Anggia dan Arsya merasa kalau dunia ini hanya milik mereka berdua. Menikmati hidup bersama hingga sampai ke jenjang yang lebih serius.
Setelah tamat SMA mereka berdua berencana untuk satu Universitas dan satu Fakultas. Agar mereka selalu bersama.Angga dan yang lainnya juga ikut-ikutan satu Universitas sama -sama Anggia, dengan alasan mereka tidak ingin jauh dari Anggia termasuk Angga. Ia tak rela melihat sahabatnya pergi darinya dan hidup bersama orang yang belum tahu bagaimana sifatnya.
Jam istirahat biasanya mereka selalu bersama-sama ke kantin untuk makan. Kini, giliran Angga untuk mentraktir teman-temannya.
"Angga hari ini traktirin kita, makan sepuasnya." ucap Anggia bersemangat.
"Ya udah lo pada makan dah sepuasnya, biar gue yang bayar" Balas Angga dengan datar.
Mereka pun duduk dibangku pilihannya. Angga dan Arsya tampak saling gengsi tidak ada yang menegur duluan. Anggia yang melihat mereka diam-diaman, merasa canggung langsung saja Anggia berbicara.
"Kalian itu udah SMA bentar lagi jadi anak kuliahan, masa gara-gara hal sepele sampe sebegininya ga mau bicara" Ujar Anggia panjang.
Hening.
"Oke! Ga, gue minta maaf karna udah mukulin lo sampe berdarah" Ucap Arsya meminta maaf sambil mengulurkan tangannya.
Angga melihat Arsya mengulurkan tangannya, ia juga menerima uluran itu dan berjabat tangan dengan Arsya.
"Oke! Gue juga minta maaf atas kelakuan gue yang berlebihan, yang udah ngata-ngatain lo" Balas Angga dengan senyuman.
"Nah, gitu dong. Dari kemarin-kemarin kan jauh lebih enak! Jangan berantam-berantam lagi yaa kan udah pada besar, dewasa"
"Hm!" Lirih Angga hampir tak terdengar.
"Pesenan udah sampaii" Tutur Mba Sum yang berjualam di kantin sambil membawakan mangkuk berisikan mie ayam.
"Wahh, makasih mba Sum" ucap Syakira semangat.
Angga tak memesan makanan ia hanya memesan teh botol dan seperti ada yang dipikirkan.
"Ga!! Lo ga pesen makanan? Masa lo cuma minum doang" tanya Anggia heran.
"Hm!" Menghembuskan nafas kasar. "Gue lagi ga enak badan, males makan"
Ucapan Angga sontak membuat Anggia, Syakira, Nada, Febri tersedak bersamaan. Bagaimana mungkin, seorang Angga bisa sakit padahal dia kayak ulat nangka yang ga bisa diam.
"Lo sakit??" Tanya Anggia memberhentikan makannya, langsung memegang dahi Angga. "Hm! Agak panas, pantesan aja lo diem kayak patung. Biasanya kayak ulat nangka" Ejek Anggia tertawa.
"Sepele lo sama gue!!" Jawab Angga kesal.
"Ga. Mending lo ke UKS aja, kalo ini biar gue aja yang bayar" Tutur Arsya lembut.
"Hm! Ya udah lah, ga berkurang duit gue" jawab Angga polos dan langsung pergi meninggalkan mereka.
Angga berbalik badan, ia lupa ingin berbicara pada Arsya empat mata, padahal itu pertama kali yang ia rencanakan. Angga pun menuju Arsya dan berbicara."Arsya, gue mau ngomong sama lo" bisik Angga pelan.
"Oke!!" Jawab Arsya mengangguk. "Gia, gue ada perlu sama Angga. Bentar yaa!!"
"Oh-- oke!!" Jawab Anggia meragukan. Ia merasa ada yang disembunyikan sama Arsya dan Angga sampai-sampai berbisik-bisik. Tapi, ia membuang firasat buruk itu, ia harus berfikir positif. Mungkin mereka membahas tentang pelajaran.
"Arsya, gue mau nanya sama lo, lo beneran sayangkan sama Anggia?" Tanya Angga berbisik-bisik agar tidak terdengar yang lainnya.
"Lo nanya gitu? Ga, yaa jelas lah gue sayang sama Anggia cinta gue cuma buat Anggia. Apa perlu gue loncat dari gedung tinggi untuk membuktikan kalo gue emang bener cinta sama Anggia" jawab Arsya panjang.
"Lebay banget sih lo, gombal aja lo yang dibesar-besarin" Ketus Angga dongkol.
"Gue serius" ujar Arsya.
"Gue lebih serius. Lo taukan, kalo gue udah sahabatan sama Anggia dari kecil, gue sayang banget sama Anggia. Dan gue juga ga mau kehilangan dia, Gue minta sama lo, jagain Anggia,lindungi dia, lo harus selalu ada buat dia" tutur Angga lemah.
"Gue janji! Gue akan selalu jagain Anggia sampe kapanpun. Karena Anggia adalah kehidupan gue" jawab Arsya mantap.
"Hm! Laki-laki yang dipegang itu janji, bukan omong kosong kayak barbei" ujar Angga menatap Arsya dalam.
"Jadi, maksud lo gue barbei gitu?" Arsya mulai emosi.
"Menurut gue, lo itu mirip barbei sih kalo diliat-liat. Kulit lo putih, ditambah bibir lo--" Angga memberhentikan ucapannya.
Mengamati bibir Arsya dengan jarak dekat. Lalu, berkata,
"Lo pake lipstik yaa?"Arsya langsung berdecak, "Lo pikir gue cowok apaan? Pake-pake lipstik. Bibir gue emang kayak gini dari sananya,"
"Oh, gue tau, lo pasti iri kan sama gue. Karena, bibir gue lebih menggoda dari pada bibir lo yang item kayak sawo busuk!" Ucap Arsya tertawa.
PLETAK.
"Enak aja. Biar gue kayak gini, banyak cewek luaran sana yang naksir sama gue." jawab Angga percaya diri.
Arsya menatap Angga ragu, "Orang gila yang mau sama lo.!" balas Arsya tertawa.
"Kampreettt lo!" menarik napas panjang. "Udah, gue mau lo harus jagain Anggia, jangan kasar lagi sama dia."
"Gue akan belajar, untuk jadi orang yang ga kasar lagi, yang bisa lembut sama cewek. Kayak lo"ujar Arsya tersenyum.
"Sukses buat lo Arsya! Gue selalu dukung lo, asal lo jangan nyakitin Anggia"
"Sipp!! Gue janji" jawab Arsya tersenyum.
"Ya udah lo balik sono, gue mau ke UKS, capek gue" Ucap Angga lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship Journey [Tamat]
Teen Fiction[Revisi] Tidak ada yang spesial. Hanya sekedar cerita absurd kehidupan Anggia, dari keluarga, sahabat, dan asmara. Semoga terhibur ^_^