Happy reading!Pikiranku menebak, kalimat apa yang akan keluar dari mulutmu. Namun, fokusku terpecah. Pikiranku yang lain kembali mempertanyakan jalan pikirmu hingga melakukan hal yang diluar dugaanku.
~Thyr
-
"Tak perlu berterima kasih. Dan ya, apa kalian masih penasaran dengan apa yang ingin aku katakan tadi?" Xyca berkata sambil menahan senyum gelinya. Ia sudah lama tidak bermain-main dengan teman-temannya itu.
"Ya!"
"Tentu saja!"
Teriak Vya, Siena, Peter, dan Flame hampir bersamaan. Sedangkan Erden hanya mengangguk. Lalu Styx, dia tidak peduli, soal penasaran, ia bisa menahannya, tapi cemburu, tidak bisa ditunda. Kesal. Hanya kata itu yang mampu mendeskripsikan perasaan Styx dibalik wajah tenang dan datarnya itu.
Xyca menyadari tatapan kesal Styx ke arahnya, namun gadis itu mengabaikannya.
"Oh, oke, akan kuberitahu, yang aku penasarankan...*
.
.
.Aku penasaran, apakah kau pernah memimpikan atau 'melihat' bahwa kau akan kemari, Erden?"
"Hah?" Siena, Peter, dan Flame melongo tak percaya. Jadi ini yang dipikirkan Xyca dari tadi? Batin mereka bertiga. Sedangkan Vya dan Styx hanya menggeleng tak percaya.
Xyca menatap Erden tajam, sementara yang ditatap langsung salah tingkah. "Ehm, ya, aku pernah, tapi aku tak menyangka akan diundang langsung secara tiba-tiba seperti tadi." Erden berdeham sebelum menjawab.
"Lalu, kapan kau mendapatkan penglihatan itu?" Masih dengan tatapan tajamnya, Xyca bertanya pada Erden.
"Sekitar dua hari yang lalu, pukul tiga sore. Mengapa?"
Tatapan tajam Xyca seketika berubah menjadi raut bahagia, "bagus sekali!"
Pandangan semua orang di ruangan itu menjadi bingung, tatapan penuh tanda tanya terarah pada Xyca.
"Apanya yang bagus?" Tanya Peter.
"Tentu saja, jika ada penyerangan, maka Erden bisa mengetahuinya terlebih dahulu. Jadi kita bisa bersiap-siap. Terlebih lagi kita sudah mengetahui firasat Miss Levira yang mengatakan bahwa akan terjadi penyerangan tak lama lagi, sebelum bulan purnama muncul." Xyca menjelaskan.
"Ah, tetapi menurutku 'penglihatan'ku masih belum cukup akurat. Elemenku yang satu ini masih harus kukuasai lebih baik lagi." Ucap Erden sambil meringis.
"Ya, tidak apa-apa. Aku pernah membaca bahwa elemen penerawang merupakan salah satu elemen yang sulit untuk dikuasai. Tapi aku yakin kau bisa." Siena berkata menyemangati.
"Terima kasih, Siena." Kata Erden seraya tersenyum.
"Itulah gunanya teman, Erden. Benar kata Xyca, kau bisa datang kemari kapanpun kau mau. Jangan sungkan-sungkan. Aku akan senang melihatmu datang lagi. Haha.." Flame menepuk bahu Erden sambil tertawa kecil.
"Terima kasih. Kalau begitu aku pamit, ini sudah malam, sebaiknya kalian juga beristirahat. Selamat malam." Erden berkata dan melambai sebelum kembali ke kamar asramanya setelah mendapat tanggapan berupa anggukan dan lambaian tangan.
***
Di kamar Erden...
Baru saja membuka pintu kamarnya, Erden langsung dihadapkan dengan tatapan kesal dari Glaze.
"Kemana saja kau hingga baru kembali selarut ini?" Glaze melipat kedua tangannya di depan dada, menginterogasi.
"Kau tak akan percaya bila aku beritahu, jadi tak akan kuberitahu." Erden mengendikkan bahu tak acuh, lalu mengganti pakaiannya.
"Itu bukan jawaban dari pertanyaanku."
"Aku tak bilang bahwa aku menjawab pertanyaanmu." Erden yang sudah selesai berganti pakaian, mendudukkan diri di ranjang, bersiap tidur, ia lelah seharian ini.
"Hei, aku serius. Jawab dengan benar."
"Memangnya jika aku bilang bahwa aku dari asrama khusus kerajaan, maka kau akan percaya?" Tanya Erden setelah membaringkan diri.
"Kau bercanda?"
"Sudah kukatakan tadi, kau tak akan percaya jika kuberitahu. Yang penting, aku sudah menjawab pertanyaanmu. Sudahlah, aku lelah, selamat malam."
Dan dengan begitu, percakapan selesai. Glaze menelan bulat-bulat rasa kesalnya. Erden tidak tahu kalau dia sudah ditegur oleh penjaga asrama karena majikannya itu kembali lewat dari waktu yang telah ditetapkan. Ya sudahlah, Glaze sabar, peri sabar, pasti tampan.
***
Seperti yang telah ia katakan semalam, saat ini Erden sedang ingin melatih elemennya. Jika saja dirinya tak diculik masuk ke dalam kubus ini sekarang. Dan dengan sabar, Erden diam menunggu kalimat yang keluar dari si 'penculik'. Ia sebenarnya sudah tak sabar untuk berlatih.
"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" Suara Siena memecah keheningan.
"Mana kutahu, saat aku keluar kamar, aku sudah berada di kubus kurang ajar ini." Peter menjawab sambil mendengus kesal. Pasalnya, ia bangun dari posisi nyamannya dikamar hanya untuk mengambil camilan, tetapi baru selangkah keluar dari kamarnya, ia secara ajaib 'terculik' dalam kubus bercat putih itu.
"Tanya saja pada pelaku pembuat kubus ini." Vya menunjuk Flame dengan tatapan tajam. Sementara yang ditunjuk hanya cengengesan.
"Bisa kau jelaskan apa tujuan kita dikurung di kubus ini?" Tanya Xyca pada Flame. Ia sedang ingin memasak kue, resep yang ia dapatkan semalam.
"Baiklah, maaf karena menculik, mengurung, atau apapun julukan kalian, tetapi aku ingin memberitahu kabar baik dan buruk pada kalian." Ucap Flame.
Xyca menaikkan alis kanannya, seolah bertanya, berita-apa. Sementara Styx hanya menampilkan raut datarnya, menyembunyikan rasa kesalnya yang harus menunda hasratnya untuk makan sepotong cheesecake yang dibuat oleh Xyca kemarin sore. Memikirkan cheesecake nya saja sudah hampir membuat mulut Styx berair. Lihat saja, jika berita yang Flame katakan itu tidak masuk di akal Styx sama sekali, makan Styx jamin seratus satu persen, Flame akan kedinginan malam ini. Styx membatin sambil melempar tatapan penuh permusuhan pada Flame.
Vya menatap Flame malas, "Jika berita yang kau katakan itu terdengar konyol, aku tak akan segan-segan menghujam jantungmu dengan pisau ini tiga kali."
Tangan Vya mengeluarkan tiga jenis belati yang baru diasahnya saat bangun tidur tadi. "Tinggal kau pilih saja, mau ditusuk pisau yang mana dulu," Vya melanjutkan.
"Vivy, kau kejam sekali-"
"Cepat katakan, aku sudah tak tahan disini terus, ada hal penting yang harus aku lakukan!" Ucap Siena seraya memukul kepala Flame.
"Baiklah, kabar mana yang ingin kalian dengarkan dahulu? Yang baik atau buruk?"
"Apapun, yang penting cepat." Kali ini Peter yang menjawab. Sungguh, ia jengah dengan tingkah Flame.
"Kabar baiknya adalah, pemilik elemen Svedorexazyne ada disini. Dan kabar buruknya adalah, pemilik elemen Svedorexazyne ada disini!"
Tbc
Thanks for reading!
Revisi : √
Bye🐇
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaxyca Academy (End) ✓
Fantasía[ - ✦༷༷ ༣ཾ྄❥ FANTASY] [ - ✦༷༷ ༣ཾ྄❥ ACADEMY] [ - ✦༷༷ ༣ཾ྄❥ MINOR ROMANCE] Academy yang berada di antara dua planet mungkin terdengar mustahil, tapi tidak bagi para penyihir. Galaxyca Academy, tempat berkumpul dan belajar para witch dan wizard. Mere...