Part 20 - Believe

7.6K 555 88
                                    

Happy Reading
Hope you like and enjoy this chapter

***

Setelah semalam lelah menunggu kepulangan suaminya dan berakhir tidur sendirian, paginya Indah menyibukkan diri di dapur mencoba mengalihkan pikirannya.

"Bik, bapak semalam tidak pulang ya," tanya Indah.

"Sepertinya tidak bu, yang sabar ya bu," Bik Sri mengelus pundak Indah.

Indah tersenyum tulus, mungkin lebih baik sekarang ia memasak sarapan kesukaan suaminya. Indah berharap Wisnu pulang untuk sarapan dan menyelesaikan beberapa kesalah pahaman antara mereka kemarin.

"Biar saya telpon Mas Wisnu dulu bik," Indah melepaskan apron yang di pakainya dan mencoba menghubungi Wisnu, namun tidak ada nada sambung.

"Kemana kamu mas?" tanya Indah.

***

Wisnu masih terus mencoba mengingat kejadian semalam, namun hal terkahir yang ia ingat hanya menenggak minuman yang di terimanya dari seorang pelayan wanita.

"Aku harus menemui pelayan itu malam ini," gumam Wisnu sambil mengemudikan mobil menuju rumahnya.

Sepanjang jalan menuju rumahnya Wisnu merasakan perasaan aneh, ia sungguh merasa bersalah pada Indah, mengapa ia begitu gegabah pergi dari rumah tanpa mendengar penjelasan Indah.

Wisnu mengambil ponselnya hendak menghubungi Indah, namun ternyata ponselnya kehabisan baterai. Wisnu meletakkan kembali ponselna di kursi penumpang depan dan segera melajukan mobilnya, ia ingin segera sampai di rumah untuk mandi dan berganti pakaian.

***

Diana sedang berada di balkon memandangi jalanan ibu kota dari ketinggian gedung apartemennya, hari ini ia belum tahu ingin kemana dan melakukan apa. Karena biasanya ia sibuk membantu Adam di restorannya, namun kali ini Diana enggan untuk bertemu dengan sahabatnya itu.

"Ternyata begini rasanya patah hati," Diana menikmati secangkir coklat panas untuk menemani paginya hari ini.

Karena matahari sudah mulai meninggi dan menyilaukan, Diana memilih untuk mencari kesibukkan dengan berselancar di sosial media.

Diana melihat layar ponselnya yang penuh dengan panggilan telpon dan pesan dari Adam, isinya semua hampir sama saja.

"Dee kau sedang apa?"

"Dee kenapa tidak menjawab pesanku?"

"Dee kau marah padaku?"

"Dee bisakah kita bertemu?"

"Dee jangan seperti anak kecil?"

Sejak kemarin Adam tidak pernah berhenti meneror Diana dengan panggilan telpon dan pesan, padahal tak satupun yang Diana hiraukan.

"Berikan aku waktu untuk menerima kenyataan ini dam," lirih Diana, saat ini ia sungguh sedih. Cintanya pada Adam bertepuk sebelah tangan. Rasanya sungguh menyakitkan, karena tanpa Adam tahu banyak hal yang ia korbankan demi bisa membantu Adam mewujudkan impiannya, termasuk tawaran beasiswa S3 yang ia dapatkan.

Karena lelah mendengar dering ponselnya yang terus berbunyi, akhirnya Diana mereject telpon Adam dan mengirimkan pesan singkat padanya.

To : A

I'm Okay, I call you back later. Please give me time.

Setelah menuliskan kalimat itu, Diana menekan tombel send.

SECOND MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang