"Anggaa!" Anggia berlari mendekati Angga yang lagi ngobrol dengan Febri langsung memeluk erat sambil menangis.
Angga menganga.
Ia terkejut melihat Anggia tiba-tiba lari menangis dan menghampirinya.
"Anggia lo kenapa?" Tanya Angga heran.
"Gue mau pulangg" Anggia menangis tanpa suara.
"Ya- ya udah kita pulang, tapi lo lepasin dulu gue, lo sama Febri" Angga mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Anggia, lo kenapa?" Febri mulai bertanya. Tapi, Anggia tak menanggapi pertanyaan Febri, Angga yang melihat seperti itu langsung menatap Febri dan menggelengkan kepalanya.
Anggia menangis tersengkuk-sengkuk, menahan tangisnya, dan menangis tanpa suara. Febri melihat mata Anggia sembab, memerah dan rambutnya yang kusut. Febri hanya memeluknya dengan lembut.
Sesampainya dirumah, Anggia dibimbing masuk kedalam rumah sama Febri. Dan duduk disofa.
"Anggia jelasin sama gue. Lo kenapa?" Angga mulai menanya.
"A-r-s-y-a p-e-r-g-i" Ucap Anggia terputus-putus.
Angga bingung atas pernyataan Anggia ia balik bertanya. "Maksud lo pergi kemana?"
"Dia pergi ninggalin gue, dia pergi ke Amerika, dan dia putusin gue" Anggia menangis tambah keras.
"Arsya pergi?" Lirih Angga heran. "Alasan dia pergi lo tau?"
"Mamanya lagi sakit disana, dan dia ga balik lagi keindonesia. Sakit tau Ga, hati gue sakit" Anggia menjatuhkan kepalanya di dada Angga.
"Sekarang dia dimana?"
"Dia udah pergi! Udah naik pesawat" ucap Anggia berhenti menangis.
"Udah yaa! Lo jangan sedih, gue, Febri, Syakira dan Nada akan selalu ada buat lo. Jangan takut gue akan selalu melindungi lo" Angga memeluk Anggia dengan lembut. Febri yang melihat Angga seperti itu, ia memaklumi karena emang Anggia dan Angga sudah dekat bersahabat dari kecil.
"Lo janji sama gue! Lo akan selalu ada buat gue?"
"Iyaa Gia! Gue akan ada buat lo" Angga tersenyum.
Anggia membalas senyuman Angga.
•••
"Woii bangun udah siang!!" Angga mengagetkan Anggia yang masih tertidur pulas.
"Apaan sih, gue masih ngantuk" Anggia menguap membenarkan selimutnya dan kembali tidur.
"Bangun woii. Gue geprak pala lo" Angga menarik selimut Anggia.
Anggia terpaksa bangun dari tidurnya. Dan mengucek-ngucek matanya.
"Makan sana gih. Gue udah masak buat lo" Ucap Angga yang rebahan disebelah Anggia .
"Masak? Lo masak?" Tanya Anggia mengkerutkan dahinya.
"Ya dong! Gue kan cowok idaman para wanita" ceplos Angga santai.
"Hm! Gue masih teringat si A--!"
"Arsya? Maksud lo" Angga memotong kalimat Anggia.
Menghembuskan napas kasar. "Lo lupain Arsya, kalo lo masih mikirin dia, hidup lo ga akan tenang! Lo harus menata masa depan lo" Angga menasehati Anggia.
"Gue coba Move on! Tapi belum bisaaaa" Kesal Anggia.
"Ya iyalah. Baru juga kemarin kejadiannya, ga belum move on lah. Aneh lo" Angga menoyor kepala Anggia pelan.
"Hm! Gue mau makan, ayo turun kebawah" Anggia merentangkan tangannya.
"Apaan?"
"Gendong!!" Rengek Anggia.
"Maless ah. Lo berat, berat dosa"
"Gue nangis nih!"
"Ya udah ayo-ayo"
"Lo masak sebanyak ini?" Tanya Anggia heran.
"Jadii lo ga percaya kalo ini gue yang masak?" Angga tanya balik.
Anggia mengkerutkan dahinya. "Hm! Engga. Lo ga mungkin sih, bisa masak sebanyak ini" Anggia jawab meragukan.
"Teruss kalo bukan gue siapa? Putri keong? Apa bidadari turun dari kahyangan? Heran deh gue liat lo" Angga mulai kesal.
Anggia tak menanggapi ocehan Angga, ia mulai makan dengan lahap. "Coba kalo makan itu santai, pelan. Ga usah kayak gini nanti lo keselek" Ucap Angga melihat Anggia makan seperti tidak pernah jumpa nasi.
Tersedak.
Anjirr.
"Makanan lo pedes bangett. Idung gue sakitt" Anggia merengek.
"Makan aja terus, ga usah minum. Udah tau makanan sambal, makan cepat-cepat. Untung ga keluar semua isinya" Angga nyerocos membuat Anggia kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship Journey [Tamat]
Teen Fiction[Revisi] Tidak ada yang spesial. Hanya sekedar cerita absurd kehidupan Anggia, dari keluarga, sahabat, dan asmara. Semoga terhibur ^_^