'Part 33'

5.1K 476 18
                                    

Tak peduli apa yang kau katakan, apapun itu, tetap saja hanya perbuatanmu yang kupedulikan.

~Thyr

/////////////////////////////////////////////////////////////////

"Baiklah, kita bertemu lagi nanti, kalian datanglah ke kantorku pukul setengah tujuh malam ini. Ada yang ingin kubicarakan. Semoga hari kalian menyenangkan." Selesai mengatakan itu, Miss Levira lenyap dari pandangan mereka. Teleportasi.

Mereka keluar ruangan sambil berbicara, mereka sekelas, jadi mereka sudah mengenal satu sama lain. Mereka menghabiskan waktu sebelum kesibukan dan peperangan melanda. Tidak ada salahnya memanfaatkan waktu selagi masih ada kan?

*
.
.
.

Matahari sudah turun ke peraduannya, membiarkan bulan yang menggantikan perannya. Sepi. Begitu pula di dalam ruangan itu. Delapan penyihir duduk di depan meja kaca berbentuk lingkaran. Tak ada sepatah katapun yang terucap. Tujuh penyihir menunggu kalimat yang akan dikatakan oleh sang pemimpin.

"Baik," Miss Levira membuka suara. "Terima kasih telah hadir. Seperti yang saya katakan di pertemuan kita sebelumnya, ada hal penting yang ingin saya sampaikan. Hal ini mengenai elemen kalian dan elemen Svedorexazyne yang akan muncul di purnama minggu depan.

Seperti sebelum-sebelumnya, pemilik elemen Svedorexazyne adalah salah satu dari pemilik elemen langka. Oleh karena itu, saya benar-benar berharap kalian mampu mengendalikan semua elemen yang kalian miliki agar tak dikuasai ambisi dalam elemen masing-masing. Kemudian, sebagai pemilik elemen langka, maka mulai saat ini, kalian akan dipanggil sebagai Gixy.

Mengenai alasan kalian dipanggil kemari, saya akan memberitahu kalian firasat saya, karena salah satu dari elemen istimewa saya adalah penerawang, elemen yang memiliki firasat akan sesuatu yang akan terjadi di masa depan."

Sepanjang Miss Levira berbicara, tujuh Gixy tersebut hanya menganggukkan kepala, tak menyahut.

"Firasat saya mengatakan bahwa...

***

"Apa hanya aku yang merasa bahwa kita masih belum sepenuhnya mengenal Erden?" Siena bertanya.

"Aku?" Sambil menunjuk diri, Erden bertanya.

"Bukan, bukan kau. Erden yang disebelahmu itu." Siena menyahut kesal sambil menunjuk asal ke arah celah kosong di samping Erden.

Tanpa mempedulikan ucapan Siena, Erden kembali bersuara. "Memangnya apa yang tidak kalian ketahui tentang aku?"

"Begini saja, sebutkan elemen utama, elemen istimewa, nama peri, hewan peri dan namanya." Ucap Vya.

"Perlu kupanggilkan periku sekalian?" Tanya Erden lagi.

"Tidak perlu, kami bisa melihatnya kapan-kapan." Giliran Flame yang menyahut.

"Baiklah, elemen utamaku adalah Wirest atau lumpur. Elemen istimewa milikku adalah penerawang dan oscre. Nama periku adalah Glaze. Hewan periku adalah seekor rubah berekor tujuh, namanya Emerock dan seekor anjing kepala 3 seperti cerberus, bernama Leanzo."

"Oscre?" Tanya Peter.

"Iya, oscre, elemen yang dapat mengendalikan raga penyihir lain." Jelas Erden.

"Woah, boleh kami melihat Emerock dan Leanzo suatu saat nanti?" Tanya Flame.

"Tentu saja." Erden menjawab.

"Aku penasaran..." Xyca bergumam pada dirinya sendiri. Tatapan matanya menyiratkan rasa ingin tahunya.

"Aku juga penasaran, apa yang kau penasarankan hingga membuat kami ikut penasaran." Siena menyahut.

"Mau tahu?" Tanya Xyca dengan senyuman kecil dan salah satu alisnya yang terangkat.

"Tentu saja." Jawab Flame dan Peter yang ikut penasaran.

"Erden, kau mau mengunjungi kamar kami?" Tanya Xyca pada Erden yang mengundang tatapan tak percaya dari Styx.

"Sekarang?"

"Ya, saat ini juga."

"Baiklah, boleh saja."

"Bagus, sekarang ayo ke asrama." Ajak Xyca pada mereka semua dengan bersemangat.

"Peter, teleportasi saja ayo, aku malas berjalan ke asrama." Flame menoleh pada Peter.

"Hhh, yang benar saja." Peter merengut kesal, tetapi tetap menteleportasikan mereka bertujuh ke kamar asrama mereka.

Sesampainya di ruang tamu asrama mereka,

"Wah, asrama kalian luas ternyata." Erden bergumam seraya mengagumi ruang asrama mereka.

Sedangkan Styx menatap Xyca dengan tatapan penuh tanda tanya. Menebak alasan gadis itu mengajak Erden ke asrama mereka. Xyca yang menyadari tatapan Styx hanya menoleh ke arah pria itu dan tersenyum simpul.

"Jika ingin mengagumi asrama kami, lakukan lain kali. Sekarang mari kita tuntut penjelasan Xyca." Ucap Flame yang mulai jengah dengan aksi diam-diaman mereka.

"Maafkan aku, mungkin saja ini kesempatan pertama dan terakhirku. Jadi ya kumanfaatkan sebaik-baiknya saja. Baiklah, apa yang ingin Xyca katakan tadi?"

"Sebelum itu, siapa bilang bahwa ini adalah kesempatan terakhirmu kemari? Kau bisa datang kapan pun, kami akan dengan senang menyambutmu." Xyca berucap. Dan begitu selesai, ia merasakan tatapan laser es berusaha membuat lubang menembus punggungnya. Ya, tatapan tajam Styx.

Apa yang direncanakan oleh Rine? Styx membatin heran, pikirannya menerka.

"Ah, maafkan aku. Terima kasih sudah memberikan izin." Ucap Erden, bagaimanapun juga pria itu sadar akan tatapan Styx yang bisa dikatakan tak suka, apakah Styx cemburu?

"Tak perlu berterima kasih. Dan ya, apa kalian masih penasaran dengan apa yang ingin aku katakan tadi?" Xyca berkata sambil menahan senyum gelinya. Ia sudah lama tidak bermain-main dengan teman-temannya itu.

"Ya!"

"Tentu saja!"

Teriak Vya, Siena, Peter, dan Flame hampir bersamaan. Sedangkan Erden hanya mengangguk. Lalu Styx, dia tidak peduli, soal penasaran, ia bisa menahannya, tapi cemburu, tidak bisa ditunda. Kesal. Hanya kata itu yang mampu mendeskripsikan perasaan Styx dibalik wajah tenang dan datarnya itu.

Xyca menyadari tatapan kesal Styx ke arahnya, namun gadis itu mengabaikannya.
"Oh, oke, akan kuberitahu, yang aku penasarankan...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

See you next part!

Thanks for reading!

Revisi : √

Bye🐈

Galaxyca Academy (End) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang