Part 1 - Patience is my friend

25.6K 1K 3
                                    

Sering aku mendengar seorang Ustadzah ceramah di televisi mengatakan bahwa dalam surah Ar-Rahman ada satu ayat yang berbunyi "Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban" yang artinya adalah  "maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan". Jika mengingat penggalan surah itu, Membuatku selalu bersyukur dengan apa yang aku miliki saat ini.

Alhamdulillah saat ini aku sudah menikah dengan seorang pria yang sangat aku cintai. Wisnu adalah teman pertamaku saat kuliah di salah satu universitas negeri di Jakarta. Aku sebagai Mahasiswi dengan Beasiswa dan Wisnu adalah Dosen di Universitas tersebut. Aku dan wisnu sudah menjalani pernikahan kurang lebih 2 tahun. Aku dan wisnu membuka dan membangun usaha garment bersama dari modal tabungan kami, kecil-kecilan tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami. Aku dan wisnu sangat merindukan akan hadirnya seorang buah hati diantara kami. Namun Allah Swt berkendak lain, mungkin kami masih diberi kesempatan untuk menikmati indahnya dunia ini berdua dulu saat ini.

Orang tuaku ada di Balikpapan, karena memang asalku dari sana. Ayah hanya pengusaha toko buku biasa dan ibu seorang guru agama di salah satu sekolah dasar.  Sedangkan Ayah dan Ibu Mertuaku adalah pengusaha kontraktor, walaupun orang tua wisnu berkecukupan tetapi wisnu tidak mau bergantung kepada orang tuanya dan itu yang membuatku jatuh cinta padanya. Wisnu ingin membuat sebuah perusahaan yang ia bangun sediri dari kerja kerasnya.

Awal pernikahan kami, wisnu sangat baik terhadapku. Walaupun hidup dirumah kontrakan kecil dan hidup serba pas-pasan, makan seadanya tapi kami bahagia. Wisnu masih sering memanjakanku, memberikan kejutan-kejutan kecil. Namun akhir-akhir ini wisnu  sedikit berubah, pulang kantor hampir tengah malam. Saat aku bertanya dia akan marah. Tetapi aku tetap berusaha tersenyum mengubur segala kesedihanku sendiri. Karena aku ingin berbakti kepada suamiku seperti ajaran orang tuaku. 

***

"Mas, bangun sudah masuk subuh" Aku membangunkan suamiku untuk melaksanakan shalat subuh. Akhir-akhir ini suamiku jarang menjalankan kewajibannya untuk shalat, terkadang aku harus memaksanya. Mungkin suamiku sedang lelah, usaha garment kami sedang maju pesat. Kantor baru kami akan di buka 5 hari lagi. Tapi aku tidak ingin suamiku melupakan Tuhannya, melupakan kewajibannya. Bagaimanapun semua yang kami miliki saat ini adalah pemberian Allah Swt.

"Hmmm.... " wisnu malah menarik selimut menutupi tubuhnya.

Indah tersenyum dan berlalu untuk mengambil wudhu. "Lebih baik aku shalat terlebih dahulu, setelah itu baru membangunkan mas wisnu" batin indah

Setelah menjalankan shalat subuh indah kembali membangunkan suaminya.

"Mas...  mas wisnu bangun, nanti waktu subuhnya habis mas" aku menggoyang-goyangkan tubuh mas wisnu.

"Aarghhh, aku ngantuk ndah!!!" wisnu membalikan badannya memunggungi indah.

Indah menghela nafas berat
"Mas, kemarin mas wisnu sudah gak shalat subuh. Ayolah mas shalat dulu, setelah itu lanjutkan lagi tidurnya" indah berusaha membangunkan dengan bicara selembut mungkin. Takut kalau nanti wisnu akan berteriak marah seperti kemarin.

Wisnu bangun dengan mata tajamnya menatap indah, bukannya pergi mengambil wudhu dan shalat. Wisnu menarik keras lengan indah ke luar kamar, lalu menghempaskannya dengan keras.
"Aku sudah bilang, aku ngantuk...  Kamu itu tuli atau apa...  Hah?" Wisnu berteriak didepan wajah indah.

Indah yang mulai terbiasa dengan sifat pemarah suaminya akhir -akhir ini, hanya bisa tersenyum sambil memegangi lengannya yang merah akibat cengkraman kuat wisnu tadi.

SECOND MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang