Pagi yang sangat cerah, cahaya matahari menyorot kaca jendela Anggia, tirai jendela terbuka lebar. Membuat pantulan cahayanya terkena langsung dengan tubuh Anggia.
Perlahan Anggia membuka matanya, silau cahaya matahari membuat ia sulit untuk membuka matanya dengan lebar, ia perlahan bangkit dari tidurnya.
Kini Anggia sudah lumayan membaik, tinggal pengobatan terapi untuk penyembuhan kakinya yang terkilir.
"Angga!!" ucap Anggia lirih melihat Angga membuka tirai jendelanya.
"Eh!! Hai. Good Morning tuan putri!!" jawab Angga tersenyum manis pada Anggia.
Anggia membalas senyuman dari Angga "Lo gak sekolah?" tanya Anggia pelan.
"Hm. Gue gak mau sekolah, kalo tuan putriku belum sembuh" jawab Angga sambil nyapu sekitar ranjang Anggia.
"Gue udah baikan kok! Cuma agak lemes aja" ucap Anggia lemah.
"Gue gak mungkin ninggalin lo sendiri di sini!" kata Angga sambil berjalan mendekati Anggia.
"Gue akan selalu ada buat lo" jawab Angga lembut. Sambil mengelus kepala Anggia, Anggia pun langsung menjatuhkan kepalanya di dada Angga.
"Gue takut Ga!" bisik Anggia memeluk Angga.
"Gue disini, disamping lo. Gua akan selalu ada buat lo, gue akan melindungi lo dari orang-orang yang nyakitin lo!" jawab Angga lembut. "Jangan takut yaa!!".
Anggia mengangguk pelan, kini ia merasa terlindungi sama laki-laki yang tulus sayang kepadanya, setelah kehilangan Ayahnya. Angga menjadi pengganti kedua untuk melindunginya.
"Mau makan apa tuan putri?" tanya Angga tersenyum seolah-olah kayak di istana-istana, dengan memakai kostum pelayan.
"Lo ngapain pake kostum begituan? Lucu bangett!!" kata Anggia tertawa lepas.
Angga yang melihat Anggia tertawa lepas, ikut tertawa ia bahagia melihat Anggia kini bisa tertawa seperti dulu.
"Gue seneng banget, liat lo tertawa lepas kayak gini. Semoga aja setelah kejadian ini, lo bisa belajar arti ketulusan seseorang yang bener-bener sayang sama lo" batin Angga dalam hati.
"Angga, gue pengen ayam goreng!!" ujar Anggia memecah keheningan membuat Angga tersadar dari lamunannya.
"Eh, iya lo- mau apa?" tanya Angga gugup.
"Gue pengen ayam goreng".
"Lo belum boleh makan yang gituan, yang boleh bubur ayam. Mau gak? Biar gue yang buatin" kata Angga menawarkan. "Enak loh!".
"Janji yaa, yang enak!"
"Sipp!!" ucap Angga langsung pergi ke dapur untuk masak bubur.
Drrrrtt.. Handphone Anggia bergetar, pertanda ada pesan masuk. Langsung Anggia ambil dan melihat dari siapa.
"Arsya?!!" lirih Anggia hampir tak terdengar.
Arsya
"Pagii Anggia!! Gimana kabar lo hari ini? Sehat? Maaffin gue, soal kemarin. Jujur gue gak ada bermaksud untuk nyakitin hati lo, gue cuma cinta sama lo. Leoni udah gue anggap kayak adek gue sendiri, gue harap lo bisa ngertiin kondisi ini".Anggia tak membalas, ia terlanjur sakit hati atas perlakuan Arsya ke Leoni. Menurutnya, sikap berlebihan Arsya pada Leoni tak pantas, karena mereka sudah tidak ada lagi ikatan hubungan. Kini, Anggia ingin melupakan semua kejadian kemarin. Ia harus fokus untuk penyembuhan kakinya.
Pintu kamarnya terbuka lebar, Anggia langsung menyembunyikan handponenya.
"Nahh! bubur Ayam spesial udah mateng. Siap untuk dimakan" ucap Angga meletakkan bubur dan air minumnya di sisi ranjang Anggia.
"Gimana? udah baikan? ada yang sakit? Kaki lo masih bengkak, gue panggil dokter yaa untuk pengobatan terapi" ujar Angga panjang lebar, mengkhawatirkan kondisi Anggia.
"Gue udah baikan kok bawel" jawab Anggia geram mencubiti pipi Angga.
"Kaki gue udah gak sakit lagi, cuma tinggal bengkaknya aja" sambung ya, sambil tersenyum manis.
"Hm. Bener? Lo kadang-kadang suka boong sama gue, awas aja kalo boong gue tarik tuh hidung lo" ucap Angga sambil tertawa.
"Oiya liat dong chef Angga Pradipta buat bubur ayam spesial. Untuk tuan putri! Makan ya!"
"Dijamin enak nih? Entar hambar lagi rasanya!" Anggia tak meyakinkan.
"Dijamin deh, makyuss!!".
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship Journey [Tamat]
Fiksi Remaja[Revisi] Tidak ada yang spesial. Hanya sekedar cerita absurd kehidupan Anggia, dari keluarga, sahabat, dan asmara. Semoga terhibur ^_^