu dibanjiri oleh pengunjung. Padahal waktu akan segera memasuki pertengahan malam. Keluarga besar pemilik cafe tersebut sedang berkumpul di salah satu meja.

Kyuhyun tak berhenti melirik ke arah jam yang melingkar di tangan kirinya dengan perasaan gelisah. Lalu beralih menatap putra dan putrinya yang kini duduk di hadapannya, menikmati kue bertuliskan "Barakallah Fii Umrik 우리 Ayah". Menunjukkan jika kue tersebut merupakan pemberian dari putra dan putrinya yang dibuatkan oleh istrinya yang kini duduk tepat di sampingnya.

"Euuumm... masisseoyo...," ucap Rara setelah memasukkan sesendok penuh kue ke dalam mulut kecilnya. "Nyam... nyam... nyam... nyam... Rara suka kue buatan Bunda. Enak, terus maniiiss..."

Kyuhyun dibuat tertawa mendengar celotehan sang putri, lalu mengambil selembar tisu basah. "Emang seenak itu ya kue buatan Bunda? Mulut Rara sampe jadi belepotan gini," ucapnya, lalu mengelap pipi dan bibir putrinya.

"Enaakkkk bangettt!!! Ayah mau?"

Kyuhyun mengangguk. "Aaaa...."

Rara menyodorkan sendok di depan mulut sang ayah. "Aaaamm... enak?"

Kyuhyun mengangguk setuju sambil mengunyah kue di dalam mulutnya.

Seohyun menepuk-nepuk pelan tubuh putra bungsunya yang kini tertidur di stroler saat tubuh bayi mungil berusia sembilan bulan itu sedikit menggeliat.

Kyuhyun turut memperhatikan putra bungsunya yang masih tertidur lelap. "Anteng banget ya si bungsu, padahal rame banget. Tapi, bobonya nyenyak-nyenyak aja kayaknya, gak keganggu."

"Gen Ayahnya nurun," bisik Seohyun pelan, lalu terkekeh kecil saat cubitan kecil mampir di hidungnya. "Iya, kan?"

"Jadi... maksudnya aku kebo gitu?"

"Aku kan gak bilang kayak gitu. Oppa sendiri yang bilang," jawab Seohyun.

"Iya deh, iya. Terserah si cantik aja. Aku ngalah," timpal Kyuhyun seraya mencubit kedua pipi istrinya gemas.

Seohyun mengangguk setuju. "Yap... istri Oppa ini emang cantik. Jadi gak heran kalo Rara juga cantik, soalnya gen yang aku turunin ke dia banyak."

"Waktu delapan tahun bikin aku tau, kalo ternyata istri aku ini narsis juga."

Seohyun tersenyum mendengarnya. Ya, tak terasa usia pernikahan mereka kini akan menginjak tahun kedelapan dalam beberapa menit lagi. Mungkin itu bukanlah usia yang terbilang lama seperti pasangan yang pernikahannya sudah berpuluh-puluh tahun. Tapi, ia merasa sangat bersyukur dengan apa yang dijalaninya selama menjadi istri dari sosok pria di sampingnya. Belum lagi kehadiran empat orang anak yang dikaruniai dalam pernikahan mereka. Walaupun kini dirinya harus berpisah dengan putra keduanya, tapi itu hanya sementara. Kelak mereka semua akan kembali berkumpul di kehidupan yang abadi. Di surga-Nya. Sebuah tempat di mana hanya ada kebahagiaan saja di sana, tanpa adanya rasa sedih seperti saat Arkan pergi meninggalkannya. Ia memejamkan matanya saat rasa sedih itu kembali menghampirinya, dan air mata pun membasahi kedua pipinya.

"Sayang..."

Seohyun membuka kedua matanya, lantas kembali menatap sang suami yang kini menatapnya cemas. Ia pun segera menghapus kasar air mata di kedua pipinya. "Iya, Oppa. Ada apa?"

"Kenapa nangis?" tanya Kyuhyun, lalu menyentuh lembut kedua pipi istrinya.

"Eum... a—aku... aku... cuma terbawa suasana aja. Seneng, karena kita bisa kumpul kayak gini. Udah lama banget gak kumpul-kumpul," jawab Seohyun.

Teman Masa Lalu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang