Part 23 - Give Up

11.2K 875 198
                                    

Happy Reading
Hope you like and enjoy this chapter

***

"Kenapa kau masih di sini?" bentak Wisnu pada Jane, amarah kini sudah menyelimuti dirinya.

"Lalu menurutmu, di mana aku seharusnya?" Jawab Jane tak kalah nyaring.

"Pergilah Jane, aku harus menyelesaikan masalah ini dengan istriku," Wisnu memilih untuk menurunkan nada suaranya, ia yakin tidak akan pernah menang melawan Jane.

"Untuk apa lagi sih sayang," Jane mendekat ke arah Wisnu dan memeluknya dari belakang "Sudah,  biarkan saja dia pergi, kita akan memulai semuanya dari awal, dengan baby kita, bukankah kau ingin memiliki anak segera," Jane merebahkan kepalanya di punggung kokoh Wisnu namun wisnu mencoba melepaskan pelukan Jane.

"Pergilah, kumohon aku ingin sendiri," Wisnu akhirnya bisa melepaskan diri dari Jane dan merebahkan tubuhnya pada sofa di ruang tamu.

"Baiklah, aku akan pergi. Tapi ku pastikan padamu, kau tidak akan pernah lepas dari baby yang ada di perutku. Kau harus bertanggung jawab, aku tidak perduli dengan semuanya, aku hanya ingin kau bertanggung jawab atas apa yang menimpaku saat ini," setelah mengatakan itu, Jane melenggangkan kakinya keluar dari rumah Wisnu dan menghubungi seseorang untuk segera menjemputnya.

***

Ana mengetuk pintu kamar Indah, sejak sampai di rumahnya Indah belum juga mengisi perutnya dengan makanan ataupun minuman, Ana khawatir Indah akan jatuh sakit.

"Indah, ayo nak kita sarapan bersama. Ayah dan Ibu tunggu di meja makan ya," setelahnya Ana pergi menuju meja makan dan menunggu Indah di sana bersama suaminya.

Tak lama setelah Ana menyajikan menu sarapan yang dibantu oleh Asisten rumah tangga, Indah datang dengan wajah kusutnya terlihat sangat jelas bahwa semalam pasti Indah menangis dan tidak tidur.

Ana memaksakan senyumnya dan menyambut Indah lalu memeluknya.

"Duduklah, Ibu akan menyiapkan piring untukmu," Ana menarik kursi dan menyuruh Indah duduk.

"Biar Indah bantu bu."

"Tidak usah, temani Ayah saja di sini," Ayah mertuanya kini yang menyela pembicaraan mereka dan Indah hanya bisa mengangguk.

"Nak."

"Iya yah," Indah yang sejak tadi menunduk akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap wajah Ayah mertuanya.

"Dengarkan Ayah baik-baik, Ayah sudah dengar dari Ibumu apa yang terjadi dengan kalian. Sebagai Orang Tua, Ayah hanya ingin yang terbaik buat kalian anak-anak Ayah. Walaupun Wisnu adalah putra Ayah, tapi jika ia bersalah maka Ayah tidak akan membelanya. Indah adalah putri Ayah dan Ayah tidak ingin Wisnu terus menerus menyakiti Indah. Ayah hanya ingin Indah berfikir dengan bijaksana mengenai rumah tangga kalian untuk kedepannya, apapun keputusan Indah Ayah akan mendukung," Indah tersentuh dengan kata-kata Ayah mertuanya hingga menitikan air matanya, di mana lagi ia akan mendapatkan kasih sayang dari mertua sebaik orang tua Wisnu.

"Terima kasih yah, Indah bahagia memiliki Ayah dalam hidup Indah."

"Jangan bicara seperti itu, Ayah justru bahagia dan bangga memiliki putri sehebat Indah," Ayah mertuanya berdiri dari kursinya dan menghampiri Indah, Adi Pramana menghapus setiap tetes air mata yang keluar dari mata menantunya itu lalu mencium kening menantunya.

"Ayah yakin Indah wanita yang kuat."

Ana yang menyaksikan kejadian itu dari dapur hanya bisa tersenyum getir, kenapa hal seperti ini bisa menimpa rumah tangga anak dan menantu kesayangannya.

SECOND MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang