Detik menggeliat menyusuri pusaran-pusaran dimensi.Lara berangsur memudar menjadi sabda di jantung puisi
Mengingatmu meraba kembali yang telah terjadi.Darah mendesir saat aku melintas pada adegan dimana kau memberiku surat berwarna merah jambu di bawah pohon kenanga pada pertengahan bulan Februari,disitu aku belum menamai dirimu dengan nama yang berhiaskan bunga-bunga
Kini namamu abadi sebagi prasasti.Kenangan tak ubahnya sebagai pisau belati.Yang siap menghamburkan kepala ini
Namamu terukir abadi di bulan Februari.Menjelma menjadi surat-surat berwarna merah jambu di tanggal empat belas.Juga menjelma sebagai tangkai-tangkai mawar merah yang tak berduri.
Blitar,2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Belantara Itu
PuisiKumpulan puisi(atau entahlah apa ini namanya,ini termasuk puisi atau bukan saya juga kurang mengerti.) Hanya sebuah galeri tulisan,yang mungkin jika dibaca terlalu membosankan. Banyak menuliskan tentang mimpi,patah,harapan juga bentuk kekaguman anak...