"Terkadang, hanya dengan melihat senyumanmu, itu sudah cukup untuk menjadi energi yang memulihkan semangatku."
~Thyr
-
"Cepat katakan, aku sudah tak tahan disini terus, ada hal penting yang harus aku lakukan!" Ucap Siena seraya memukul kepala Flame.
"Baiklah, kabar mana yang ingin kalian dengarkan dahulu? Yang baik atau buruk?"
"Apapun, yang penting cepat." Kali ini Peter yang menjawab. Sungguh, ia jengah dengan tingkah Flame.
"Kabar baiknya adalah, pemilik elemen Svedorexazyne ada disini. Dan kabar buruknya adalah, pemilik elemen Svedorexazyne ada disini!"
*
.
.
.Siena melongo, "Apa maksudmu?"
"Kau masih belum mengerti?" Pertanyaan Peter ditanggapi dengan gelengan polos Siena.
Baiklah, sepertinya hanya Siena yang tidak mengerti apapun disini. Maklum, otaknya seringkali gagal koneksi. Jadi perlu untuk di jelaskan ulang.
"Sebentar," baru saja Peter akan membuka mulut untuk menjelaskan, Erden bersuara. "Jika urusan disini sudah selesai, bolehkah aku pergi untuk berlatih?"
"Ah, ya, silahkan, terima kasih sudah datang." Flame menjawab tanpa menyadari sumpah serapah yang diucapkan oleh teman-temannya itu. Bukannya Flame yang menculik mereka semua secara -bisa dikatakan- paksa?
"Sama-sama, dan lain kali, tolong kabari aku jika ingin mengadakan pertemuan lewat Gala-cladme, dan jangan menggunakan sistem culik seperti tadi. Sampai jumpa."
Erden meninggalkan kubus itu setelah Flame memunculkan letak pintu keluarnya. Flame menyadari hal konyol yang dilakukannya, pasalnya, ia lupa dengan salah satu elektronik yang disediakan oleh akademi super mewahnya itu, Gala-cladme.
Sekilas info, Gala-cladme adalah sebuah telepon yang berbentuk seperti jam tangan. Bila jam tangan berbentuk datar, maka Gala-cladme berbentuk lengkungan yang tipis. Gala-cladme memiliki fungsi dan fitur yang mirip dengan telepon pintar. Gala-cladme merupakan singkatan dari Galaxyca Academy's Flash Direct Message. Oleh karena itu, para pengajar di Galaxyca Academy memiliki kendali penuh dan bisa mengetahui apapun yang mereka kirimkan.
"Bisa kujelaskan sekarang?" Suara Peter menginterupsi pikiran Flame.
"Ya, aku sudah menunggunya dari tadi." Siena menjawab.
"Rapatnya sudah selesai? Aku ada keperluan, boleh aku pergi?" Tanya Xyca.
"Sudah, silahkan." Kembali, Flame menjawab.
Xyca pun pergi, sedetik kemudian Styx keluar dari kubus itu. Lalu Vya menyusul meninggalkan kubus itu.
"Ehm, masih perlu kubusnya? Jika tidak, akan kuhilangkan." Tanya Flame pada Siena dan Peter.
"Tidak perlu," Siena menjawab dengan nada kesal, sedari tadi dia menunggu penjelasan, tetapi tak kunjung keluar dari mulut Peter akibat banyaknya penganggu.
Flame menjentikkan jarinya, seketika kubus itu menghilang, digantikan dengan ruang tamu asrama mereka. Hembusan dinginnya AC langsung menerpa kulit mereka. Bisa dikatakan, kubus tadi tidak ada AC, hanya ada angin sepoi-sepoi yang entah berhembus dari mana.
"Kalau begitu aku pergi," Dan dengan begitu, Flame masuk ke kamarnya.
"Sekarang jelaskan padaku, apa maksud berita Flame tadi."
"Berita baik dan buruk dari Flame, sekilas tampak sama, ya, penulisannya pun sama, tak ada perbedaan, namun, jika kau telaah lebih dalam, maka maknanya akan berbeda, tergantung dari sudut pandang mana kau melihatnya."
"Berita baiknya, pemilik elemen Svedorexazyne ada disini, berarti, kita secara otomatis aman, karena kita bisa terlindungi oleh si pemilik, dan lagi, kita dapat dengan mudah melindunginya tanpa harus repot mengunjungi kamar asramanya yang entah dimana. Namun, itu juga kabar buruknya, dengan keberadaan pemilik elemen Svedorexazyne disini, kita tak bisa lengah sedikitpun, karena pihak musuh akan mengincar si pemilik elemen Svedorexazyne tersebut untuk dimusnahkan. Mengerti?" Peter menjelaskan dengan pelan agar Siena mudah paham. Entah kenapa, ia merasa senang saat melihat senyuman dan binar bahagia Siena, padahal, itu memang sudah jadi kebiasaan seorang Siena yang moodnya berubah terus. Ya, walaupun begitu, Siena terhitung seorang gadis yang ceria.
Siena menganggukkan kepalanya semangat, "Terima kasih telah menjelaskan hal itu padaku, Peter."
Menguap sudah rasa kesalnya tadi, aneh saja tiba-tiba Peter malah lebih memilih untuk meladeni pertanyaan Siena yang sebenarnya bisa Peter abaikan, mengingat seberapa seringnya mereka beradu pendapat. Tetapi pilihan hatinya memang berbeda dari otaknya. Otaknya memaksa untuk pergi kembali ke kamarnya setelah mengambil camilan selepas rapat 'paksaan' itu, tetapi hatinya peduli pada Siena. Siena yang berada di garis tipis antara polos dan bodoh, Siena si pemilik senyum cerah, secerah matahari yang terbit, bagi Peter tentunya.
Akh, kenapa malah berpikir seperti itu?
Seketika Peter memaki dirinya dalam hati. Merutuki otaknya yang dikendalikan hatinya tadi.
"Ya, sama-sama."
Tak ingin berlama-lama bersama Siena yang membuat otaknya berpikir yang iya-iya, Peter memaksakan kakinya melangkah ke dapur untuk mengambil camilan lantas kembali masuk ke kamarnya.
***
Sementara di tempat Erden...
Erden sedang duduk bermeditasi untuk mendapatkan ketenangan dan menjernihkan pikirannya.
Glaze juga bermeditasi, guna meningkatkan energi sihir dalam tubuhnya. Sehingga kapanpun Erden butuh energinya, ia bisa memberikannya tanpa membuat nyawanya juga ikut terancam jika ia sudah tak sanggup lagi. Peri lainnya sudah meningkatkan energi sihir mereka sebelum Glaze, karena Erden sedikit terlambat masuk akademi yang mengakibatkan dirinya lupa akan kewajiban ini saat itu.
Dalam meditasi, jiwa Erden seakan ditarik ke dalam sebuah lubang hitam. Walaupun begitu, raganya masih seperti keadaan awal.
Erden POV
Gelap, tak ada cahaya sama sekali. Aku dimana? Glaze? Glaze!
Aneh sekali, aku berteriak, tetapi suaraku tak bisa keluar.
Aku mengedarkan pandangan ke sekitarku, cahaya remang-remang membuatku sulit melihat dengan jelas. Hidungku mencium aroma tanah. Tak jelas, tetapi ini mirip lorong atau lebih mirip goa tanah tanpa stalaktit dan stalakmit. Tetapi yang menarik perhatianku adalah diujung lorong tanah itu.
Disana, cahaya seakan menyoroti benda di atas batu besar itu. Aku mendekati benda itu, ini buku berdebu. Siapa yang meletakkan buku disini?
Penasaran, aku menyingkirkan debu yang menutupi sampul buku tebal itu. Setelah bersin beberapa saat akibat debu, akhirnya aku bisa membaca judul di sampul.
Ini.. ini... Ini buku takdir! Ini sebenarnya dimana?
Di tengah perasaan bingung, buku itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya, menampilkan lembar terakhir.
Aku pun membaca tulisan di lembar itu.
Ini... Tak mungkin! Tak akan kubiarkan meski nyawaku menjadi taruhannya!
Tbc
Nah, apa yang dibaca sama Erden? Kok dia sampai bilang gitu?
Thanks for reading!
See you next part!
Revisi : √
Bye🐈
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaxyca Academy (End) ✓
Fantasy[ - ✦༷༷ ༣ཾ྄❥ FANTASY] [ - ✦༷༷ ༣ཾ྄❥ ACADEMY] [ - ✦༷༷ ༣ཾ྄❥ MINOR ROMANCE] Academy yang berada di antara dua planet mungkin terdengar mustahil, tapi tidak bagi para penyihir. Galaxyca Academy, tempat berkumpul dan belajar para witch dan wizard. Mere...