Hari ini adalah hari libur, dimana semua orang bersenang-senang untuk menghabisi waktu berliburnya. Bagaimana dengan Anggia? Ia masih terbaring tidur dikasurnya yang berantakan. Berselimut tebal, padahal matahari sudah sangat cerah menerangi muka bumi.
"Pagi tante!!" Sapa Angga berdiri didepan Mama Anggia, sambil tersenyum manis.
"Pagi nak Angga!!" Jawab Mama Anggia sambil menyirami bunga ditaman.
"Anggia mana tante? Kok dari tadi ga ada nampak! Emangnya dia ga jogging tante?" Tanya Angga panjang.
"Anggia masih tidur, coba deh kamu banguni tante udah nyerah banguni Anggia" ucap Mama Anggia kesal.
"Ya ampun! Masih tidur tu anak, ya udah tante Angga banguni aja dia. Misi tante!" Ujar Angga masuk kedalam rumah Anggia langsung menuju kamar.
Angga membuka pintu Anggia pelan. "Astaga draigerrr!! Ni kamar apa kandang ayam, berantakan banget! Ngalah-ngalahin kamar gue" gumam Angga menggeleng-gelengkan kepalanya. Angga perlahan-lahan masuk mendekati ranjang Anggia. Melihat Anggia yang tidur sangat nyenyak.
"Pules banget ni anak tidurnya! Hm! Gue bersihkan aja kamarnya, kotor banget" ucap Angga mengambil sapu mulai membersihkan.
"Ga!!" Lirih Anggia terbangun dari tidurnya.
"Udah bangun lo! Gue pikir lo ga bakalan bangun-bangun lagi!" Ujar Angga sambil tertawa.
"Apasih lo, lo pikir gue mati!" Sahut Anggia kesal. Diam sejenak "Ga, tenggorokan gue sakit. Terus badan gue pegel-pegel, kusukin gue dong" Anggia mulai merengek seperti anak kecil.
"Lo ga tau gue lagi ngapain? Kamar lo ini berantakan kayak kandang ayam tau ga. Bersih lagi kandang ayam gue dari pada kamar lo" Ketus Angga cerewet.
"Percuma ada lo yang selalu bersihin kamar gue, Mba Mina lagi pulang kampung. Jadi ga ada yang bersihin rumah. Pas banget lo datang, ya udah lo bersihin sampe bersih" jawab Anggia polos.
"Terserah lo aja lah" ucap Angga kesal. Angga mendekati Anggia, melihat mata Anggia bengkak ia langsung bertanya.
"Lo abis nangis ya tadi malam? Mata lo sembab gitu" tanya Angga mengkerutkan dahinya.Menghela nafas."Gue putus sama Arsya!!"
Sontak Angga kaget atas pernyataan Anggia barusan. Ia tak percaya, apa yang ia dengar.
"Lo putus sama Arsya? Why? Why?" Tanya Angga sedikit lebay.
"Alay banget sih lo, kayak tenonevella" ucap Anggia kesal.
"Hah! Te-no-ne-vella apaan?" Tanya Angga terbata-bata menyebutkan namanya.
"Itu, orang gila yang dijalan-jalan. Namanya Tenonevella, alay banget kayak lo. Aduhh kaki aku sakit banget, tolong dong aku sakit" Anggia mempraktikkan cara gaya ngomong Tenonevella.
"Enak aja lo, beda lah. Gue kan cowok, dia kan cewek masa lo samain gue sama dia" Ketus Angga.
"Lo ga gue anggap cowok!!" Anggia tertawa lepas. Diam sejenak. "Setidaknya dengan cara kayak gini masalah gue udah berkurang dikit."
"Emangnya lo kenapa kok bisa putus sama Arsya?" Tanya Angga memberhentikan pekerjaannya dan duduk di samping Anggia.
"Leoni. Leoni penyebab ini semua, Ga salah ga sih gue kalo cemburu sama cowok gue sendiri?" Angga menggelengkan kepalanya. "Arsya masih ada rasa sama Leoni, dia masih sayang sama Leoni, gue tau. Kalo gue ga secantik Leoni, tapi seenggaknya sedikit aja Arsya ngertiin perasaan gue. Yang dia tau cuma perasaan dia sama Leoni. Leoni-Leoni-Leoni terus, jijik tau ga gue jadinya" Curhat Anggia menahan isak tangisnya.
"Emangnya Arsya udah ga peduli lagi sama lo?" Tanya Angga penasaran.
"Engga, dia udah berubah 180 derajat tau ga!!" Jawab Anggia kesal.
"Dasarr!! Laki-laki bangsat" Angga marah mengepalkan tangannya.
"Udahh, Angga gue ga mau lo ribut sama Arsya kayak dulu! Gue udah akhirin hubungan gue sama Arsya, jadi lo ga usah marah-marah sama Arsya. Dengerin gue, sekarang lo fokus sama Febri, Febri cewek yang baik. Walaupun yaa begitulah" Ujar Anggia menepuk-nepuk bahu Angga.
"Tapi gue ga terima sama perlakuan Arsya ke lo!" Balas Angga menatap Anggia tajam.
"Gue baik- baik aja. Makasih, selama ini lo selalu lindungi gue, lindungi Mama, gue makasih banget sama lo. Lo juga harus lindung Febri, cewek lo. Jangan pernah sakiti dia, Febri sahabat gue. Kalo lo sakiti dia, kena lo sama gue" ancam Anggia.
"Iyaa, gue mah baik. Ga pernah nyakiti perasaan cewek! Eh, tapi lo beneran kan ga apa-apa!" Angga sekali lagi bertanya.
"Engga! Ga, kalo lo nikah sama Febri. Angkat gue jadi anak lo yaa" Anggia memeluk tangan Angga.
"OGAH!! Males gue punya anak kayak lo, cengeng" Ucap Angga melepaskan pelukan Anggia ditangannya.
"Pokoknya gue mau selamanya sama lo!"
"Maless!!"
"Lo harus mau!!" Paksa Anggia.
"Auahh- kagak! Ga akan pernah gue anggap lo anak gue" Angga kembali menyapu. "Lo mandi sana, bau ileran lo tau ga! Liat tuh, pipi lo. Ish, kayak jalan tol. Bantal lo kayak peta, berpulau-pulau. Tadi malam lo buat pulau banyak banget!" Ucap Angga sambil mengamati bantal Anggia.
"Heboh banget sih lo! Bantal kesayangan gue, jangan pegang-pegang. Haram hukumnya" beranjak dari tempat tidur. "Awas lo, gue mau mandi. GERAH!!"
"Gerah bodi, gerah hati. Minum Ichi Ocha" sahut Angga seperti iklan ditelevisi.
"Hahaha, iklan lo bawa-bawa!!" Sambung Anggia membawa handuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship Journey [Tamat]
Teen Fiction[Revisi] Tidak ada yang spesial. Hanya sekedar cerita absurd kehidupan Anggia, dari keluarga, sahabat, dan asmara. Semoga terhibur ^_^