Author POV
"Baiklah, jika tidak ada yang mau menanggapi, aku akan mengukur kekuatanku saja."
Lalu Crozfeld memukul tabung itu dan segera melihat skornya di layar penampil.
"Woah! I'm the best! Yeah!" Jerit Crozfeld bahagia.
"Styx! Lihat skorku! Aku hebat!" Ucap Crozfeld sambil memeluk tubuh Styx yang masih membeku akibat terkejut.
Seperti biasa, Miss Levira yang lebih dulu sadar. Lalu saat ia melihat layar penampil, Miss Levira langsung mengumumkannya.
"Skor Rize adalah ...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Luar biasa, Rize. Kau hebat!" Ucap Xyca saat melihat layar penampil yang menampilkan skor Rize.
"Tentu saja! Mendapatkan skor 905 memang sangat membanggakan. Benar 'kan, Styx?" Jawab Crozfeld, lalu kemudian menoleh dan bertanya pada Styx.
"Ya" Ucap Styx dengan senyuman tipis setelah lama terdiam. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, bagaimana seekor beruang (atau bahkan dalam wujud human) yang memiliki sifat alay, bisa memiliki kekuatan sebesar ini. Bukannya ia mau meremehkan, hanya saja Styx merasa dirinya benar-benar kalah dari Crozfeld. Pertama, Crozfeld kuat. Kedua, Crozfeld -dengan berat hati, Styx mengakuinya- berwajah tampan. (Bahkan ia merasa dirinya kalah tampan jika dibandingkan dengan Crozfeld). Ketiga, sifat Crozfeld yang supel. Berbanding terbalik dengan dirinya, ia cenderung cuek dengan sekitarnya -terlepas dari dirinya yang termasuk dalam kategori the most wanted di seluruh penjuru akademi.
"Terima kasih Styx! Kau memang baik!" Ucap Crozfeld lalu memeluk Styx untuk yang kedua kalinya.
"Hei, kalian tampak seperti -ehm, bagaimana cara mengatakannya ya? Tapi kira-kira seperti pasangan gay saat kalian berpelukan seperti itu." Ucap Flame sambil menutupi mulutnya, jangan lupakan wajah pura-pura jijiknya.
"Tidak"
"Benarkah?"
Dua jawaban berbeda yang berasal dari Styx dan Crozfeld. Tentu saja kalian sudah tahu siapa yang menjawab 'tidak' tanpa perlu diberitahu lagi. Ya, dia si kulkas berjalan, Styx.
"Sungguh? Bukankah kami tampak cocok?" Tanya Crozfeld berbinar sambil mengamit lengan Styx.
"Diam kau." Ucap Styx dengan nada datar namun dengan aura mengintimidasinya yang menguar. Cukup membuat mereka semua merasa takut.
"Baiklah, aku akan diam. Tadi aku hanya bercanda. Ampuni aku." Ucap Rize santai sambil melepaskan lengan Styx. Hanya dia yang tidak takut dengan aura mengintimidasi milik Styx. Atau bersikap lebih santai, mungkin.
"Baiklah, ayo kita lanjutkan lagi." Ucap Miss Levira segera, ia tidak mau terjadi perdebatan.
Styx akhirnya menormalkan auranya dan diam. Begitu pula dengan orang yang ada disana.
"Berikutnya adalah giliran,....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
...Ravent." Ucap Miss Levira.Ravent yang tahu namanya baru saja disebut langsung terbang kedepan dan berubah ke wujud human.
Tampaklah sesosok pria bersurai hitam mengkilap. Lalu matanya ia buka perlahan dan menampakkan netranya yang berwarna cyan memandang dengan sorot tajam sekaligus lembut secara bersamaan. Pakaiannya dilengkapi pedang menjadi pesona tersendiri dibandingkan dengan partner lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaxyca Academy (End) ✓
Fantasy[ - ✦༷༷ ༣ཾ྄❥ FANTASY] [ - ✦༷༷ ༣ཾ྄❥ ACADEMY] [ - ✦༷༷ ༣ཾ྄❥ MINOR ROMANCE] Academy yang berada di antara dua planet mungkin terdengar mustahil, tapi tidak bagi para penyihir. Galaxyca Academy, tempat berkumpul dan belajar para witch dan wizard. Mere...