'Part 2'

20.8K 1.6K 63
                                    

Xyca POV

Seperti biasa aku bangun pukul 4 pagi untuk bersiap. Aku sungguh tidak sabar untuk melihat sekolah baruku. Daripada bosan menunggu lebih baik aku melatih kekuatanku saja. Sebenarnya, aku masih tidak tau kekuatanku apa saja, karena setiap bangsawan memiliki lebih dari satu elemen. Aku hanya mengetahui bahwa aku memiliki elemen air, dan melalui buku di perpustakaan, aku sudah berhasil mengendalikan elemen hingga tingkat tertinggi atau tingkat 3, yaitu bisa membuat tsunami. Kleist bilang aku belajar dengan sangat cepat, dan tentu saja aku merasa sangat bahagia sekaligus bangga.

Jika kalian bertanya kenapa aku tidak berkemas? Jawabannya aku tidak perlu berkemas karena semua sudah disediakan oleh Galaxyca Academy tersebut, jadi aku santai saja. Tak lama, ayahku datang bersama ibuku. Aku pun bingung karena mereka datang tiba-tiba, tidak biasanya.

"Xyca putriku, kemarilah, nak." Kata ayah. Aku menurutinya.

"Ada apa ayah dan ibu kemari?" Tanyaku penasaran.

"Kami ingin memberikanmu ini." Kata ibu. Kulihat sebuah kotak yang cukup indah, saat ku buka, aku melihat sebuah kalung lengkap dengan liontin berbentuk bintang berwarna warni dengan sebuah batu ruby di tengahnya.
"Indahnya..."

"Itu milikmu, Xyca. Saat kau masih kecil, kau selalu menggambar liontin ini, jadi kami memberikannya untukmu." Kata ibuku.

"Terima kasih ayah, ibu. Aku sangat menyayangi kalian." Ucapku sambil memeluk mereka

"Lalu barang untukku dimana?" Tanya seseorang. Kami bertiga terkejut karena sedari tadi kami tidak menyadari kehadirannya.

"Dasar anak nakal, mengejutkan orang saja kerjaanmu." Ucap ibu sambil menjewer telinganya. Sedangkan yang dijewer hanya menyengir sampai ibu menjewernya lebih kuat.

"Aww... ibu ampun, ampuni aku, sakit bu. Tolong lepaskan aku, Yang Mulia Ratu Kerajaan Xryn yang cantik, baik hati, rajin menabung, dan tidak sombong." Ringis kak Vante. Ibuku hanya menggelengkan kepalanya sembari mengelus telinga kak Vante yang sudah memerah. Sedangkan ayahku tertawa melihat interaksi antara ibu dan anak tersebut.

"Ingat yaa, lain kali jangan mengejutkan orang lain apa lagi orangtua. Mengerti?"

"Mengerti, bu." Jawabnya patuh.

"Baiklah, sekarang kita akan mengantarkan Xyca ke sekolahnya." Kata ayah.

"Tetapi ayah kan bisa menggunakan teleport." Kataku.

"Oh iya ya. Kenapa aku bisa lupa." Jawab ayah.

"Begitulah faktor pertambahan usia." Jawab ibuku.

Kami hanya tertawa melihat ayah seperti itu. Ahh... Aku akan selalu merindukan kehangatan keluarga ini. Tanpa sadar, aku meneteskan air mata.

"Astaga, Xyca! Kau kenapa menangis?"
"Apa ada yang sakit?"
"Apa ada yang terluka?"
"Apa perkataan ayah ada yang salah sehingga membuatmu menangis? Jika seperti itu, ayah minta maaf." Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan oleh kak Vante, ibu, dan ayah. Bukannya menjawab, tangisanku malah semakin menjadi-jadi. Dan itu membuat mereka semakin panik. Lalu aku di rengkuh mereka.
"Aku baik-baik saja. Hanya saja aku akan sangat sangat merindukan kalian. Memikirkan itu membuatku terharu, dan jadinya seperti ini." Kataku setelah tangisanku reda.

"Dasar, kau ini selalu membuat kami khawatir saja." Kata kak Vante.

"Tetapi kau kan juga khawatir tadi." Jawabku sambil tersenyum menyindir. Yang disindir malah mendengus dan bermanja kepada ayah.

"Ayah... Coba lihat putri tercinta ayah itu. Dia selalu menggangguku. Tolong ayah berikan dia peringatan. Yaa? Ayahku, sayangku, cintaku?" Kata kak Vante sambil menunjukkan puppy eyes andalannya. Dan bukannya menjawab, ayahku malah berbicara dengan ibuku.

Galaxyca Academy (End) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang