23. Antara Bandara dan Rumah Sakit

27 8 0
                                    

Setelah pulang sekolah, Anggia masuk kedalam rumah sambil berlari-lari dan menangis. Mama Anggia yang melihat putri sematawayangnya itu nangis, terkejut dan langsung menanyakan.

"Sayang! Kamu kenapa?" Tanya Mama Anggia lemah membuat Anggia berhenti lari. Dan membalikkan badannya memeluk Mamanya.

"Mama... Ang-gia Bencii Ma, bencii!!" Ucap Anggia mengadu sampai tersengkuk-sengkuk.

"Sayang kamu kenapa? Bilang sama Mama siapa yang buat kamu seperti ini!" Tanya Mama balik mengelus kepala Anggia.

"Anggia putus sama Arsya Ma! Anggia bencii sama Arsya Ma" jawab Anggia menahan tangisnya.

"Arsya? Arsya nyakiti kamu?"

"Pokoknya Anggia bencii Ma!"

"Ya udah, kamu tenang yaa! Sini-sini kita duduk disini" ajak Mama keruang tamu duduk di sofa.

Anggia memeluk Mamanya dengan sangat erat, sambil menangis histeri. Mama Anggia bingung, bagaimana membuat putrinya itu menjadi tenang, ia hanya bisa mengelus-ngelus lembut rambut putrinya.

Hening.

"Ma!" Anggia memecah keheningan. "Anggia mau ke London aja Ma, tempat Uncle Aris. Anggia mau sendiri dulu, mau menenangi diri." Pinta Anggia menatap Mamanya dekat.

"Kamu yakin! Mau ke London? Terus, kamu kuliah disana?" Tanya Mama lembut.

Anggia menganggukkan kepalanya pelan. "Iya Ma, Kayaknya Anggia bakal tenang disana. Lagian, Mama juga kan sering ke London, jadi Mama sering-sering jumpa Anggia" Anggia memohon.

"Ya udah. Kalo itu keputusan kamu, Mama cuma ikuti apa mau kamu. Asal itu yang terbaik, tapi Angga gimana? Kamu udah kasih tau dia?" Tanya Mama mengkerutkan dahinya.

"Belum. Kalo Anggia bilang ke Angga, pasti Angga ga akan ngasih Anggia ke London. Mama jangan kasih tau yaa!" Ucap Anggia pelan.

"Iyaa sayang! Besok kita berangkat yaa! Sekarang kamu susun baju-baju kamu" Ujar Mama lembut.

"Iya Ma." Anggia beranjak dari sofa langsung menuju kekamarnya. Membereskan baju-bajunya, ia terbayang sewaktu Angga membersihkan kamarnya, merapikan lemarinya, membereskan tempat tidurnya, memasakkan dirinya bubur Ayam. Teringat itu semua, Anggia meneteskan air matanya ia memeluk guling dan menjatuhkan badannya diranjang.

"Angga pasti kecewa banget sama gue! Maaffin gue Ga, gue ga bermaksud nyembunyiin ini dari lo. Jujur! Gue ga mau pisah dari lo, dari kalian semua Nada, Syakira, Febri gue sayang sama kalian semua. Gue cuma mau sendiri dulu! Maaffin gue" Bisik Anggia dalam hati.

Memandangi foto kebersamaan mereka ber lima, tertawa, sedih, semuanya teraduk dalam satu kisah.

***

Pagi ini, Anggia membereskan semua pakaiannya di koper. Sulit sekali ia melangkahkan kakinya keluar rumah, Anggia menatap rumahnya penuh dengan kenangan, penuh dengan kerinduan. Pak Udin sudah memasuki semua koper Anggia.

"Sudah saya masukin Non kopernya!" Ucap Pak Udin sopan.

"Iya Pak! Tinggal tunggu Mama" ujar Anggia tersenyum, lalu masuk kedalam mobil. Tak lama, Mama Anggia keluar dari rumah.

"Udah semua sayang?" Anggia mengangguk dan tersenyum. "Ya udah, Pak jalan!"

"Baik Bu!" Jawab Pak Udin tersenyum, mulai mengendarai mobil.

Friendship Journey [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang