'Part 5'

15.1K 1K 38
                                    

Author POV

"Emm... I..itu karena-"

"Karena apa?" Tanya Xyca sambil menatap tajam Styx. Sedangkan yang ditatap semakin panik, saking paniknya, Styx sampai mengeluarkan keringat dingin dan menelan ludah dengan susah payah.

"Ekhemmm 😏, sepertinya kita telah mengganggu momen mereka. Ayo kita keluar saja!" Kata Peter tiba-tiba. Hal itu membuat Styx menghela napas lega, sedangkan Xyca menjadi panik karena teman temannya salah paham LAGI!!! Dan semua itu karena Styx LAGI!!!

"Hei! Hei! Dengarkan aku dulu! Yang kalian pikirkan itu salah! Kalian salah paham!" Protes Xyca sambil mengejar mereka berempat.

Sedangkan Styx, dia hanya diam. Sebenarnya dia ingin protes tetapi dia terlalu tidak peduli atau masa bodoh dengan hal itu, toh memang tidak ada apa apa antara dia dan Xyca. Emm...yah walaupun Styx menginginkan kebalikan dari itu, tetapi ia sadar itu tidak akan pernah terjadi.

***

Sementara di istana Xryn.....

Semua berjalan seperti biasa, hanya saja keluarga Xyca dan Kleist yang merasa kesepian.

Kleist POV

Aku menjalani hari hariku seperti biasa, walaupun tanpa kehadiran Xyca. Sepertinya aku harus terbiasa dengan kepergiannya, tapi bagaimana cara mengatasi rasa kesepian ini? Sudahlah tidak usah dipikirkan, tidak baik untuk kesehatan pikiran. Lebih baik aku berlatih kemampuan berpedangku saja.

Aku pun berjalan ke arah ruang latihan pedang dengan mengabaikan tatapan para pelayan muda yang kagum padaku. Sebenarnya aku sudah terbiasa, tetapi tetap saja ada rasa risih. Aku pun mempercepat langkahku agar lebih cepat sampai di ruang latihan pedang. Sesampainya di sana, aku terkejut melihat seseorang.

"Sudah kuduga kau akan kesini, Lucian." Kata seorang gadis dengan senyum manisnya yang dapat meluluhkan hati semua pria, kecuali aku.

"K..kau? Kenapa kau kesini?" Tanyaku yang masih belum pulih dari rasa terkejutku.

"Kenapa? Apa aku tidak boleh kesini? Aku ini kan tunanganmu." Katanya.

"Cih... 'Tunanganku' lebih tepatnya mantan tunangan." Ucapku kesal sambil menekan kata mantan tunangan. Bisa kulihat wajah merahnya karena kesal dan malu.

"Kita sudah ditunangkan saat umur kita sepuluh tahun, Lucian. Kenapa kau masih tidak mau mengakuinya?" Balasnya saat selesai menetralkan ekspresinya.

"Bukannya tidak mau mengakui, tetapi karena memang tidak perlu diakui lagi. Apakah kau lupa kalau orang tuamu sendiri yang membatalkannya? Dan lagi, aku juga tak pernah menyetujuinya, perjodohan ini adalah paksaan. Aku benci dipaksa. Aku tak pernah menyukaimu, kau selalu mementingkan dirimu sendiri. Kau juga selalu menjadikan orang lain sebagai alat untuk mencapai keinginanmu." Ucapku emosi.

"Tapi aku sungguh sungguh menyayangimu Lucian, dan aku tak pernah setuju dengan keputusan orang tuaku." Ucapnya dengan wajah memelas. Melihat itu membuatku muak.

"Heh! Omong kosong!" Balasku ketus.

"Tapi-"

"Lebih baik kau segera pergi dari sini sebelum kepalamu terpisah dari tubuhmu jika sampai ada orang lain yang melihatmu dan melaporkan dirimu kepada Yang Mulia Raja Xavieron." ucapku lalu pergi meninggalkan dia yang menangis, sebelum ucapannya menghentikan langkahku.

"Apakah semua ini karena Xyca?!" Ucapnya marah (aku hanya menebak).

"Tidak sopan menyebut nama Yang Mulia Putri secara langsung." Ucapku setenang mungkin, sambil menahan rasa kesalku.

Galaxyca Academy (End) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang